Tinggal Bersama

567 67 2
                                    


Update‼️

Give me 30 vote✌










"Aku pulang."

Haechan memasuki rumah mewahnya.
Mengedarkan pandangan, mencari  seseoramg yang selalu menyambutnya ketika pulang sekolah.

Namun netra beningnya menangkap sosok asing yang duduk sendirian di ruang tamu.

"Maaf, anda siapa?" tanyanya tanpa basa-basi.

Orang itu mendongak, menatap tepat kedua mata milik Haechan kemudian tersenyum manis.

"Oh, kau sudah pulang Haechanie?"
Belum sempat orang itu perkenalkan diri, suara Seulgi sudah menginterupsi.

Haechan menoleh mengangguk, "Baru saja pulang ..."

"Dia siapa?"

"Ah, bibi hampir lupa. Perkenalkan Huang Renjun. Dia orang yang pernah bibi ceritakan padamu." ucap Seulgi dengan senyum khasnya.

Haechan mengangguk kemudian mengulurkan tangan dihadapan Renjun.
"Namaku Lee Donghyuck. Kau bisa memanggilku Haechan."

"Senang bertemu denganmu, Haechan."



🌺🌺🌺

Haechan, Seulgi dan Renjun asik mengobrol di ruang keluarga. Mereka membicarakan banyak hal.

"Kau akan tinggal disini bersama kami 'kan?" Ujar Haechan bersemangat.

"Tidak lama. Hanya beberapa hari sampai aku mendapatkan apartemen." jawab Renjun tenang.

Bahu Haechan merosot. Ia merasa sedikit kecewa mendengar bahwa Renjun hanya tinggal sementara di rumahnya. Padahal pemuda itu sudah mulai merasa nyaman dan senang dengan keberadaan Renjun. Pasalnya ia hanya tinggal berdua dengan bibi Seulgi di rumah yang super luas ini.

"Daripada membeli apartemen, lebih baik kau tinggal bersama kami disini."

Renjun tertawa kecil. "aku tidak ingin merepotkan kalian."

"kau sama sekali tidak merepotkan kami Renjun. Bahkan aku sangat berterima kasih kalau kau mau tinggal bersamaku. Kau tahu, aku sangat kesepian dan tidak punya teman cerita."

"Bibi rasa tidak masalah kalau kau tinggal disini bersama kami. Lagipula tuan dan nyonya pasti akan menyetujuinya. Mengingat mereka sangat jarang berada di rumah dan Haechan juga kesepian tidak memiliki teman cerita."

Kali ini bibi Seulgi angkat bicara. Ia berharap Renjun berubah pikiran dan mau tinggal bersama dia dan Haechan disini.

Renjun menghela nafas, sembari melirik sekitar. Menimang sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menerima ajakan Haechan.

Sepertinya tinggal disini tidak begitu buruk.

Selain bisa menemani Haechan, Renjun juga memiliki banyak waktu membicarakan rencananya bersama bibi Seulgi.



🌺🌺🌺


Setelah makan malam bersama, Haechan buru-buru pamit ke kamar untuk mengerjakan tugas.

Sedangkan Renjun bersama bibi Seulgi menuju kamarnya.

"Renjun .."

"Ya, bibi?"

"Maaf, bibi yang sudah memintamu untuk datang kemari..." sorot mata bibi Seulgi nampak sendu.

"... Bibi tahu, ini sangat sulit bagimu." lanjutnya lagi.

Renjun menghela nafas pelan. Lalu berpindah tempat di samping bibi Seulgi.

"Tidak apa-apa bibi. Aku sudah dewasa sekarang, aku tidak mungkin terus-terusan mengingat masa lalu." Renjun mencoba tersenyum agar bibi Seulgi tidak merasa bersalah.

"Bibi, sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padamu." Renjun merubah ekspresinya menjadi serius.

"Apa bibi bisa jelaskan lebih detail mengapa memintaku datang kemari?"

