Don't forget to vote and comment, guys! ^^
"NDAAA! HUDANG MANEH TEH (BANGUN KAMU TUH)! BUDAK PARAWAN TAPI HUDANG BEURANG WAE (ANAK PERAWAN TAPI BANGUN SIANG TERUS)!"
Arin yang awalnya masih pulas tertidur itu langsung membuka penuh matanya ketika suara menggelegar dari Mamanya terdengar. Tubuhnya langsung bangun terduduk karena saking terkejutnya.
"Kuliah teu (nggak) kamu hari ini?" tanya Mamanya.
"Ma, Arin teh libur hari ini. Makanya Arin mau bobo sampe siang," kata Arin berusaha menahan kesabaran.
"Libur juga atuh jangan keterlaluan bangun siangnya! Kamu tuh masih muda, gadis. Olahraga atuh, Neng. Kerjaannya teruuuus aja hardobar! Dahar, modol, ngagambar (makan, BAB, ngegambar)!"
"Ma, Arin ngegambar terus kan karena tugas kuliah Arin ngegambar. Arin ngegambar sama ngelukis terus kan karena memang udah seharusnya Arin lakuin."
"Ngelawan terus kamu teh kalau diomongin sama Mama!"
Arin menghela napas kasar. Ini masih pagi dan Arin sudah diuji kesabarannya. Matanya masih sangat berat namun ia harus menahannya demi berdebat dengan Mamanya.
"Ya udah, iya. Arin salah. Maaf," kata Arin pada akhirnya mengalah.
"Bangun kamu, terus mandi!"
Setelah itu Mamanya melenggang keluar kamar Arin dengan wajah yang mendelik. Ketika sang Mama telah hilang dari pandangannya, Arin langsung melempar kasar bantalnya ke bawah kasur. Mencoba melampiaskan kekesalannya.
Dada Arin terasa sesak, mungkin karena memendam kekesalan, atau karena penyakitnya. Dengan cepat ia merogoh kolong kasurnya, mencari keberadaan sebuah tabung kaleng putih bertuliskan "Oxycan".
Tanpa menunggu lama lagi Arin langsung memasang alat pada Oxycan itu, lalu menempelkannya pada sekitaran hidungnya. Arin menghirup udara dari Oxycan itu dengan tertaur, mencoba mengatur pernapasannya.
Setelah dirasa lumayan membaik, Arin melepaskan Oxycan itu dari hidungnya. Tangan kanannya mengusap-usap pelan dadanya, masih ada rasa sesak yang tertinggal di dadanya.
"Rin, hayu mak-"
Arin mengangkat kepalanya. Menatap kakak sepupunya baru saja datang dan berada di ambang pintu kamarnya itu dengan gegelapan. Dengan terburu-buru Arin menutup kembali Oxycannya, lalu menaruh lagi benda itu di kolong kasurnya.
Lukas masih setia memperhatikan gerak-gerik rusuh Arin yang berusaha menyimpan Oxycan di kolong kasur itu. Ada rasa terkejut, khawatir, dan juga speechless ketika ia melihat sendiri raut wajah adik sepupunya yang seperti kesakitan itu.
Lukas menglangkah perlahan menghampiri Arin yang masih senantiasa duduk di atas kasur itu. Gadis itu menunduk dalam-dalam. Mungkin menghindari tatapan langsung, pikir Lukas.
Lukas mendudukkan dirinya di depan Arin. Lalu menatap serius pada adik sepupu yang sudah ia anggap adik kandungnya sendiri itu.
"Sakit?" tanya Lukas pelan.
Arin terdiam untuk beberapa saat. Kepala gadis itu masih enggan menghadap langsung pada Lukas yang jelas-jelas sudah ada di depannya.
"Liat Abang, Rin," kata Lukas memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINEST LOVE [Na Jaemin]
FanfictionNamaku Arinda Celine Nathania. Biasa dipanggil Arin sama temen-temenku. Ketertarikanku cuma di seni aja. Sampai hari itu, aku nemuin ketertarikanku yang lain. Cowok yang aku liat diem-diem dari lantai dua fakultasku. Cowok yang manis luar biasa, sen...