Athena berjalan menyusuri sebuah jalur kecil yang adalah jalan menuju tempat tujuannya. Ia menatap sekelilingnya, pemandangan indah menyapu mata cokelatnya. Berbagai jenis tanaman, bebungaan, pepohonan tumbuh di taman yang besarnya ratusan kali lipat dari luas rumahnya. Mulutnya terbuka menyadari betapa indahnya bunga-bunga yang bermekaran disekitarnya. Ia tersenyum menikmatinya sepanjang jalannya.
Ia menatap gerbang belakang kerajaan dari jauh, besar dan menakjubkan seperti surga di tengah bumi. Bala tentara surga ada dimana-mana, Simon dan Petrus dengan seragam putihnya memagang tombak hitam dengan ujung berbentuk kepala ular dan tombak itu terlihat sungguh indah. Keduanya berdiri tegap menatap lurus tepat mengarah ujung utara dunia. Athena tersadar bahwa ia masih berada di Hellenes Yunani saat ini. Ia melangkah menghadap kedua pengawal kerajaan yang saat ini sedang menatapnya.“Ada keperluan apa nona?” Tanya salah seorang diantaranya sementara yang disampingnya masih menghadap ke utara. Ia tidak bergerak seperti sudah dibekukan . Ia terlihat tidak butuh peregangan. Batin Athena. Ia terkikik membayangkan mereka harus berdiri kaku seperti robot dan dengan mata tidak berkedip sepanjang hari dan Sule si komedian legendari melakukan aksinya didepan mereka. Aku membaca ada yang kentut dan kencing di celana karenanya. Haruskah dia diundang ? mereka butuh peregangan.
“Ehm..aku pengganti Hera koki yang membutuhkan cuti sebulan kedepan. Kupikir kepala pelayan sudah memberitahu kalian” jawab Athena hormat.
Kedua pengawal itu membuka gerbang membiarkan Athena masuk ketika mendengar nama Hera melantun dari mulutnya. Ia melangkah memasuki area belakang kerajaan menuju ruangan para pelayan sesuai arahan pengawal tadi. Ia mendapati seorang wanita paruh baya tengah berdiri menyambutnya. Ia adalah malaikat lainnya di surga ini dengan senyuman hangatnya menyambut ramah Athena yang sedang melangkah mendekatinya.
“Hai nona Athena. Aku Rose kepala pelayan disini” sapanya masih dengan senyum hangatnya.
Ia sangat lembut namun aura ketegasan masih tergambar jelas di wajahnya. Ia bisa dengan mudah dikenali sekalipun tidak memperkenalkan dirinya sebagai kepala pelayan.
Athena memberinya salam sambil memeluknya. Mereka memasuki bangunan itu. Sekali lagi Athena dibuat kagum. Design cantik dengan warna klasik, beberapa lukisan merekat didinding putih, patung di beberapa sudut dan perabot mahal lainnya memenuhi ruangan ini. Athena sangat mengagumi ruangan itu yang bahkan hanya ruangan untuk para pelayan. Sepertinya raja sangat menyangi semua orangnya.“Nona Athena kau akan mulai bekerja. Ini adalah kamar ibumu kau bisa memakainya sekarang. Silahkan mengganti pakaianmu aku akan menunggumu diluar” Athena mengangguk tersenyum membalas senyum ramah kepala pelayannya.
Sejenak ia menatap kamar yang besar itu. Merasa senang ia tersenyum lagi untuk kesekian kalinya merasakan ibunya tidak menderita selama bekerja dengan semua kebutuhannya terlihat lengkap tersusun rapi dalam lemari cokelat disampingnya. Ia melepas pakaiannya mengganti dengan seragam pelayan kerajaan. Athena menatap pantulan dewi perang dan kebijaksanaan di cermin didepannya. Baju itu menempel sempurna ditubuhnya. Merasa siap ia menarik gagang pintu kamarnya menemui kepala pelayan yang sejak tadi setia menunggunya. Mereka berjalan menuju istana sambil membicarakan beberapa hal aturan kerja. Walaupun ibunya sudah lebih awal memberitahunya namun Athena tetap mendengarkan kepala pelayan itu berbicara untuknya.
“Apakah aku memasak untuk seluruh keluarga kerajaan?” Tanya Athena ketika Rose menyuruhnya menyiapkan makan siang. Ia menatap bahan-bahan yang bahkan delapan puluh persennya tidak ia miliki dirumah. Semuanya baru dan segar.
“Kalau nona bisa masak untuk seribu orang dengan senang hati aku mengiyakannya” jawab Rose dengan nada bercanda. Ia tersenyum melihat ekspresi kaget Athena.
“Aku hanya bercanda Athena. Itu adalah jumlah orang yang tinggal disini hampir seribuan. Kita semua adalah keluarga” lanjut Rose menjelaskan.
“Ahh.. bibi Rose ini” Athena merasa lega tidak benar-benar memasak untuk seribu orang, semua tulangnya bisa remuk kalau ia harus memasak sebanyak itu.
YOU ARE READING
DEWI HELLENES
Romance"Aku mencintaimu" kata Athena menatap dalam sambil mengalungkan tangannya erat di leher kekasihnya "Aku mencintaimu juga tapi kamu sudah menjadi milik saudaraku" Pangeran Leonardo memeluk Athena lalu menciumnya. Ia menangis meratapi takdir dirinya...