Daniel Pov
Pada hari itu, sudah sekian lama Daniel meninggalkan dan ditinggalkan oleh Felysia, membuatnya memutuskan untuk mengunjungi sang gadis sebelum sang gadis tahu keberadaannya sekarang.
Diawali harinya dengan berkaca dan memperhatikan penampilannya yang berbeda jauh dengan dulu, ia kini terlihat lebih segar dan menawan, bagaikan ada sayap malaikat yang memperelok penampilannya.
Kini dia terlihat jauh lebih menarik karena perawakannya yang seperti itu. Ditambah dengan penampilannya yang secara alami memang menarik, rambut hitam pendek yang rapi dan pandangan mata tajam dengan alis mata yang tebal —membuat siapapun yang melihatnya mungkin akan langsung merasakan perasaan bahwa Daniel berbeda dengan orang lain. Bahkan, jika ada kenalannya melihat Daniel, rasanya tak mungkin orang itu masih mengenali dirinya.‘Bagaimana denganmu, Felysia?’
Ia bangun pada saat matahari sudah berada di atas kepala, siang hari, tapi awan gelap menutupi segalanya. Membuatnya bisa keluar dalam keadaan tak perlu bersitegang dengan rasa panas.
Dia berniat membeli beberapa ‘jajanan micin’ kesukaan Felysia di toko swalayan sebelum dirinya menemui sang gadis tersebut.
Tak romantis memang, bersebrangan dengan kebiasaan normal lainnya, memberikan hadiah bunga atau cokelat bukanlah sesuatu yang bisa Daniel lakukan.
Namun, langkahnya terhenti, dia melihat keberadaan dari seorang gadis berambut panjang seleher yang menjadi alasan keberangkatannya ke Bandung. Jarak mereka masih jauh, Daniel bisa saja bergerak mendekatinya tapi dia terlampau kaget untuk bisa bergerak.
Apa yang berada di dalam pemikiran sang pemuda, Daniel, hanyalah satu hal, itu adalah Felysia.
Apa yang membuat sang pemuda tersadar adalah fakta kalau gadis yang berada di jarak tak jauh dan tak dekat dengan dirinya sedang memberi makan seekor kucing, bahkan panggilan khas ‘Papuh’ seolah terdengar di telinga Daniel.
Membuat kedua langkah kakinya bergerak, langkah kaki nan khas yang jarang bisa ditemui pada orang lain, dimana dia bisa berjalan tanpa suara langkah yang terlalu menarik perhatian. Selalu melangkah dengan tenang dan tanpa suara, itulah ciri khas dari seorang Daniel.
Tapi langkah yang biasanya mengiringi diri pemuda tersebut langsung dihancurkan oleh sebuah hentakkan langkah yang penuh akan tenaga dan keputusasaan yang lama kelamaan mulai menerkam punggung milik Daniel dari belakang andaikan dia tidak bergerak dari tempatnya berada sekarang.
Ia melangkah, melangkah dan terus melangkah. Ingin hati meneriakkan nama dari Felysia, ingin dia memanggilnya seperti dulu.
‘Teh Pan’ lah cara daripada Daniel memanggil sang gadis yang dirindukannya, gadis yang membuat hidupnya berharga, berarti, dan berisi. Membuatnya ingin untuk menerjang segalanya dan semuanya, hanya untuk mendengarkan suaranya.
Suara yang selalu mengatakan,
“Sini, tos dulu.”
Suara lembut yang selalu mengucap,
“Cecep ku udah kasep kok.”
Berbagai suara, dengan berbagai kata yang terbentuk di dalamnya.
Salah satunya yang paling dirindukannya adalah,
“I love you.”
Langkah kaki Daniel pada awalnya hanyalah jalan cepat, dan mulai berubah menjadi sebuah larian dimana dia ingin mendekati Felysia. Ia ingin meraih gadis itu dengan kedua tangannya dan mengatakan betapa dia merindukan gadis tersebut.
Daniel tahu kalau dirinya yang sekarang adalah 180° tak mungkin Felysia akan mengenalinya begitu saja. Daniel yang sebelumnya akan berdandan masa bodoh, mengenakan pakaian oblong dan kolor yang selalu menggambarkan kemalasannya.
Sedangkan, Daniel yang sekarang sedang berada dalam setelan jeans casual yang seragam dengan sepatunya.
‘Apakah dia akan mengingatku? Apakah dia masih menyayangiku? Tapi, apa yang paling penting adalah... apakah dia masih mau berbicara kepadaku?’
Setelah berlari selama beberapa saat, napasnya tersenggal, di depannya sudah ada sang gadis. Pemuda berambut hitam itu berusaha untuk mendapatkan alur napasnya lagi setelah berlari.
“Felysia... Inez” Sembari menunduk dan bernapas tersenggal, dia menyebutkan nama dari sang gadis.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
herismine
Romance"Katanya, kamu menyukai hujan. Tapi, kenapa kamu masih tetap menggunakan payung?" -Daniel Revano. "Tahun sudah baru, luka masih sama." -Felysia Inez. Kisah romantis sepasang kekasih yang terpisah lama; Daniel Revano dan Felysia Inez.