Adzan subuh berkumandang menembus cakrawala. Seluruh penghuni rumah Shafa telah terbangun dan bersiap menuju masjid kecuali Faiz. Pria itu malah sudah berada di masjid dua jam sebelum adzan berkumandang. Itulah kebiasannya, melaksanakan shalat sunah di sepertiga malam tanpa ingin diganggu.
"Umi, ayo berangkat!" ajak Fanya.
"Tunggu... Shafa masih ambil mukena di kamar."
"Shafa sudah siap Umi. Mari ke masjid!" Shafa siap dengan mukena dan sajadah di tangannya.
Ketiga perempuan itu berjalan perlahan mengikuti langkah kaki Fanya karena ia sedang hamil delapan bulan. Sesampainya di dalam masjid ketiganya berbaur dengan jamaah putri lainnya. Abi sudah duduk di shaf paling depan bersama Faiz, Naufal, dan beberapa warga sekitar.
Ikamah dikumandangkan oleh Faiz yang menandakan shalat berjamaah akan segera dimulai. Seluruh jamaah berdiri meluruskan shaf sebelum sholat dimulai. Abi melangkah menuju tempat imam untuk memimpin sholat subuh.
Seorang pemuda dengan wajah masih basah berjalan tergesa memasuki shaf ketika Abi sudah membaca surat pendek. Pemuda itu sering menguap berkali-kali selama sholat subuh bahkan hampir saja tertidur ketika sujud.
Selesai salam pemuda itu berniat kembali ke bilik tempatnya tidur malam tadi. Namun, Renald mencegahnya. Pemuda itu menurut.
Naufal yang ditugaskan menyampaikan kultum pagi itu membahas mengenai merubah diri menuju ridha Ilahi dengan sangat baik dan lugas. Shafa memperhatikannya dengan seksama. Umi yang melihat hal itu hanya tersenyum bahagia melihat putri bungsunya menemukan lelaki yang tepat baginya.
Ketika Naufal mengakhiri tausiyahnya, pemuda disamping Renald segera berdiri hendak meneruskan tidur. Namun, lagi-lagi Renald mencegah.
"Setelah ini kamu harus menjemur karpet di depan. Faiz dan Naufal yang akan membantumu. Aku tahu kamu pasti ingin tidur, tapi ini belum waktunya. Apa kamu mengerti?" Pemuda itu mengangguk terpaksa mendengar penuturan Renald.Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Semua warga melakukan aktivitasnya. Faiz, Naufal, dan pemuda penyandang gelar marbot masjid baru itu masih sibuk membersihkan masjid sejak aktivitas masjid selesai. Seorang gadis berkerudung hijau tua dan memakai gamis senada berjalan sambil membawa baki berisi piring, nasi bungkus, dan teh hangat.
"Kak Faiz!" seru gadis itu.
"Taruh situ aja sarapannya, Fa." Perintah Faiz dipenuhi oleh Shafa. Ia meletakkan baki itu di dekat pintu masjid. Kemudian segera pergi meninggalkan pelataran masjid. Pemuda baru itu terus memandang ke arah Shafa.
"Itu Shafa yang kemarin kamu jambret. Masih ingat kan?" Pemuda itu mengangguk menjawab pertanyaan Faiz.
"Beruntung kamu ketemu sama Shafa kalau enggak pasti kamu sekarang ada di penjara. Shafa itu orangnya paling mudah kasihan sama orang. Dia gadis penyayang sayangnya dia enggak punya pacar yang bisa dipanggil sayang!" Faiz memandang ke arah Naufal sejenak. Pria itu malah sibuk mencuci keset.
"Dia cantik!" celetuk pemuda itu tiba-tiba.
"Kamu ngomong apa?"
"Ah, enggak ngomong apa-apa." Alibi pemuda itu. Faiz meneruskan kegiatannya menata karpet untuk dijemur.
"Alhamdulillah sudah selesai!" seru Faiz. Pemuda itu tersenyum lega sambil meluruskan kaki-kakinya. Naufal masih menjemur keset.
"Fal! Ayo sarapan!" ajak Faiz.
"Iya masih nanggung. Bentar lagi kelar kok!"
"Alhamdulillah selesai juga akhirnya. Yuk sarapan!" seru Naufal bersemangat.
Ketiga lelaki itu menyantap sarapan dengan lahap terutama pemuda baru itu. Ia bahkan seperti makan tanpa mengunyah karena saking cepatnya.
"Pelan-pelan aja bro!" ucap Naufal. Pemuda itu terbatuk mendengar ucapan Naufal. Ia segera menuangkan segelas teh kemudian meminumnya.
"Nah kan kubilang apa."
"Gue kaget aja denger lo ngomong bro!" ucap pemuda itu.
"Halah si Naufal mah biasa ngomong gitu. Lagian cuma bro doang." Ucap Faiz.
"Ya gue kira ustadz enggak bisa ngomong gitu! Terusin makan aja gue mau pergi bentar."
"Kemana?" tanya Faiz.
"Deket kok."
"Nasi udah habis?" tanya Faiz memastikan.
"Udah bang! Gue cabut dulu ya!" Pemuda itu melambai sekilas kemudian melenggang menuju seseorang yang sudah ia pantau sejak keluar dari pintu rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Know?
RandomJadilah saksi kisah pelik antara Alka, Ana, Shafa, dan ustadz muda bernama Naufal. Semoga ini menjadi kisah yang akan tamat entah kapan waktunya. Salam dariku, binzie :)