8

36 3 4
                                    

"Itu Arfa!" suara seorang gadis membuatnya mendongak lalu mengikuti arah telunjuk gadis itu.

Arfa berdiri, dengan nafas tersenggal seperti barusaja berlari. Ia menatap seisi ruangan, lalu kearah layar yang menampilkan fotonya. Begitu tatapannya bertemu Karin, gadis itu menunduk semakin dalam.

(semoga bukan cuma aku yang ngebayangin itu kampret satu ganteng banget di scene ini wkwk)

"Karna Arfa sudah datang, mungkin dia bisa memberikan kita jawa..."

"Bisakah kau diam, aku bahkan tidak mengenalmu!" potongnya dengan suara tertahan seolah ia sedang menahan murka.

Karin yang melihat sepasang sepatu berdiri di depan sepatunya mendongak dan melihat Arfa tengah menatapnya lembut seolah mengatakan padanya 'jangan takut, aku disini'. Karin reflek menggelengkan kepala pelan, agar tak ada yang menyadarinya. Ia berharap dalam hati agar Arfa tidak membongkar hubungan mereka, tidak di depan kelas seperti ini.

'Katakan saja kau hanya mengenalku, kita sering pergi bersama sebagai teman dekat!' batin Karin.

"Barusaja aku mendengar jika ada rumor beredar tentangku. Aku memang punya seorang kekasih dan sudah lama kami menjalin hubungan. Orang ketiga? aku merasa kami terlalu mesra untuk mengkhawatirkan adanya orang ketiga." Arfa menjelaskan seolah sedang memberikan kuliah, ia berbicara kearah mahasiswa yang menatapnya dengan tatapan kagum.

"Berarti benar bahwa Karin menggodamu? Aku tau gadis..." Diana angkat bicara,

"Karin? Menggodaku?" Arfa berhenti untuk melihat Karin lalu tertawa, benar-benar tertawa seolah ia mendengar sesuatu yang sangat menggelikan. Lalu langkah kakinya mendekati Karin, "aku akan sangat menantikan waktu dimana Karin menggodaku." Katanya sambil mengerling nakal, Karin memerah dan Arfa semakin geli dibuatnya.

"Perkenalkan, namanya Karin. Dia temanku, kekasihku, tunanganku, dan juga calon istriku." Dengan satu gerakan Arfa merengkuh pinggang Karin, menariknya mendekat. Wajah gadis itu sudah merah sekali.

Suara terkejut bersahutan dari bangku mahasiswa, namun Karin masih tetap menunduk, memandang kaos hitam dibalik jaket jeans Arfa.

"Kalian boleh merekam, aku akan sangat senang jika seluruh kampus mengetahui berita bahagia ini." Katanya membuat Karin mendongak tak percaya dengan ucapan Arfa. Kemudian ia merasakan sentuhan lembut di keningnya, Karin memejamkan mata menikmati kecupan singkat Arfa.

Suara sorak sorai terdengar ricuh di dalam ruangan, beberapa gadis saling bergenggaman dengan temannya untuk melampiaskan rasa gemas juga iri. Arfa merasa lega, sekarang ia bisa bermanis-manja dengan kekasihnya tanpa takut ketahuan. Entah bagaimana perasaan Karin saat ini, tapi dalam hati dia berterimakasih kepada seseorang yang telah membongkar hubungannya. Orang itu punya jasa besar dalam hubungan mereka.

***

Karin masih bersungut-sungut marah saat Arfa datang dengan nampan berisi cheese burger dan cola. Mereka sedang duduk bersama Danish dan Jackson, Karin merasa perlu menjelaskan hal ini dengan benar kepada mereka berdua agar tak terjadi kesalahpahaman, tapi Arfa memaksa ikut dan berjanji akan mentraktir mereka semua makan siang.

Awalnya Arfa berencana membawa mereka makan di sebuah restoran jepang, mengingat kemarin Karin sempat mengatakan ingin makan ramen. Tapi sepertinya mereka bertiga punya tempat pribadi untuk membicarakan masalah serius, dan Arfa sama sekali tak keberatan meski dirinya sedikit terkejut tempat yang dimaksud adalah restoran cepat saji yang tidak terlalu terkenal. Pengunjungnya cukup sepi meski sudah memasuki jam makan siang, seperti saat ini hanya ada 3 dari 12 meja yang digunakan pengunjung restoran.

Karin : Book 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang