11

3.4K 288 268
                                    

akhir.

⎯⎯⎯⎯⎯

Adanya sepi, yang malam itu menjadi satu-satunya pengisi.

Memang, segala hal itu berat jika menyangkut masalah intuisi.

Disini Kim Taehyung duduk bertekuk lutut, membiarkan Seokjinnya duduk nyaman di atas sofa. Wajahnya mendongak sementara yang di atas balas menunduk. Sekian waktu di lewati hanya untuk berdiam diri satu sama lain.

Heningnya tidak nyaman.

Canggung,

Ragu,

Seokjin ingin mengatakan sesuatu, namun tertahan; kalau-kalau berakhir ia akan ditinggalkan sendirian oleh Kim Taehyung.

"Mau bilang sesuatu?"

"Ya?" Seokjin mengangkat kedua alis dengan gigitan bibir bawah tipis sekali. "Bilang apa?"

"Tentang kak Bogum?"

Kembali di jumpai, wajah sendu Seokjin yang membuat fitur wajah pemuda itu semakin kelabu. Ada penyesalan untuk pertanyaan yang di lontarkan Taehyung, namun Seokjin segera menepisnya dengan senyum setelahnya.

"Tapiㅡ," Seokjin menelan ludahnya susah payah. "Kalau kamu denger semuanya, nggak pergi?"

"Kamu?"

"Jangan di bahas dulu, biar aku selesai cerita semuanya."

Taehyung mengangguk setuju. Membiarkan pertanyaannya mengambang semu. Karena yang akan di jelaskan oleh Seokjinnya jauh lebih perlu untuk di perhatikan.

Jemari kurus milik Seokjin mulai membungkus pergelangan tangan Taehyung, yang menurutnya juga kurus kerempeng.

/nggak body shaming ya bos, keperluan.

"Waktu itu, aku masih muda."

"Sekarang juga?"

"Tae, denger dulu."

Dan membuat Taehyung sukses terdiam penuh dan duduk bersila dengan lengan yang senantiasa menjadi pegangan oleh Seokjin; yang kini masih sibuk menerawang untuk bercerita.

Usia Seokjin, masih delapan belas tahun.

Baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas, namun memang sudah harus bersiap pergi dari tempat dimana yang sudi menampungnya selama ini.

Panti asuhan.

Batas waktu tinggal adalah sampai seorang anak lulus pendidikan dua belas tahunnya, sementara selama ia tinggal disana tidak ada pula yang tertarik untuk mengadopsi.

Di usia yang masih menginjak awal usia dewasa, Seokjin di hadapkan pada dunia kerja yang dimana belum pernah di temuinya. Sewaktu tinggal di panti asuhan, hidupnya sangat teratur untuk lebih lama tinggal di dalam area panti, karena waktu untuk keluar juga sangat sedikit.

Belum lagi, Seokjin tidak punya teman sama sekali.

Nyaris, anak itu menyerah pada tahap awal mencoba mencari pekerjaan kalau tidak ada seseorang yang datang menawari pekerjaan mudah.

Katanya, Seokjin hanya perlu tersenyum untuk mendapatkan uang.

Di awal, Seokjin tidak menyetujui. Ia cukup sadar diri bahwa pemuda kampung seperti dirinya tidak akan mendapatkan hasil dengan mudah, apalagi sekedar bermodalkan senyum.

Sangat tidak mungkin.

Namun, kembali lagi pada yang menawarkan benar-benar membawanya ke Seoul. Dimana kota yang menjadi poros di negaranya itu berada.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ambyarssador ㅡ taejin [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang