Sania berjalan pulang dari sekolah ke rumahnya sambil membawa tas sekolah. Dia terlihat seperti biasanya, pulang sendirian tanpa ada seorangpun yang menemaninya.
Sesampainya di rumah Sania langsung masuk kamar dan mengganti pakaiannya. Lalu makan siang dan kembali ke kamarnya dan istirahat.
Itulah yang Sania lakukan setiap harinya, sejak ia mulai menduduki bangku SMA. Tak ada hal lain yang bisa Sania lakukan selain menyendiri di kamarnya yang sunyi. Sania tak seperti kebanyakan remaja-remaja lainnya. Sania tidak memiliki teman, baik itu di rumah ataupun sekolahnya. Sejak ia di ketahui telah melakukan sebuah pembunuhan sadis kepada Vira, sahabatnya sendiri. Padahal yang sebenarnya terjadi tidaklah seperti itu. Sania di fitnah orang oleh sahabatnya sendiri.
Awalnya Sania ingin membantu sahabatnya tersebut, karena sahabatnya sedang ada masalah. Tetapi, karena sang sahabat salah paham kepadanya, Vira malah bunuh diri dan memfitnah bahwa Sania lah yang telah membunuhnya. Sania hanya bisa pasrah menerima keadaannya yang difitnah saat itu. Akhirnya Sania dirawat di pusat rehabilitasi di kotanya selama 6 bulan.
Setelah keluar dari rehabilitasi, Sania pun melanjutkan kembali sekolahnya yang sempat tertunda. Walaupun orang-orang disekitarnya tidak menginginkan keberadaanya di dekat mereka, tetapi Sania tidak perduli. Karena ia ingin mencapai cita-citanya sebagai seorang dokter.
Hari-harinya ia lewati dengan kesendirian, tanpa ada seorangpun yang menemaninya selain buku hariannya. Ia selalu membawa buku hariannya kemana pun ia pergi. Dan ia juga selalu menuliskan segala hal yang ia alami dan berkaitan dengan kehidupannya. Bahkan ia menganggap bahwa hanya buku harian itulah yang ia miliki yang bisa selalu memahami dirinya. Karena orang tuanya sendiri pun sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
Pada awalnya, Sania memang susah menerima keadaannya yang seperti ini. Namun, Sania selalu berfikir positif bahwa dibalik semua ini pasti ada hikmah yang bisa ia ambil.
Hari demi hari ia lewati sendirian. Sampai pada suatu waktu saat Sania sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah ia melihat seorang ibu hamil sedang merintih kesakitan. Kelihatannya sang ibu tersebut ingin melahirkan. Lalu Sania dengan sigap langsung menolong sang ibu hamil tersebut dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit Sania langsung menghubungi keluarga ibu tadi. Tak berapa lama kemudian keluarga ibu tadi pun tiba di rumah sakit. Tanpa di duga, ternyata mereka adalah saudara dari Vira, sahabatnya Sania yang memfitnah dia setahun yang lalu. Sontak suami ibu tadi langsung membentak dan memaki Sania.
" Eh, kamu Sania kan, yang membunuh keponakan saya tahun lalu," tanya Hendra.
" Ia, benar Pak," jawab Sania.
" Untuk apa kamu kesini. Mau membunuh orang lagi ia," bentak Hendra.
" Tidak. Maaf Pak, atas kejadian tahun lalu. Tapi itu tidaklah seperti yang bapak ketahui. Saya kesini untuk menolong istri bapak," ucap Sania.
" Halah kamu ga usah ngeles. Sudah jelas-jelas kamu yang membunuh keponakan saya pakai ngeles segala. Ingat ya, sekali pembunuh tetap saja pembunuh. Lagi pula saya tidak butuh bantuan kamu. Sudah pergi kamu sana," bentak Hendra lagi.Karena Sania tidak ingin membuat keributan, ia pun pergi dari rumah sakit itu. Sementara itu, di rumah sakit. Sang ibu hamil tadi telah melahirkan anaknya dengan selamat.
" Alhamdullilah Mas, anak kita lahir dengan selamat," ucap Hana.
" Ia bu. Wah lihat wajahnya bu, cantik sekali seperti ibunya," ucap Hendra.
" Oh iya Mas, orang yang tadi nolongin saya mana, ibu mau menemuinya," tanya Hana.
" Siapa? Sania maksud kamu. Untuk apa kamu menemui dia. Dia sudah Mas usir," jawab Hendra emosi.
" Mas usir. Kenapa Mas?," tanya Hana.
" Untuk apa pembunuh seperti dia kamu temui. Sudah untung dia Mas usir. Kalau tidak, mungkin sudah ada korban lain yang akan dia bunuh," jawab Hendra.
" Astafirullah, Mas enggak boleh berkata seperti itu. Bagaimana pun Sania telah membantu ibu tadi. Mungkin kalau tidak ada Sania, ibu tidak akan bisa melahirkan anak kita dengan selamat," ucap Hana.
" Halah sudah lah bu, untuk apa memikirkan dia. Toh dia juga sudah pergi," ucap Hendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories Compilation
NouvellesKumpulan dari Cerpen a.k.a Short Stories yang pernah aku tulis dan post sebelumnya di akun Facebook ku dulu. Daripada sayang dipendem mulu di facebook dan laptop, mending aku repost aja disini, manatau ada yang lagi gabut terus nemu cerita ini :D. I...