Time Reverse

24 2 2
                                    

Di sebuah hutan nan lebat, tujuh orang berbeda berlari menjauh dari sesuatu. Salah satu dari mereka terlihat sesekali menengok ke belakang. Memastikan bahwa bahaya yang sedang mereka hindari tidak mengejar mereka. Mereka berlari hingga mencapai sebuah padang rumput di luar hutan.

"Kita... ada di mana?" Wanita bersenapan itu mengamati padang rumput itu. Tempat ini terasa asing bagi wanita itu. Dahinya berkerut seraya mencari tahu nama tempat ini.

Wanita dengan buku sihir di dekatnya juga mengamati sekitar. Padang rumput yang luas dan hijau. Ditemani dengan hembusan angin yang menenangkan. Ia memandang jauh ke arah depan. Dengan sedikit usaha, ia dapat melihat Gunung Sille berdiri dengan angkuhnya. Mengikuti arah bentangan gunung itu, ia tahu bahwa tempat ini sudah tak asing lagi baginya dan kedua teman dekatnya. Dengan sedikit keraguan dan kecemasan yang ada dalam dirinya, wanita itu mengucapkannya. "Padang rumput Sille."

"Jack. Bisa kau siapkan dinding tak terbatas?" Yang ditanyai hanya mengangguk sebagai jawaban. Selain pria bernama Jack, semua orang berlari ke belakang pria itu. Jack lalu menancapkan perisai besarnya ke tanah. Dalam hitungan detik, perisai itu berubah menjadi sebuah dinding membentang ke arah timur dan barat.

"Yuri. Buat keberadaan kita tak terdeteksi olehnya. Dia pasti masih mengejar kita. Aku masih bisa merasakan hawa keberadaannya." Seorang wanita dengan buku sihir di dekatnya melangkah ke depan. Detik kemudian, buku sihir itu terbuka memperlihatkan tulisan-tulisan mantra di dalamnya. Halaman-halamannya terbuka bak tertiup angin kencang sebelum akhirnya berhenti di sebuah halaman. Buku itu lalu bersinar terang.yang kemudian sinar tersebut terbang mengarah ke dinding tadi. Perlahan, dinding itu menjadi tembus pandang di hadapan mereka seolah dinding tak terbatas tadi tak pernah ada.

"Oke. Saatnya menyusun rencana," ucap salah seorang yang nampaknya merupakan pemimpin mereka. Mereka lalu duduk melingkar, seperti yang biasa mereka lakukan di aula guild milik mereka.

"Tapi, sebelum kita menyusun rencana, ada yang ingin kutanyakan pada kalian." Pemanah itu kembali mengamati padang rumput yang terhampar di sekeliling mereka, begitupun dengan seorang wanita pemegang Bard di sebelahnya. "Padang rumput Sille... tempat apa ini sebenarnya? Kenapa kita tidak berusaha keluar dari sini selagi bisa?"

Semua orang, terkecuali sang pemanah, menahan tawa setelah mendengar pertanyaan konyol itu. Dua tahun memainkan game ini dan ia tidak tahu Padang rumput Sille, mungkin itulah yang ada di benak enam orang itu. Pengguna pedang yang ada di sebelah Yuri mendekati pemanah itu.

"Dengar... Ares, kau tahu gunung itu?" Pengguna pedang di guild mereka menunjuk jauh ke arah belakang sang pemanah. Merasa tidak ada jawaban dari lawan bicaranya, ia lalu berkata, "Itulah Gunung Sille."

Pemimpin mereka lalu mengambil alih menjawab pertanyaan pemanah mereka itu. "Gunung Sille itu salah satu batas alami dari game ini yang tidak bisa dilewati. Atau kita bisa juga menyebutnya Invisible Wall, dinding tak terlihat yang tidak bisa dilewati. Invisible Wall biasa digunakan untuk memberi batas sejauh mana kita bisa berkelana. Jadi, bisa dibilang kita terperangkap sekarang. Dan, keputusan terbaik untuk sekarang adalah melawan balik. Kabur juga bukan pilihan terbaik karena kita tidak bisa kembali masuk ke hutan. Dia pasti bisa membunuh kita dengan mudah di sana."

"Baiklah. Aku mengerti," jawab Ares.

"Oke. Sekarang kita kembali ke diskusi kita. Ada yang punya rencana?" ucap pemimpin mereka.

Support mereka, seorang wanita yang memegang Bard mengangkat tangan. "Aku ada ide." Semua mata kini tertuju pada wanita itu. Tak ada yang mengeluarkan suara, pertanda jika kini mereka siap mendengarkan ide dari wanita, atau bisa disebut gadis 16 tahun itu. "Bagaimana jika kita menggunakan skill dari kak Ellie dan kak Yuri? Mengingat dia kebal terhadap damage bertipe physical dan serangan dari kak Ellie dan kak Yuri bertipe magic."

Midgardr OnlineWhere stories live. Discover now