"Ini Wonpil mana sih?" Kusapukan pandanganku ke seluruh ruangan. Maklum, kami tinggal di sebuah apartemen yang tak begitu besar jadi aku bisa melihat semuanya dari ruang tengah, yang juga ruang tamu. Dapur kosong, dua kamar juga terlihat kosong. Hanya satu ruangan yang pintunya tertutup.
"Piliii?" panggilku agak keras.
"Mamiiiiiiiiiii," terdengar teriakan yang berasal dari kamar mandi. "Mami aku dikunciin Bang Jae, Miiiiiiii,"
Aku langsung melirik Jae yang pura-pura sibuk dengan buku di tangannya.
"Jae," tegurku.
"Yes, Mom," sahutnya langsung.
"Adeknya bukain," perintahku.
"But mom-"
"Buka."
"Tapi Wonpil sukanya kalau eek kamar mandinya nggak ditutup, Mom," adu Jae tentang kelakuan Wonpil yang mendasari dirinya mengunci adiknya itu di dalam sana. "Kan bau."
"Ya tapi bukan berarti kamu harus kunciin dia juga kali Jae." Aku mulai kesal, nih.
"Mamiiiiiiiiiiii," teriak Wonpil lagi dari kamar mandi.
"Iya, Nak!" ujarku lalu segera berjalan ke arah pintu kamar mandi sambil masih menggendong Dowoon.
Aku sudah akan membuka kunci pintu, tapi tidak jadi. Aku harus memastikan sesuatu dulu. "Pili udah cebok belum?"
"Belummm," jawabnya.
Ya kan.
"Cebok dulu baru Mami bukain."
Lalu terdengar suara gemericik air dari dalam. Tak lama kemudian, ia bersuara lagi. "Udah, Mi."
Baru setelah itu kubuka pintu kamar mandi. Dan di sana lah Wonpil, dengan celana yang basah semua.
"Astaga, Mami kan suruh kamu cebok bukan cuci celana, Nak," omelku, lalu berjongkok, menurunkan Dowoon dari gendonganku dan setelah itu melepas celana Wonpil yang basah semua.
"Sana, ganti celana." Lalu Wonpilpun berlari ke kamar.
Setelah melemparkan celana basah Wonpil ke dalam wadah pakaian kotor, aku kembali menggendong Dowoon.
"Aduuuuuh. Pusing juga ya mau ninggalin kalian."
"Ngapain pusing, sih, Ma," kata Younghyun sambil menyeruput kuah mienya.
"Kamu itu ya. Makan terus. Udah besok gak boleh bikin Mi."
"Tapi ntar malem berarti gapapa kan? Kita mau pesta ramen kata Mas Sungjin."
Aku segera menoleh ke arah Sungjin.
"Enggak, Bu. Maksudnya pesta ramean."
"Jadi kamu mau undang temen-temen kamu ke rumah gitu?"
"Bukan-bukan. Maksudnya pesta ngamen," koreksi Jae.
Aku hanya bisa geleng-geleng. "Jadi kamu dibeliin gitar mahal-mahal begitu mau mangkal di perempatan cari recehan?"
Jae cuma meringis.
"Mami udah," kata Wonpil yang sekarang sudah memakai celana.
"Aduh, kebalik lagi celananya." Aku hanya bisa mengusap wajah.
"Gapapa yang penting pake celana," ujar Jae.
"Oke, Sungjin Jae Younghyun Wonpil Dowoon, baik-baik di rumah, ya."
"Bundaaaaaaaa," Dowoon merengek lagi kali ini sambil mengeratkan pelukannya di leherku.
Aku mengedipkan mata ke arah Jae yang untungnya anak itu langsung mengerti maksudku.
"Eh Dowoon, main game yuk," katanya sambil mengambil Dowoon dari gendonganku. "Abang udah download game baru tahu." Dan membawanya ke dalam kamar.
Fiuhhhh. Untunglah Dowoon gampang dialihkan perhatiannya. Kalau tidak. Bisa drama dulu ini sebelum aku pergi.
"Younghyun jangan lupa mangkok sama pancinya di cuci ya habis makan."
"Siap, mah!"
"Sini salim dulu kalian,"
Setelah salim, Younghyun kembali sibuk dengan minya sebelum dimintai Wonpil yang setelah kucium ikut menyerbu mangkok mi Younghyun.
Sungjin membawakan tasku sampai ke pintu keluar.
"Ibu hati-hati, ya. Tenang, nggak perlu khawatirin kami. Aku sama Jae bakal urus adek-adek."
"Mom. Becareful ok?" ujar Jae yang tiba-tiba muncul dari dalam. Sendirian.
"Dowoon mana?"
"Bobo. Pokoknya Mom, kalau ada apa-apa, hubungin aku aja, ya!"
"Emang kamu bisa apa?" tantangku.
"Aku kan punya sumber kekuatan besar yang namanya twitter do your magic."
Aku hanya bisa memutar mata kalau mengingat Jae dan kenarsisannya di sosial media. Lihat saja 24 jam ke depan pasti adik adiknya akan ia jadikan konten.
"Mas, Ibu udah transfer uang buat kalian. Kalau kurang, nanti ibu transfer lagi. Tapi kalau bisa jangan sampe kurang, ya." Sungjin mengangguk menyanggupi. "Kalian jangan boros-boros," ujarku pada kedua anakku yang paling besar.
"Oke, Bu."
"Oke, Mom."
YOU ARE READING
Fam6 - Day6 as a Family
FanfictionSungjin, Jae, Younghyun, Wonpil, dan Dowoon adalah saudara. *terinspirasi dari sebuah chat halu di twitter @mydayfess