Menghela nafas panjang, Seulgi mengubah posisi duduknya menghadap ke depan. "Seperti yang sudah Bibi katakan. Bibi ingin kau melindungi Haechan."

Alis mata Renjun bertautan.

Seulgi kembali mengarahkan wajah kearah Renjun. "Suatu hari dia pulang dengan keadaan yang menyedihkan..."

"... Wajahnya penuh luka dan lebam. Bibi merasa gagal menjaga Haechan. Apalagi dengan keadaan bibi yang seperti ini."

Renjun dapat melihat kesedihan di mata Seulgi.

"Dia selalu jadi korban bully di sekolah. Bahkan, saingannya pernah hampir membunuh dia."

"Saingan? Maksud bibi?"

"Haechan adalah pewaris Neo Culture Corporation. Ada juga sepupunya yang ingin merebut hak waris itu dari tangan Haechan."

Renjun menganggukan kepala lalu tersenyum tipis dengan tangannya menggenggam tangan bibi Seulgi.

"Bibi pasti sangat menyayangi Haechan. Dan aku tidak ingin membuat bibi sedih. Karena itu, aku pasti akan melindungi Haechan."

Bibi Seulgi tersenyum, "Terima kasih Renjun, bibi berutang budi padamu."

Renjun menggeleng, "Tidak bibi. Ini adalah tugasku. Bibi sudah mewariskan kekuatan bibi padaku, mungkin sudah saatnya aku menggunakan kekuatan ini untuk menolong orang lain."


🌺🌺🌺


"Jeno,"

Pemuda tampan bermata sipit itu menoleh. Seperti ada yang memanggilnya. Namun ia sadar kalau dirinya sendirian disitu.

Jeno menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Seperti ada yang memanggilku."

Detik berikutnya mata Jeno membulat. Ia merasakan jantungnya berdegup kencang.

Disana!

Didekat pintu kamar, berdiri sosok yang sudah tidak asing lagi baginya.

"Bi.. Bibi Yoona? Bibi kau'kah itu?"

Sosok cantik yang bernama Yoona itu tersenyum manis meskipun terlihat samar dari pandangan Jeno.

"Hah? Kekuatanku sudah kembali?" Jeno heboh sendiri dalam kamarnya.

Ia segera melompat turun dari tempat tidur dan segera menghubungi Jaemin, sahabat karibnya.

"JAEMIN-AH!" Ujar Jeno setelah pemuda diseberang sana menjawab panggilannya.

"Jeno, aku mendapatkan kembali kekuatanku."

Jeno terkejut setengah mati. Suara Jaemin terdengar sangat bahagia.

Lalu sedetik kemudian,

"Ada apa kau meneleponku?"

"Dasar bodoh! Untuk apa aku meneleponmu? Ya jelas saja untuk memberitahumu kalau kekuatanku juga sudah kembali." Ujar Jeno kemudian mendengus kesal.

Jeno dapat mendengar dengan jelas suara tawa pemuda Na diseberang sana.

"Sudahlah, aku mau tidur."

Tuttt..tutttt..

Jeno memutuskan panggilan secara sepihak. Lalu menaruh ponsel di atas meja.

Dengan ragu Jeno mengalihkan lagi pandangannya ke pintu. Namun sosok itu sudah tidak terlihat lagi.

"Yang tadi itu sungguhan? Aku akan menceritakan hal ini pada ibu besok pagi."


















TBC

Holaaaaa, apa kabar yorobun?

Maaf yah aku baru bisa update (¬_¬)

Akhir-akhir ini aku sedikit down, dan berujung dengan malasnya mengetik huhuhu T.T

Tolong dukung cerita ini yahh,, susah-susah lohh aku ngetiknya..

Cukup vote dan berikan komentar ttg cerita ini٩(๛ ˘ ³˘)۶♥
Okay?

Baiklah, sampai ketemu lagi≧∇≦

Beautiful Time || nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang