ALDAN -7

45 11 3
                                    

***

Hari ini weekend. Jadi Aldan tetap rebahan santuy dengan memainkan gawai di atas kasurnya. Tidak berselang lama dia merasakan hal aneh di dalam perutnya—perutnya keroncongan karena lapar.

"Duh, perut ini gak bisa diajak berteman. Orang lagi males malah disuruh cari makan." Sambatnya.

Dia tukang sambat. Baginya sambat dan rebahan itu surga dunia. Hobinya rebahan, passionnya sambat.

Eh.. Cari makan? Apa mamanya tidak masak? Masak. Mamanya masak, tapi jika hari minggu masaknya agak siang. Jadi, Aldan biasanya cari makanan-makanan ringan untuk ngeganjel perutnya.

"iya-iya diem dulu deh perut. Ini mau berangkat cari makan. Kamu jangan ngambek dulu" Katanya sambil mengusap-usap perutnya seperti ibu hamil.

Dia bergegas turun dari kekasihnya—kasur dan menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya. Dirasa matanya cukup untuk melek dia keluar dari kamar mandi dan mengambil jaketnya. Dia keluar kamar dan turun ke bawah.

"Mama, Aldan cari makanan dulu ya" Pamitnya kepada mamanya yang sedang duduk di sofa dan—kayaknya sedang membaca katalog baju.

"Iya" Jawabnya singkat.

Setelah dirasa telah dibolehin mamanya. Aldan mengambil kunci motornya dan keluar rumah. Dia menaiki motornya dan menghidupkan motornya. Dia keluar dari perkarangan rumah dan menuju ke taman komplek, karena di sana setiap Minggu pagi banyak penjual makanan.

Taman komplek dan jejeran penjual-penjual makanan telah terlihat oleh matanya Aldan. Dia memarkirkan motornya di samping penjual...Cimol sepertinya.

"Banyak juga, keliling keliling dulu lah. Lagi pengen cakwe. Semoga aja bapak penjualnya ada." Katanya seraya dia turun dari motor.

"Bapak, saya nitip motor saya ya pak. Mau nyari-nyari makan dulu." Katanya kepada bapak penjual cimol.

"Iya dek nitip aja. Akan bapak jaga sepenuh hati seperti malika." Jawab bapak penjual cimol dengan sedikit lawakan.

"Bapak ini bisa aja ngelawak. Daftar jadi anak didiknya ajiz gagap aja pak." Canda Aldan diselingi ketawa kecil.

"Jangan gitu dek. Saya sudah jadi anak didiknya sule." Jawab bapak penjual cimol.

"Oalah gitu toh pak. Selamat ya pak sudah jadi anak didiknya sule."

"Sana kamu cari makan. Pasti cacing cacing perutmu sudah memberontak."

"Bapak tau aja." Jawab Aldan dengan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

Aldan berjalan-jalan santuy dengan menoleh kanan kiri siapa tau ada bapak penjual cakwe.

Tak berselang lama, Aldan melihat sosok bapak penjual cakwe, dan dia langsung berlari ke arah bapak penjual cakwe.

"BAPAKK!! BELI CAKWEE!" Teriaknya histeris, padahal ngomong pelan pelan bapaknya juga kedengeran

"Beli berapa?" Tanya bapaknya

"20 ribu pak. Tapi, 10 ribu 10 ribu. Jadi dua gitu pak"

"Oke siap laksanakan"

Bapak dengan sigap menyiapkan pesanan Aldan. Sedangkan Aldan, dia lagi mainin terompetnya bapak penjual cakwe. Kayak anak kecil aja.

Tau terompetnya? Itu loh yang biasanya dipakai penjual-penjual cilok.

"Ini dek cakwenya" Kata bapaknya seraya menyerahkan dua kresek cakwe.

"Makasih pak" Ucap Aldan dengan memberikan uang kepada bapak.

"Duluan ya pak" Pamit Aldan dan dijawab anggukan oleh bapak penjual cakwe.

Dia berjalan kembali menghampiri bapak penjual cimol. Ralat. Menghampiri motornya yang dititipkan kepada bapak penjual cimol.

Dia sampai ditujuan. Menggantungkan kresekan berisi cakwe tadi di cantolan sepedanya. Dia menaiki dan menghidupkan motornya. Lalu berkata

"Bapak, saya pulang duluan. Bapak semoga laris daganganya. See you pak!"

"Iya dek. Aminn" jawab bapak

Aldan menjalankan motornya dan pergi pulang ke rumah. Hampir sampai dirumah, ternyata ada yang mengganjal dipenglihatannya.

"Motor siapa tuh?"

***

Motor siapa ya kira-kira? Menurut kalian siapa? Pasti manusia lah ya..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang