Nekat

558 62 7
                                    

Update‼️
Give me 30 vote✌









Renjun dan Jaemin tengah bersandar pada tembok gerbang sekolah sambil menunggu Jeno mengeluarkan mobilnya di parkiran sekolah.

"Apa kau yakin Renjun?" Tanya Jaemin sedikit ragu.

Renjun mengangguk mantap, "Aku yakin Jaemin. Firasatku tidak pernah salah."

Renjun menutup mata dengan kepala mengarah ke langit. Ia menarik nafas dalam lewat hidung dan menghembusnya pelan.

'Haechan dalam bahaya dan kalau aku terlambat, semua bisa fatal.'

Pippp...

Bunyi klakson mobil Jeno membuat mata Renjun terbuka.

Dengan cepat ia menarik Jaemin segera naik dan mengikuti Haechan yang baru saja berjalan menuju tempat yang katanya rahasia.

Semoga mereka tidak kehilangan jejak anak itu.


















Di tempat lain,

"Jisung, apa kau yakin mau melakukan hal ini?"

Jisung menoleh dan mengangguk mantap, "Aku yakin Chenle, aku melihat bagaimana kak Haechan di tampar dan di pukul oleh seseorang."

"Dan kau mau mengikuti kak Haechan sekarang? Bagaimana kalau kita ketahuan dan malah kita yang di pukul?"

Jisung terdiam, perkataan Chenle membuatnya sedikit ragu dan takut.

"Tapi bagaimana kalau terjadi sesuatu yang parah sama kak Haechan? Aku akan merasa sangat bersalah karena tidak menolongnya..."

Jisung kembali menatap Chenle dengan tatapan sendu. Berharap sahabatnya itu mau melakukan aksi heroik bersama.

"... Ayolah Chenle. Kalau kita bekerja sama, aku yakin kita bisa menyelamatkan kak Haechan."

Chenle sedikit kaget dengar ucapan Jisung.

"Kau pikir aku tidak tahu, kalau kau itu jago bela diri?"

Jisung menyunggingkan senyum jahilnya. Sedangkan Chenle hanya mendengus kesal dengan bibir mengerucut kecil.

'Syukurlah, ku kira dia tahu soal kekuatan yang selama ini ku sembunyikan' batin Chenle.

"Baiklah, kau tunggu disini, aku mengambil motor dulu." Ujar Chenle kemudian berlalu dari hadapan Jisung.





🌺🌺🌺

Tap..tap..tap

Haechan berjalan tenang memasuki lorong kecil nan sempit, setelah dirinya turun di depan pertokoan mewah tadi.

Dari kejauhan Haechan dapat melihat segerombolan orang yang sudah menunggunya sejak tadi.

"Ternyata punya nyali juga. Ku pikir kau akan ketakutan seperti kemarin."
Ujar gadis bertubuh tinggi itu dengan angkuhnya.

Haechan menundukkan kepala tidak berani menatap mata gadis dihadapannya ini. Mengepalkan telapak tangan, Haechan berusaha membangkitkan keberanian dalam dirinya.

Yah, Haechan nekat datang kemari.

Sepertinya pemuda itu sudah bosan di pukul karena tidak pernah datang menemui gadis itu.

"Sayang banget..." gadis itu mengeluarkan seringai pada wajahnya. "... Padahal teman-temanku sangat ingin memukul mu."

Haechan tersentak, tubuhnya mulai bergetar menahan tangis. Tapi itu akan sangat memalukan kalau sampai harus menangis di hadapan gadis ini.

"ANGKAT WAJAHMU!"

Glinggg....

Gadis itu baru saja ingin menarik rambut Haechan, seandainya ia tidak mendengar suara botol bekas menggelinding.

"Siapa disana?" teriak salah satu diantara mereka.

Haechan ikut menoleh ke sumber suara.

"Kau yakin datang sendirian?"

Haechan kembali menatap gadis itu, namun saat hendak menjawab ia malah di tampar dan di pukul.

Plakk!! Bughh!!

"Ampun.." Pekik Haechan sebelum keseimbangannya goyah.

...

Chenle memarkir motornya di dekat lorong sempit yang dimasuki Haechan. Beruntung mereka sempat melihat kakak kelas nya masuk kesana.

Segera ia dan Jisung bergerak memasuki lorong yang gelap itu.

Setelah beberapa lama mereka melihat sekumpulan orang dan Haechan di depan sana.

Beruntung lorong itu minim cahaya dan jarak yang lumayan jauh sehingga tidak ada yang menyadari kehadiran mereka.

Dengan cepat, Chenle dan Jisung bersembunyi di samping bak sampah yang lumayan besar. Namun naas nya mereka harus menahan bau busuk disana.

"Sayang banget, padahal teman-teman ku sangat ingin memukulmu."

Suara gaung gadis di depan sana membuat Chenle dan Jisung membulatkan mata. Terkejut.

Keduanya menelan saliva, keringat dingin mulai bermunculan.

Jisung mencoba mengintip di balik bak sampah besar ini.

Namun sial, dirinya tidak sengaja menendang botol bekas di dekat kakinya.

Glinggg...

"Siapa disana?"

Teriakan orang itu membuat Chenle bersiap kabur, namun dengan cepat Jisung menahannya.

Pemuda bermata sipit itu menggeleng, memberi peringatan pada Chenle untuk tidak kemana-mana.

"Kau yakin datang sendirian?"

Lagi suara gadis itu kembali terdengar samar.

Karena penasaran, Jisung mencoba mengintip lagi. Dan bagaikan de javu, kejadian yang muncul pagi tadi pun terlihat dengan nyata di hadapannya.

Dengan cepat Jisung menarik tubuh kembali, bersembunyi, karena tidak sanggup melihat Haechan yang sudah jatuh tidak berdaya.

Jisung hampir menangis, antara sedih dan panik. Karena seseorang di depan sana sempat melihat kearah Jisung.

Samar-samar Chenle dan Jisung mendengar suara langkah kaki yang berjalan ke tempat persembunyian mereka.

Tinggal beberapa langkah saja orang itu sampai, tiba-tiba sebongkah plastik sampah besar melayang mengarah ke tubuh orang itu dan membuatnya histeris.

Semua yang disana kaget namun ada yang tertawa dan mengumpati kesialan teman mereka.

Namun saat orang itu hendak berdiri, secara mengejutkan lagi tubuhnya melayang, berputar di udara dan kemudian terhempas jauh menindih kumpulan orang yang hendak mengeroyok Haechan.

Tanpa babibu, Chenle menarik tangan Jisung kemudian keduanya berlari sekuat tenaga keluar dari lorong tersebut.
Dan melewati tembok dimana Renjun, Jeno dan Jaemin sembunyi.





























Segini dulu yah, lanjutannya di episode berikut😊😀

Beautiful Time || nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang