prolog

52 10 0
                                    

Meisya Indriani lebih akrab di panggil dengan sebutan acha. Gadis cantik bermata coklat indah ini tengah berlari kencang dibawah deras nya hujan dengan riang dihalaman belakang rumah sakit. Terlihat seorang wanita paruh baya, seperti nya itu pengasuh gadis itu terlihat sedikit berteriak memanggil gadis muda itu agar berhenti bermain hujan. Demi apapun gadis ini akan bermain dengan hujan, kapan saja jika hujan turun tidak peduli akan sakit atau pun demam tinggi dan sebagainya. Selagi dia bisa bermain dibawah hujan kenapa tidak.

Acha adalah gadis berumur 18 tahun, mama nya mendirikan sebuah rumah sakit terbesar di kota new York . Acha dari kecil tidak memiliki seorang ayah, dia hanya dibesarkan dengan seorang ibu yang tangguh. Acha juga tidak pernah bertanya kepada mama nya dimana ayah nya sebenarnya berada karna itu akan membuat mama Acha bersedih.

Acha sering bermain dirumah sakit karena membuat nya sangat nyaman dan bahagia bertemu dengan banyak orang baik disini, setelah tamat SMA di Indonesia, Acha dan mama nya berpindah kewarganegaraan menjadi warga negara amerika. Acha belum kepikiran untuk melanjutkan kuliah disini, dia hanya ingin menikmati masa muda nya dengan bebas untuk saat ini.

"Acha! Sampai kapan mau disana terus? Cepat naik kesini!" Ucap mama Acha setengah berteriak dari teras belakang rumah sakit. Lagi lagi mama Acha harus turun tangan karena Acha terus saja mengabaikan pengasuh nya.

"Iya ma Acha kesana sekarang" jawab Acha sambil menggembungkan pipi nya kesal. Sangat menggemaskan!.

"Kamu bisa demam lagi sayang, baru kemarin kamu sembuh dari demam tinggi. Mama hari ini banyak pasien sayang, kamu mandi ganti baju terus makan ya!" Ucap mama Acha lembut tapi ada nada ketegasan di dalamnya.

"Iya ma" ucap Acha lirih sambil berlalu dari hadapan mama nya menuju kamar mandi rumah sakit untuk membersihkan tubuh nya.
Acha menatap nanar ke atas langit, bagaimana dia tidak sedih hujan belum reda masih saja turun dengan deras dan dia tidak bisa menikmatinya.

"Bibi siapkan baju Acha sama makan Acha ya" pinta Acha pada pengasuh nya.

"Iya non"

***

Acha memakan makanan nya dengan tidak semangat sambil menatap kearah luar jendela besar di hadapan nya, hujan juga belum reda dan Acha terus saja menghela nafas berat.

"Kenapa sih Acha gak dibolehin main hujan, mama itu gak pernah tau gimana suka nya Acha sama hujan" gerutu gadis cantik ini.

Acha membuka ponsel nya dan mendapati pesan dari sahabat nya sewaktu SMA.

Dari Anggi : Acha gue dapet pacar baru!!!!!

Acha hanya membaca pesan itu dan melempar ponsel nya asal ke atas meja. Acha gadis cerdas dan cantik hampir tidak memiliki kekurangan, tapi Acha sangat susah untuk membuka hati untuk seorang pria. Selama hidup nya dia belum pernah merasakan cinta yang sebenarnya. Bukan Acha tidak normal hanya saja dia terlalu berhati hati untuk memilih seorang pria sebagai pacar nya nanti.

"Huuh Acha pengen punya pacar juga tau" keluh gadis itu sudah berapa kali dia menghela nafas berat. Dia tidak tahan berada di ruangan ini terus dan berjalan keluar dari ruangan itu menuju ruangan mama nya tidak peduli mama nya tengah sibuk saat ini.

"Mama! Acha kesal sama mama" dengus Acha diambang pintu sambil melihat ke arah mama nya yang tak berhenti berkutik dengan berkas di tangannya.

