"Mana ini bus, kaya gak butuh penumpang aja" Sore ini mendung, sudah setengah jam aku menunggu bus di halte depan sekolah. Mataku yang sedari tadi mengamati jalan raya beralih menatap kakiku nyeri dan pegal mulai terasa di kaki sebelah kiriku karena cidera engkle beberapa minggu lalu aku alami belum sembuh 100%.
"Ya kaki, kamu kok gak tau kondisi banget ya" . Aku pijat pelan kakiku, berharap agar rasa sakit sedikit berkurang. "Udah makin sore, posel mati. Jadi pengin ikut mati juga rasanya". Bukan hanya rasa sakit yang kurasa, rasa khawatir pun mulai kurasakan juga.
Matahari tumbang meninggalkan gelap dan cemilir dinginnya angin yang menusuk tulang. Sayup - sayup terdengar gelak tawa anak - anak muda di antara sela - sela adzan maghrib yang sedang berkumandang. Aku mulai mengamati area sekolah dari kejauhan, di mana suara tersebut berasal. Semakinku rasa, suara tersebut semakin nyaring dan dekat. Pikiranku mulai memikirkan yang tidak - tidak, takut mereka akan menangkap dan menyakitiku seperti di sinetron.
Ku tarik nafas panjang lalu ku hembuskan. Kali ini aku bisa bernafas lega. Sebab, suara tersebut berasal dari segerombolan anak - anak ekskul futsal yang baru saja selesai latihan. Walaupun, rasa khawatir dan was - was yang aku alami masih belum hilang.
Telintas pikiran bagaimana jika aku minta tolong saja kepada mereka untuk mengantarku pulang. "Ini adalah kesempatanmu Sa, kesempatan tidak datang dua kali" ku tarik nafas panjang, merapaikan pakaianku yang sedikit acak - acakan, dan bersiap menyapa mereka saat mereka lewat. Barulah saat itu meminta tolong untuk mengantarkanku pulang. Namun nasib berkata lain, saat mereka hendak lewat di depanku tiba tiba nyaliku menciut. Jangankan untuk menyapa mereka, membuka mulut saya rasanya susah sekali. Tapi lebih mirisnya lagi saat mereka berada tepat di depanku, mereka hanya menatap diriku sejenak kemudian kembali menghadap kedepan, tanpa menghentikan langkahnya. Aku mendengar sedikit desas - desus yang keluar dari mulut mereka.
"Jam segini belum pulang? Mana sendirian"
"Lagi nunggu pacarnya kali"
"Dia jutek, garang lagi. Emang ada yang mau sama dia?"
"Tapi dia cantik"
"Gue mau sama dia kalo gak galak"
"Heh?"Aku pasrah, bingung betul aku di buat oleh keadaan saat ini. Sebenarnya jarak sekolah dengan tempat tinggalku hanya 2 km, bukanlah perkara susah jika aku jalan kaki untuk pulang. Sebenarnya yang susah adalah mengumpulkan niat untuk berjalan kaki, apalagi dengan keadaan kakiku saat ini. Sehingga aku mengurungkan niatku untuk berjalan kaki.
Aku seka peluh di dahiku. Kemudian menundukan kepala sembari berharap ada bus yang lewat saat ini juga.
"Udah gada bus yang lewat jam segini". Tiba tiba suara cowok terdengar di antara deru suara motor di depanku. Dengan cepat kudogakkan kepalaku.
Devan - Senior yang ketampananya tidak diragukan lagi. Selain menjadi pujaan dan dampaan hati para cewe disekolah, dia merupakan kapten futsal - sudah berada di depanku. Aku hanya menatapnya dengan wajah sedikit memelas. Tapi tidak dengan hatiku yang sedang bergejolak penuh rasa riang dan gembira.
Setelah mematikan mesin motornya, anjas segera turun dan mendekatiku. "Aku Devandrean Jordan, kelas 12 IPA 5" di susul dengan tanganya yang dengan jelas sedang mengajak berkenalan.
Dengan segenap jiwa dan ragaku, dengan segera kuraih dan ku jabat balik tanganya "aku Ayu Saras kak, 11 IPS 2" seketika aku lupa dengan masalah yang menimpa diriku. Ku perhatikan dalam diam senyum Devan dan hidung mancungnya. Rasanya diriku mencubit hidungnya dengan manja. Oh tuhan, sifat liarku muncul dengan sendirinya. "Lagi ngapain lo jam segini masih disini?" Tangan Devan sibuk mencari sesuatu didalam ranselnya. "Udah makan belum?" Belum juga aku menjawab pertanyaanya yang pertama, dia sudah memberi pertanyaan lagi.
Aku hanya menggeleng pelan untuk mejawab pertanyaan Devan yang kedua. Hatiku masih belum bisa beradaptasi dengan keadaan ini.
"Nih makan" Devan menyodorkan roti pisang coklat yang baru dia ambil dari dalam tas.
Jiwa kost ku meronta - ronta. Rasanya ingin langsung menerima roti itu, lumayan gratis. "Gausah kak" jawabku sekedar basa basi.
"Oh, yaudah" Devan memasukan kembali roti itu kedalam tasnya.Aku hanya melongo, niatku hanya basa basi dan pasti akan menerima jika Devan menawarkan untuk kedua kalinya. "Kakak ngapain kok jam segini baru pulang?" Tanyaku untuk menutupi salah tingkahku.
Devan berpindah kesebelahku dan duduk "Habis ngurusin futsal, gue udah kelas 12, sebentar lagi lepas jabatan kapten". Jawab Devan enteng.
Aku hanya dapat mejawab oh. Selanjutnya aku tidak mengajukan pertanyaan apapun karna bingung.
"Lo sendiri ngapin jam segini masih di sini?, mana masih pake seragam" Devan terlihat heran.
"Habis latian volly kak buat persiapan sparing sama SMA sebelah".
"Kok pake pramuka?".
"Aku lupa nggak bawa jersey, jadi pake seragam" jawab ku sambil nyengir.
"Terus ngapain masih di sini, kan anak volly udah pulang dari tadi" tanya Devan dengan sedikit serius.
"Nunggu bus kak, telepon aku mati jadi gak bisa pesen ojol sedangkan taxi mahal, uang aku kurang".
.
.
.
.
.
.
.
.
.Next?? Or unpublish?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimiliki segan , kehilangan tidak mau
Fanfikceaku tidak mau kehilangan mereka dan tidak mau dimiliki mereka