Laki laki bijaksana, tahu apa yang dilakukannya.
Perempuan bijaksana, tahu cara melindungi dirinya.(Alvin Syahrin "Jika Kita tak Pernah Jatuh Cinta")
Satu nama teman setia, naluriku berkata
Di penantian luahan rasa, teguh satu pilihan
Pemenuh separuh nafasku, dalam mahabbah rindu.
~Song by SIGMA "Istikharah Cinta"~.
.Banyak hal yang terjadi di dunia, bagaimana aku merasakan ini dalam kehidupan perjalanan panjangku juga sudah tertulis dalam takdirku, sebelum lahir ke dunia. Diumurku yang belum terlalu tua, dan masih belum banyak makan asam dan garam kehidupan, masih menaungi dunia dengan kedua kaki mungilku, untuk mencari ilmu. Baik ilmu kehidupan, maupun ilmu berkeluarga.
Masih banyak hal hal dalam wishlist yang sudah aku tulis, belum tercentang biru. Di negeri ini, masih kutaruhkan harapanku, lulus sebagai mahasiswi terbaik, dan bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi lagi, di negara tanah para Waliyullah.
Jauh, memang. Sosok ini hanya ingin menimba ilmu sejauh mungkin. Terbang tinggi layaknya burung di angkasa, namun tidak lupa pada rumah tempatnya kembali pulang.
Matahari kini terlihat indah, seperti sebuah senyuman setengah lingkar pada sosok yang masih selalu saja berada di sekitar diriku.
Menghalaunya, tidak akan membuat orang itu pergi. Entah mengapa kami masih berada dipertemukan pada perguruan tinggi yang sama. Setahuku, dia mengambil pendidikan di daerah Jawa. Kenapa masih bertemu di daerah Sumatera?.
Bulan yang kusukai cahaya nya ketika malam pun harus beranjak pergi ke sisi bumi yang lain. Malam, akan terasa suram, jika tidak ada bulan dan bintangnya.
***
Nabastala pun terbentang indah seangkasa dengan warna birunya. Burung burung sudah berkicau dengan riang, seperti nyanyian merdu musik yang berbunyi di jajaran cafe. Kini, semua orang sedang memulai aktivitasnya kembali, seperti pagi biasanya.
Namun, tidak dengan seorang gadis yang masih bergelung dengan nyaman di bawah selimut tebal bercorak laut itu. Masih terlalu senang menjelajah dan menyelam alam mimpi yang sebentar lagi akan sirna diterpa kenyataan. Jam weker nya pun, telah bekerja keras membangunkan sosok di balik selimut ini, namun harapan tinggal harapan, gadis itu tidak terusik sama sekali.
Matahari semakin tinggi, dan teriknya pun semakin terasa hangat.
Gadis itu telah bangun ketika pukul 03.00 tadi pagi untuk shalat malam, dan terjaga hingga subuh, sembari melakukan ibadah lainnha. Dan kembali melanjutkan tidur, di pukul 07.00, setelah mengatur jam weker untuk ia akan berangkat kuliah dua jam lagi. Biasanya, dirinya tidak akan melanjutkan tidur kembali, namun karena nanti ada kelas, ia melanjutkan tidur barang sebentar, agar tidak mengantuk dalam kelas.
Suara ketukan pintu terdengar dengan pelan, gadis itu terusik sedikit, meregangkan badan, dan berusaha membuka mata yang terpejam. Duduk, sambil mengumpulkan nyawa yang bersebaran. Melamun sebentar, sambil mengambil jam weker untuk dimatikan.
"Bangun, Medy!" suara dengan penuh kelembutan namun tegas itu memasuki pendengaran gadis yang masih terduduk lesu di atas ranjangnya. Seorang wanita paruh baya, masuk ke dalam kamar setelah mengetuk pintu namun tidak ada jawaban. Beliau telah lama bekerja pada keluarga gadis yang masih berusaha mengumpulkan energi kehidupan yang bertebaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
MathMend
Teen Fiction[DALAM PROSES REVISI SEMUA BAB] "kuharap kau baik baik saja disana" -Math- "kuharap begitu" -Med- Sebuah kisah dua anak manusia, yang dipermainkan oleh waktu. Cinta dan Benci. Dua kata sifat yang dibedakan oleh garis tipis. Akankah dari keduanya dap...