10

2.1K 275 95
                                    

•Ada apa?

⎯⎯⎯⎯⎯

"Mukamu pucet, kenapa?" pertanyaan itu di lempar, ketika Seokjin terdiam cukup lama setelah membuka handphone. "Ada masalah?"

Seokjin memilih geming, sendirinya berada dalam tarikan masa lalu yang begitu memuakkan jika diingat kembali. Namun sang pemberi ingatan baru saja menyapa lagi.

Dengan kiriman bunga, pagi ini.

"Seokjin?" tepukan pundak membuat Seokjin menoleh pelan, masih dengan pandangan sendu seolah sesuatu yang buruk baru saja menimpa. "Kamu kenapa? Sakit lagi?"

Di balas gelengan. "Enggak. Btw, nanti nggak usah mampir ya, Tae?"

"Kenapa?" ia mengernyit. "Ada tamu?"

"Enggak."

"Nah terus?"

"Gue," Seokjin kembali memalingkan wajah dan menunduk. "Mau tidur. Capek."

"Ya udah, nggak apa-apa. Tapi mandi dulu ya nanti, biar nggak gatel-gatel pas tidur."

"Nggak usah ngajak ribut deh, pulang dulu."

"Cuma diingetin mandi kok, ngajak ribut mananya."

Disini, permukaan torso si Kim yang memegang kendali mobil itu di cubit keras. "Disini nih disiniiii!"

"Duh! Sakit lho, Seokjin."

"Biarin."

"Tanggung jawab, bukan biarin."

"Nyebelinnnn, udah diem!"

Berakhir Taehyung menyengir lebar sekali, dan membiarkan Kim Seokjin bersidekap sebal menatap luar jendela.

⎯⎯⎯⎯⎯

"Loh?" Taehyung mengernyit heran, ia berjalan mendahului menuju pintu kamar Seokjin.

Namun, disini yang membuatnya heran adalah berdirinya pemuda lain yang begitu ia kenali. Kakak dari manajernya sendiri, yang tak lain dan tidak bukan; Park Bogum.

"Kak, ngapain disini?"

Seokjin yang semula melangkah tanpa melihat jalannya kini mulai menengadah untuk mengetahui siapa yang menjadi lawan bicara Kim Taehyung. Yang di maksudkan hanya mengangguk kecil.

Dimana presensi pemuda Park itu membuat Seokjin kembali mati rasa. Dimana si masa lalu itu berdiri, tepat di depan pintu kos yang membuatnya sekian lama bersembunyi.

"Halo? Taehyung. Harusnya kakak yang nanya, kamu ngapain disini?" balasnya ramah.

Seokjin berlari kecil untuk bersembunyi di balik tubuh Taehyung  meskipun tidak membantu sama sekali. Yang membuat si Kim yang kini menjadi tameng menoleh sekilas pada belakang bahu, menatap bahwa Seokjin memang berniat untuk menyembunyikan diri dari pandangan si Park.

"Nganter Seokjin, kakak sendiri?"

Di balas kekehan. "Mau ketemu Seokjin, kakak kangen sama dia."

"Kangen?" Taehyung mengernyit, kemudian berbalik untuk membuat posisinya berhadapan dengan Seokjin. "Kamu ada hubungan sama kak Bogum?"

Seokjin sudah menunduk, tidak membiarkan Taehyung untuk melihat wajahnya sama sekali. Wajahnya merah, mungkin jika di biarkan untuk menengadah; pastilah sudah menangis.

"Seokjin, saya tanya sama kamu." kedua bahu di pegang lembut sekali, "Kamu ada hubungan sama kak Bogum?"

Yang di maksudkan menyela disini, menepuk bahu Taehyung hingga empunya menoleh. "Katanya kamu cuma anter Seokjin? Nggak pulang?"

"Kakak ada hubungan apa sama Seokjin?"

Sebuah tawa kecil sebagai balas. "Itu bukan urusan kamu, 'kan?"

Taehyung menggeleng walaupun kenyataannya adalah iya. Dirinya bukan seseorang yang berhak untuk mengetahui segala sesuatu tentang kedua pemuda yang kini berada di sebelah kanan dan kiri, namun secara tersirat Taehyung sudah menganggap berhak.

Taehyung sayang Seokjin. Sayang sekali.

Maka dari itu, sekecil apa pun masa lalunya kesayangan, Taehyung ingin sekedar untuk tahu.

"Seokjin," panggil Taehyung lirih, nyaris seperti gumaman. "Saya pulang dulu, ya?"

Tidak ada jawaban, yang membuat Taehyung kecewa. Sebersit pemikiran tentang perkataan Seokjin beberapa waktu lalu, tentang usahanya yang membuat si manis itu terganggu.

ah jadi benar ya?

Tidak berguna.

"Kak, pulang dulu, titip Seokjin."

"Pasti."

Dan memang benar, Taehyung sudah melangkah lambat sekali; namun tidak ada panggilan, atau salam pertanda hati-hati di jalan. Seokjin memang selalu mengabaikan Taehyung.

sakit, tapi masih sayang.

Harapannya berakhir ketika tangan mulai membuka pintu, namun sebuah tarikan kecil pada lengannya membuat menoleh segera. Disana ada Seokjin, yang sudah berlinang air mata dengan senyum kecil manisnya.

"Jangan pulang."

Suaranya nyaris teredam isakan, Taehyung merasakan di balik rusuknya seolah ikut sakit begitu mendapati Seokjin menangis seperti ini. Entah apa yang menjadi sebab, Taehyung tidak perduli. Tanpa berpikir, ia mengangguk.

Sementara di belakang Seokjin, berdiri Park Bogum yang menghela napasnya kasar.

"Pulang dulu, Seokjin. Ketemu lagi, nanti." pemuda itu menghilang selepas kata pamit.

Tanpa perduli bahwa Taehyung juga masih ada.

"Tae," panggil Seokjin lirih, di balas gumaman. "Mau tinggal sebentar?"

Yang tentunya membuat Kim Taehyung tidak mengulur waktu untuk menarik Kim Seokjin ke dalam peluk erat. "Saya nggak kemana-mana, saya selalu disini, buat kamu. Selama apa pun itu, saya bersedia."

⎯⎯⎯⎯⎯

ambyarssador ㅡ taejin [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang