Darra menatap tak suka Sheera yang sedang tersenyum bersama Kristal. Sampai kapan pun Darra tak pernah akan ikhlas melihat Sheera bahagia setelah apa yang dilakukan gadis itu kepada keluarganya. Darra sadar jika masa lalu itu bukan sepenuhnya kesalahan Sheera, tetapi bagi Darra Sheera memang pantas disalahkan.
Darra mengepalkan tangannya kuat. Membiarkan kuku panjangnya menancap pada telapak tangannya, Darra benar-benar benci senyum dari bibir Sheer, sampai kapan pun itu.
"Lo enggak pantes bahagia," ucap Darra menyorot penuh benci Sheera yang sedang tertawa bersama Kristal.
"Lo masih sejahat itu ternyata." Darra tersentak kaget. Ia membalikkan tubuhnya, hingga berhadapan dengan seseorang yang selama ini ia benci.
"Kalau iya, kenapa?" ketus Darra menatap Samuel penuh kebencian.
"Seharusnya lo malu." Samuel tersenyum remeh. Membuat Darra semakin ingin memcakar wajah menyebalkan cowok itu.
"Lo yang seharusnya malu, brengsek," maki Darra berusaha tetap bersabar. Mendengar nada penuh emosi membuat Samuel tersenyum tipis, gadis itu masih sama, emosian.
"Berkaca." Darra melangkah pergi meninggalkan Samuel. Ia sungguh benci berhadapan dengan seseorang yang seenaknya berusaha menjadi penolong bagi Sheera, padahal Samuel juga menjadi alasan Sheera patah hati.
"Cewek jahat," cibir Samuel yang sedari tadi memperhatikan punggung Darra yang sudah hampir menghilang. Samuel tersenyum sinis, Darra perempuan ular pikirnya. Samuel sudah tak kaget lagi jika Darra bersikap seperti iblis, karena sedari kecil Samuel mengetahui sebenci apa gadis itu kepada adiknya yang sebenarnya tak bersalah.
***
Senyum tak pernah lepas sedikit pun dari bibir mungil Sheera. Dia mungkin sering menghalu, tetapi baru kali ini haluannya itu menjadi kenyataan. Sheera masih tak percaya jika sikap Guna berubah, walau masih cuek, setidaknya cowok itu sedikit menanggapinya. Namun, Sheera penasaran ke mana Sesa pergi, biasanya cewek itu selalu menempeli Guna, tapi ya sudahlah mungkin ia sedang berlibur karena memiliki urusan sesuatu.
Sheera mencuci wajahnya di wastapel, karena mengantuk ia terpaksa keluar dari kelas untuk mencuci wajah. Sheera menepuk wajahnya yang terlihat lebih segar.
"Ada cewek ganjen, nih." Sheera memutar tubuhnya. Menatap kaget Darra yang sudah berada di depannya sambil tersenyum miring.
"Ah, kenapa lo masih hidup, sih?" Darra merubah wajahnya menjadi sedih, dan hal itu sangat menyeramkan di mata Sheera.
"Lo itu cuma parasit di hidup keluarga gue!" teriak Darra membuat Sheera memundurkan tubuhnya karena kaget. Namun, sial karena Sheera sadar tubuhnya sudah menyentuh wastapel.
"Mau gue bantu ketemu Tuhan?" Darra memajukan tubuhnya sambil tersenyum sinis.
"Kak, mau ngapain?" tanya Sheera merasa takut. Ini bukan pertama kalinya Darra bersikap seperti ini, dan karena itu Sheera takut jika Darra akan kembali memukulinya.
"Gue itu sayang banget sama lo." Darra tersenyum manis sambil mengelus surai Sheera lembut.
"Kak ini di sekolah," peringat Sheera. Ia tak mau jika Darra terkena masalah karena dirinya. Walau ia tau jika kelakuan Darra sudah kelewatan.
"Kenapa lo masih pakai bandana, karena Papa?" Darra mengelus bandana yang dipakai Sheera. Entah kenapa ada rasa tak suka saat ia melihat Sheera menggunakan barang itu.
"Lo jangan anggep Papa itu Papa lo!" Darra menarik bandana Sheera hingga terlepas. Membuat Sheera memekik kaget, kepalanya juga terasa sakit karena tarikan Darra.
Darra meremas bandana milik Sheera. Ia benci barang ini, barang yang selalu mengingatkannya tentang Papa.
"Papa suka lihat Sheera pakai ini. Sheera makin cantik." Puji seseorang kepada putri kecilnya. Ia tersenyum lebar saat melihat putrinya semakin cantik mengenakan bandana berwarna pink pemberiannya.
"Darra enggak cantik, Pa?" Darra yang sedari tadi melihat interaksi Papa dan Adiknya akhirnya bersuara.
Sang Papa tersenyum, mendekati putri sulungnya sambil tetap tersenyum. "Darra cantik, kok," jawabnya sambil mengelus pucuk kepala putrinya.
"Tapi Darra enggak suka pakai yang dipakai Adek." Pria itu tertawa mendengar ucapan anaknya.
"Kalau Kakak enggak suka enggak apa-apa. Kakak tetep cantik." Pujinya membuat si putri sulungnya itu tersenyum malu.
"Papa," panggil putri bungsunya lalu memeluknya erat.
"Sheera bakal pakai ini terus. Kalau kata Papa cantik berarti Sheera harus pakai ini biar cantik." Sang Papa tertawa mendengar ucapan polos putrinya. Sungguh rasa lelahnya karena bekerja hilang sudah melihat kedua putri kecilnya ini.
"Iya sayang."
"Papa bohong!" teriak Darra melempas asal bandana milik Sheera.
"Lo enggak cantik pakai itu, lo jelek!" teriak Darra beralih menjambak rambut panjang milik Sheera. Sheera meringis merasakan perih pada kulit kepalanya.
"Ampun, Kak," mohonnya menahan sebisanya agar jambakan Darra tak begitu keras. Walau hanya sia-sia.
"Pembunuh! Lo harus mati!" teriak Darra semakin menarik rambut Sheera kencang. Sheera menangis memohon agar Darra melepaskan rambutnya.
Plak
Darra menampar Sheera kuat, setelah itu mendorong Sheera sekuat mungkin hingga membentur wastapel. Sheera terisak kuat, melihat sebenci itu Darra dengannya.
"Mati lo!" Darra yang sudah berkabut emosi menendang Sheera tanpa ampun. Melupakan jika yang sedang ia sakiti itu adalah adik kandungnya sendiri.
Sheera hanya diam dan menangis. Ia tak bisa berbuat lebih, karena memang benar semua ini berawal darinya, ia penyebab hancurnya keluarga mereka.
"Gue enggak bakal maafin lo walau lo mati sekali pun." Darra mengambil air dari bilik toilet, mengguyur tubuh Sheera tanpa rasa kasihan.
Tubuh Sheera sudah penuh dengan memar, bahkan kepalanya berdarah karena terpantuk wastael, dan jangan lupan bajunya yang sudah basah kuyup karena Darra.
"Gue harap elo bakal mati di sini." Darra melempar ember ke arah Sheera, hingga mengenai kepala gadis itu. Sheera merinkuk di atas lantai, merasakan remuk di sekujur tubuhny.
"Maafin Sheera," lirihnya sambil terus menangis. Bahkan ia tak peduli bagainana kondisinya saat ini, ia takut jika Darra dan Renata tak pernah memaafkannya.
Jangan lupa vote dan komen
Terima kasih sudah membacaSee you
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.