PROLOG

310 75 52
                                    

"Pada dasarnya semua manusia memang mengecewakan."

(Hitam-Senja)

-----

Aku melunturkan senyum saat perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain terlebih dahulu seperti biasa.

Lagi-lagi seperti ini, ia mengalihkan wajah dan dadaku kembali merasakan ngilu.

"Doi tambah cantik, ya?" aku menoleh, menemukan Rildi yang sudah memamerkan senyum ganteng dan sempurnanya kepadaku.

"Iya." Rildi berdecak, lalu meminum sisa es jeruknya dengan terburu-buru.

"Lo masih stalking Ig nya?"

"Udah enggak."

"Bagus! Cewek nggak setia gitu jangan digalauin." Akhirnya, Rildi lah yang membuka suara tentang luka lamaku, sambil tangannya merapikan barang-barang yang ia taruh diatas meja kantin kantor kami.

"Iya."

"Nggak abis pikir gue, kok bisa ya dia selingkuh." Aku tidak menjawab, diapun kembali melanjutkan kalimatnya, "Mi?"

"Apa?"

"Jawablah," katanya lagi sambil merampas minumanku.

"Kadangkala pertanyaan-pertanyaan terasa rumit sekali, padahal jawabannya sederhana saja." Kataku, dia terdiam sambil menggenggam botol air mineral. "Yang baik, tetap kalah dengan yang bisa buat nyaman."

"Fuck," Rildi meletakan botol air mineral milikku di atas meja kemudian berdiri. "Mi, yang terlanjur mengecewakan seharusnya nggak akan pernah bisa dapat kesempatan untuk mengulang." ia tersenyum. "Paham, ya?" katanya sambil lalu, aku tidak menghiraukan kata-kata Rildi yang sudah pergi meninggalkan kantin kantor, Rildi memang begitu.

Tatapanku kini kembali terpaku pada sosok yang duduk tepat dua meja di depan mejaku.

Pada perempuan cantik yang sudah memotong rambut panjangnya menjadi sebahu.

Perempuan itu sedang asik mengobrol bersama kedua temannya, sambil menikmati Pizza Pie. Perempuan itu perempuan yang sama dengan perempuan yang selalu membuang tatapannya jika bertemu denganku.

Shania Nabila namanya, mantan pacarku.

Jika Kalian bertanya seperti apa Shania Nabila, maka seperti ini gambarannya; Shania itu seperti lukisan langit yang abstrak, seperti rumus yang rumit, kalimat-kalimat dengan kata yang acak. Namun, jika sudah menemukan keistimewaan dari seorang Shania Nabila, maka patah hati jutaan kali pun tidak akan mengubah rasa jatuh cinta ku kepadanya.

Dan sialnya, perempuan manis itulah yang enam bulan lalu meminta hubungan kami disudahi dengan alasan yang tidak mau ia katakan.

Kami pertama bertemu dua tahun lalu, Shania adalah karyawan pindahan dari kantor pusat yang berada di Paris. Aku adalah laki-laki terakhir yang mengakui bahwa aku menyukai perempuan itu. Dan beruntungnya, karena aku berdiri dibarisan terakhir, akulah yang mendapatkan hati Shania pada tanggal lima belas Mei 2018 lalu.

Aku mengingat jelas bagaimana pertama kalinya Shania tersenyum kepadaku, manis dan penuh ketenangan, senyum itulah yang membuat aku jatuh-bangun menyayangi si pemilik senyum.

I'M SO SORRY BUT IT'S FAKE LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang