❝ SWAKARYA RASA ❞
-navitra-ㅡㅡㅡ
"Jadi kita mulai diskusi soal short movie-nya kapan, Dar?" Di antara ricuhnya ruang Danabrata yang tak kenal kata tenang. Satu pertanyaan dari Kaluna mulai melambung di permukaan.Darba yang tengah asyik menyuapkan sesendok seblak ke dalam mulut itu lantas segera menghentikan gerakan guna memutar tubuh menghadap pada bangku milik Luna di belakang. "Gimana kalau nanti malam di apartmen-nya Karen kaya biasa?" Usulnya, mendapat anggukan setuju dari barisan para gadis.
Baru saja satu masalah berhasil dia pecahkan. Ketika sesuap itu hendak menyapa bilah bibir seorang Darba. Satu suara dari arah bangku nomor dua, kembali menghentikan gerakan tangan kanan gadis Prahasta.
"Kana! Es batunya kemana semua?!"
Teriak Ambalika yang baru kembali usai melipir sejenak ke kamar mandi. Namun sudah berhasil dibuat kesal hatinya gara-gara manusia pecinta es batu bernama Kana.
Begini ya Ambalika, sudah tahu gadis berambut sebahu itu hobi sekali dengan yang namanya makan es batu. Lalu kenapa segelas es jeruk itu harus jatuh ke tangan Kana, coba?
Padahal jika menitip barang sebentar kepada Binar atau Nadir mungkin sudah lain cerita. Dapat dipastikan segelas es jeruk tersebut masih utuh, dalam keadaan selamat pun tanpa kekurangan suatu zat.
Sementara yang diteriaki, gadis yang duduk di bangkunya itu sekadar menoleh. Pigura dia mengulas senyum lebar dengan dua jari terangkat di samping muka.
"Maaf ya, Ba. Habisnya aku khilaf sama es batu kamu yang menggoda, hehehe." Begitulah kira-kira jawaban nyeleneh dari Kana.
Kalau bisa, maka sudah Amba lemparkan seorang Kana ke Kutub supaya bisa ngemil es batu sepuasnya. Namun berhubung akal sehat Amba masih bekerja, maka ia biarkan saja.
Jadilah gadis bersurai panjang tersebut hanya mencebik pelan, kemudian mengalihkan pandangan. Kedua rona matanya berdestinasi pada layar laptop, melanjutkan acara menonton drama korea yang sempat tertunda.
Namun bersamaan dengan hal itu, seorang Kalya yang baru menyalakan layar ponselnya jadi tersadar. "Eh, ini tadi hari Selasa, 'kan?"
Tamatlah riwayat anak Danabrata.
Mungkin saking mengejutkannya ucapan tanpa aba-aba dari Kalya. Ganies yang tengah menyesap es cokelat dalam gelas kaca tersebut sampai tersedak. Diam-diam, ujung matanya melirik pada Gadis Narankara yang berkutik dengan buku tebal pembawa kesialan. Begitu sebutan anak-anak Danabrata pada tumpukan kertas berisi catatan kas tersebut. "Aku lagi kebelet Kan, ke toilet yuk."
Padahal kalian juga tahu bukan? Jikalau benar Ganies ingin ke toilet, maka tidak perlu mengajak Kana segala. Memang ada ceritanya gadis dengan kuncir kuda ini takut pergi sendiri kemana-mana? Jelas tidak. Dan nahasnya, hal itu juga disadari oleh Kalya.
Baru saja dua manusia itu hendak beranjak pergi. Kalya, lengkap dengan buku kas berukuran besar dan pena di tangan kiri sudah lebih dulu menghampiri. "Mau kemana? Nggak usah pakai alasan."
Dua pasang sepatu hitam di ambang pintu kelas langsung berhenti. Diikuti tolehan dari kepala Kana serta merta senyum mengukir pigura.
"Bukan gitu Kal. Masalahnya, kita ini lagi ndak bawa uang saku tambahan. Masa kamu tega sih sama dua temanmu ini?"
"Aku bilang nggak ada alasan! Yang nunggak, besok bayarnya tiga kali lipat. Ngerti?" Pungkas Kalya, dengan tangan kiri sudah berkacak pinggang sambil melempar tatapan garang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swakarya Rasa [ Discontinued ]
Teen Fiction❝ Di akhir kisah nanti, kalian akan teringat pada sebaris kalimat ini. Barangkali jika hati belum mengukir satu nama. Maka kelak, kau akan mengerti bagaimana indahnya masa remaja, sembari melukis satu karya perihal rasa ❞ ...