29

1.4K 177 6
                                    


"Tadi, sama Jungkook—ngapain, Bi?"

Jaehyun akhirnya memulai pembicaraan duluan dengan pertanyaan yang sedari tadi terus berlarian di pikirannya. Apa lelaki itu berusaha mendekati Eunbi lagi?

"Oh, tadi aku cuman nabrak dia aja kok, Jae." Eunbi tersenyum tipis lalu mengalihkan lagi pandangannya ke luar jendela. Sebetulnya dia sendiri masih menetralkan pikirannya setelah bertemu dengan Jungkook tadi.

Sejujurnya, gadis itu sudah tidak mau lagi berurusan lagi dengan Jungkook. Eunbi juga sudah tidak mau lagi ditanya-tanya tentang hubungannya dengan Jungkook—atau apapun yang berkaitan dengan lelaki brengsek itu.

"Tapi tadi dia nahan tangan kam—"

"Jae, kalau kamu masih mau tanya aku soal dia, mending kita pulang aja. Aku bener-bener nggak punya mood yang bagus buat bahas soal itu." Kini Eunbi menoleh lemas ke arah Jaehyun dengan mata yang sayu.

Jaehyun yang merasa bahwa ia telah menghancurkan mood gadis disampingnya, tiba-tiba terdiam. Dia menyesal karena ia sadar dirinya kini tengah diselimuti oleh rasa cemburu dan rasa penasaran tidak bisa ia kendalikan.

Lelaki itu sungguh menyayangi Eunbi. Dia tidak mau gadis itu kembali di ambil oleh lelaki brengsek seperti Jungkook. Setidaknya, jika ia memang tidak bisa memiliki Eunbi suatu saat nanti, biarkan dirinya menjaga hati itu agar tidak kembali patah lagi.

"Ya—aku minta maaf, Bi." Suara Jaehyun memelan, sesekali melirik cemas ke arah Eunbi yang sedari tadi sudah memalingkan lagi wajahnya ke luar jendela.

Eunbi sudah bekerja keras hari ini, jadi harus kubiarkan ia beristirahat dan menunda jadwal menonton kita malam ini. pikir Jaehyun, sembari menoleh—memperhatikan gadis itu yang ternyata tertidur.

——

"Hei, Jackson!"

Lelaki bertubuh kekar yang tubuhnya dibaluti jas putih itu menoleh. Ia mengangkat sedikit kedua ujung bibirnya, lalu melambaikan tangannya. "Hei, Mark."

Dokter yang bernama lengkap Mark Yi-En Tuan itu menghentikan langkah cepatnya di samping tubuh Jackson sambil menepuk bahu lelaki itu. "Kemana aja lo?"

"Lo tau—gue bener-bener sibuk buat bolak-balik Gangnam. Dan beberapa hari terakhir ini, gue emang lebih banyak ngabisin waktu disana. Ada pasien gue—masih kecil—yang keadaannya cukup parah, dan keluarganya nggak mengizinkan buat dipindahin ke sini. Terlalu jauh, katanya." Jackson memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas, lalu bersandar pada pilar besar dibelakangnya.

"Sakit apa?"

"Karsinoma sel basal, tingkat akhir." Lelaki itu menghela napas, setelah menjawab pertanyaan Mark dengan jawaban yang sangat tidak ingin ia katakan. Apalagi mengingat pasien yang menderitanya baru berumur 15 tahun.

"Sorry to hear that. Terus, keadaannya sekarang gimana?" tanya Mark, penasaran. Karena kebetulan, mereka ada di divisi spesialis yang sama, spesialis kulit.

Jackson menggeleng, "Masih koma."

puk!

Mark menepuk bahu Jackson berkali-kali. "Semangat, bro. Everything happens for a reason. Kita sebagai dokter, cuman bisa menjalankan tugas kita—menyelamatkan seorang pasien, entah bagaimanapun caranya."

"Thankyou, Mark."

"Udah—ah. Nggak ada mellow-mellow kalau sama gue! Mau ngopi, sebentar?" Mark menunjuk sebuah mesin pembuat kopi otomatis di dekat sana, sambil mengangkat kedua alisnya bersamaan.

✔️doctor ; sinb + jungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang