Lintas memori usailah sudah. Semua kenangan itu sudah terlewati dan kini mereka harus menikmati sisa waktu bersama hingga ke penghujung hari ini. Langit yang sedang membaca buku novel terjemahan prancis itu terlihat sangat serius.
Halaman demi halaman ia balik, sementara Kisha merasa bosan karena tidak ada obrolan di antara mereka. Hanya ada lagu klasik terputar dari stasiun televisi yang menampilkan orchestra.
"Langit," panggil Kisha. Sang empunya nama hanya menengok dan menumpukan dagunya dengan telapak tangan. Satu alisnya naik seraya menggoda Kisha.
"Apa sayang?"
"Isshh, kamu ngeselin banget!!" Kisha menahan gemas. Wajahnya memerah bak kepiting rebus. Beberapa saat kemudian, Langit mengusap pipi Kisha. Senyuman terukir di bibirnya.
Entre deux cœurs qui s'aiment, nul besoin de paroles. (Two hearts in love need no words.)
Dua hati yang saling jatuh cinta tidak perlu kata-kata untuk mengungkapkan rasa mereka.
Kini terjadi nyata. Tatapan mereka hanya saling bertubrukan. Tak ada isyarat apapun pada mata mereka.
Hanya saling menatap tanpa mampu mengucapkan kata-kata.
Bibir Langit mendekat, bahkan Kisha bisa merasakan hangatnya hembusan nafas Langit. Kisha menutup matanya, merasakan sapuan bibir itu di atas bibirnya.
Kecupan itu tidak bertahan lama. Langit memutus kontak mereka, lalu mengusap bibir Kisha.
"I crave for you each days, Kisha. No one would love you crazier than me."
Kisha tersenyum. Pipinya tersipu. Bak putri yang disunting oleh sang pangeran, katakan pada Kisha bahwa saat ini adalah waktu terindah sepanjang hidupnya.
"Langit, no mouth can tell how much I love you, and no words can describe how much I adore you⏤so... thank you for your existence, I guess?" Kisha menatap Langit, hatinya sedikit berdesir tatkala Langit memasang ekspresi diamnya.
Laki-laki itu kemudian merengkuh tubuh mungil Kisha. Tangannya dilingkarkan pada pinggang yang lebih kecil. Ia sedikit menunduk dan berbisik, "Fuck that, baby. You're so cute."
Si gadis merinding. Tubuhnya meremang mendengar suara Langit. Suara apa itu? Kenapa begitu berat dan serak?
Kisha mencuri sebuah kecupan pada pipi Langit, lalu menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Langit. Langit sedikit terkejut, namun kemudian tersenyum dan memeluk Kisha. Surai halusnya ia usap, menyisir rambut itu dengan sela-sela jarinya.
Vivre d'amour et d'eau fraiche. Persetan dengan dunia, cinta mereka harus abadi.
Langit melepas pelukan mereka. Kemudian ia duduk di atas kursi yang menghadap langsung dengan halaman rumah mereka.
Tangannya mengenggam sebuah pemantik. Langit akan menghisap asap lagi.
"Weed, sayang?"
Langit mengangguk, "Terakhir di minggu ini."
Kisha mengangguk, lalu membantu Langit melinting daun-daun ganja itu ke dalam kertas. Setelah selesai, Kisha memberikan lintingan ganja itu kepada Langit. Langit menjepit lintingan ganja itu ke sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya.
Api pun menyala saat Langit menyalakan pemantik itu ke arah lintingan ganja. Api membakar ujung gulungan kertas itu. Bara api mulai berjatuhan, Langit tersenyum tipis dan menghisap lintingan ganja itu.
Langit menghembuskan kepulan asap. Kisha menghirupnya. Di beberapa kesempatan, Kisha juga ikut menghisap lintingan itu. Saling bertukar hingga mereka melayang bersama.
Kisha sudah di atas Langit. Langit merengkuh tubuh Kisha dan menyatukan bibir tatkala asap keluar dari mulut mereka. Ciuman itu bertambah panas saat Langit mulai memagut bibir Kisha. Melumat hingga apa yang terdengar di ruangan mereka hanyalah bunyi kecipak basah dari bibir mereka.
Kisha melepas lumatannya, lalu menatap Langit dengan matanya yang sayu. Hal yang sama berlaku untuk Langit. Matanya menatap Kisha dengan sendu. Mengisyaratkan bahwa mereka berdua sudah terbang, mengalami euforia yang membuat mereka tersenyum lebar.
And that's where that hot make-out session started, again.
Biarkan aku melayang,
Karena aku rindu
Rindu rasanya
Terbang bersamamu.
--
Vivre d'amour et d'eau fraiche = Sebuah idiom dari bahasa prancis yang berarti "Mencintai seseorang dan tidak perduli dengan apapun."