Acha memang sudah dewasa tapi sifat kekanak-kanakannya masih saja tidak hilang. Mungkin karna sedari dulu dia sudah hidup mewah dan tidak merasakan susahnya hidup.

"Mama! Acha itu lagi bicara sama mama!" Ucap Acha kesal sambil duduk di sofa ruangan mama nya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Hmm"

"Ish mama!" Ucap Acha kesal karena mama nya tidak kunjung memperhatikan nya.

"Kenapa sayang? Mama sibuk banyak kerjaan" jawab dokter cantik berumur 39 tahun itu. Meskipun sudah hampir berkepala 4 tapi kecantikan mama Acha tidak luntur sama sekali.

"Acha pengen punya pacar" jelas Acha yang membuat lenna yang tak lain adalah mama Acha terhenti dari pekerjaan nya sejenak dan menatap lekat anak semata wayang nya itu dari arah meja kerja nya.

"Terus?" Tanya mama Acha heran dan kembali sibuk dengan berkas berkas di tangannya.

"Acha bingung, karna Acha disini belum dapat teman cowok yang baik mama" rengek Acha.

"Nanti juga dapat, sabar aja kamu" jawab mama Acha.

Acha yang sudah kesal dengan mama nya memilih untuk keluar dari ruangan mama nya. Sangat tidak membantu kegundahan nya saat ini.

Di sepanjang lorong Acha melihat satu keluarga sedang menangis karena salah satu anak mereka meninggal dunia. Acha hanya tersenyum getir melihat pemandangan di hadapannya, memang Acha sudah terbiasa dengan darah, obat obatan, bau khas rumah sakit dan lainnya yang berhubungan dengan rumah sakit. Tapi entah kenapa hati Acha selalu sedih bahkan sangat sedih ketika melihat orang orang yang menangis karna orang yang mereka sayangi telah pergi mendahului mereka dari dunia ini. Acha tidak akan tau jika suatu waktu hal itu akan menghampiri dirinya, membayangi nya saja Acha tidak berani.

Acha berlari kecil menuju taman belakang dan melihat hujan sudah reda, gadis itu menghirup dalam dalam aroma khas air hujan dan menikmati nya. Acha dari kecil memang sangat menyukai hujan tidak bisa dipungkiri lagi hal itu, udara kota new York saat ini sangat dingin Acha tidak begitu menyukai nya. Tapi meskipun tidak menyukai hawa dingin Acha sangat menyukai hujan. Memang sangat terdengar aneh, tapi begitulah Acha.

"Seandainya Acha punya pacar yang baik hati Tuhan, Acha janji bakal sayang sama pacar Acha nanti sebaik mungkin" pinta Acha kepada Tuhan sambil menghadap langit. Lagi lagi Acha menghela nafas berat.

"Hai Acha cantik, mau coklat gak?" Ucap dokter Brian dari arah belakang Acha. Dokter Brian adalah salah satu dokter bedah yang sangat berpengaruh dirumah sakit ini, dokter Brian memiliki paras yang sangat tampan dan sangat muda usia nya baru menginjak 20 tahun dia asli orang Indonesia juga disini.

"Acha lagi gak mood nih dokter" ucap Acha lesu sambil berjalan menuju anak tangga dan duduk disana disamping dokter Brian.

"Kenapa Acha sedih gitu?" Tanya dokter Brian.

"Acha pengen punya pacar dokter" dokter Brian yang mendengar itu tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Acha. Bagaimana bisa gadis secantik ini sangat frustasi karena belum memiliki pacar, seorang Acha sangat lah mudah untuk mendapatkan seorang pria bukan.

"Gak mama gak dokter sama aja nyebelin nya" dengus Acha dan berjalan berlalu meninggalkan dokter Brian yang masih berusaha menahan tawa nya.



























Hai guys!!! Ini cerita kedua aku.
Gimana? Semoga kalian suka ya jangan lupa VOMMENT nya guys karna itu sangat berharga bagi aku❣️

TBC~

PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang