Chapter 1

13 2 0
                                    

"Ibu, ibu sedang masak apa?" tanya seorang gadis berumur sekitar 17 tahun kepada Ibunya, Bu Sabrina. "Lagi masak Ayam mentega kesukaan gadis kecilnya Ibu." jawab Bu Sabrina. "Bu, Deeja kan bukan anak kecil lagi." balas gadis itu yang bernama Deeja. "Gapapa dong. Bagi Ibu, kamu tetap gadis kecil Ibu yang lucu." kata Bu Sabrina

Gadis berumur 17 tahun itu bernama Deeja. Khadeeja Fathima Humaira. Tapi panggil saja Deeja. Ia gadis yang cantik. Sungguh, benar benar cantik. Apalagi kecantikan fisiknya diiringi dengan kecantikan hatinya.

"Ada yang bisa Deeja bantu Bu?" tanya Deeja lagi. "Tidak sayang, sekarang lebih baik Deeja mandi." jawab Bu Sabrina. "Yahhh, padahal kan Deeja pengen bantu Ibu masak." kata Deeja. "Udah ga usah. Sekarang apa kata Ibu?" balas Bu Sabrina. "Iya Ibu Sabrina Laila Zahra. Khadeeja segera menuju kamar mandi. Assalamualaikum." ucap Deeja lalu pergi untuk mandi.

*****

Kringg...Kringg...

Terdengar suara bel pulang sekolah berbunyi nyaring. "Alhamdulillah, akhirnya pulang juga.. Males lama lama di sini." eluh Tara, teman sebangku sekaligus sahabat Deeja. "Astaghfirullah Tara."
"Kenapa Deeja? Kok malah Astaghfirullah."

"Di Sekolah itu fungsinya untuk menuntut ilmu. Nah, menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Tidak boleh kamu mengeluh saat menuntut ilmu. Apalagi kamu mengeluh dengan mengucap Hamdalah." jelas Deeja.
"Eh iya ya. Astaghfirullah, maaf Ya Allah." ucap Tara.
"Yaudah sekarang yuk kita ke musholla dulu."
"Yuk."

Sesampainya di Musholla, Deeja dan Tara segera melaksanakan sholat Ashar dilanjut dengan dzikir dan membaca Al Qur'an bersama sama.

"Deeja, enggak kerasa ya, 1 minggu lagi udah mau Ramadhan. Udah ga sabar deh."

"Iya, aku juga udah rindu banget sama Bulan Suci Ramadhan."

"Kamu hari pertama puasa bakal ngapain? Kita buat acara kayak kemarin lagi yuk."

"Boleh tuh.. Nanti kita bicarakan sama anak IRMAS (Ikatan Remaja Masjid) yang lain."

"Iya, yuk sekarang pulang."

Tara Adinda Mulyani. Dia adalah teman sekaligus sahabat Deeja sejak lahir. Mereka bertetanggan. Hanya berkisar 5 rumah saja. Sehingga, mereka berdua juga mengikut IRMAS berdua. Di IRMAS, Deeja menjadi sekretarisnya dan Tara menjadi seksi pendidikan remaja.

Deeja dan Tara berjalan pulang bersama, ketika memasuki kompleks perumahan, di rumah kedua setelah gerbang kompleks, Deeja melihat seorang laki laki yang masih saudaranya sendiri. Laki laki itu berumur 21 tahun. Laki laki itu sedang berdiam di teras dan membaca Al Qur'an. Ia sekarang menempuh pendidikan pesantren di luar kota. Sudah sejak lama ia mondok di luar kota itu.

Sudah sejak lama pula, sekitar 3 tahun yang lalu, Deeja menyimpan sebuah rasa yang hanya Ia dan Tuhannya yang tahu. Ya, Deeja mencintai saudaranya itu. Sejak Deeja mulai masuk SMA. Deeja hanya menyimpan rasanya itu di dalam hatinya yang terdalam dan jika tiba tiba Deeja rindu pada saudaranya itu, Ia akan berdoa kepada Allah, untuk di tenangkan hatinya dari segala nafsu yang menggodanya.

"Deeja, itu Mas Hidayat kan?" tanya Tara sambil menunjuk Hidayat yang sedang khusyuk membaca Al Qur'an di teras rumahnya. Ya, nama saudara laki laki Deeja, yang Ia cintai adalah Hidayat. Muhammad Hidayat Al Husein.

"Iya Ra, emang kenapa?" Deeja bertanya balik pada Tara. "Gak papa, cuma mastiin aja, soalnya kan aku jarang lihat. Lihat mungkin cuma saat Ramadhan, itu juga belum tentu." jelas Tara.
"Oh, udah ah. Jangan ngomongin dia, nggak sopan." kata Deeja. "Dia masih saudara kamu kan Ja?" tanya Tara lagi. "Iya, dia itu cucu adik nya nenekku. Puas Tara? Udah ya, gak usah ngomongin orang." jawab Deeja.

"Berarti, kalau kamu manggil, dek dong!" balas Tara. "Tara!"
"Iya deh iya.. Maaf ya. Astaghfirullahal'adzhim." ucap Tara seraya beristighfar.
Di dalam hati Deeja, Ia juga beristighfar sejak pertama Ia melihat Hidayat. Karena tadi, jantung Deeja langsung berdegup kencang. Namun, Deeja tak akan pernah mengungkapkan rasanya itu.

Jika Hidayat memang orang yang sudah ditakdirkan oleh Allah untukku, maka dekatkanlah kami Ya Allah. Tapi jika tidak, maka jauhkan kami dan tundukkan terus pandanganku darinya. Batin Deeja.

Setelah Deeja sampai di rumah, Ia segera mandi, membersihkan rumah lalu beristirahat sebentar. Tak lama, kumandang adzan maghrib pun terdengar. "Sayang, kamu ke masjid atau di rumah saja?" tanya Bu Sabrina pada Deeja. "Di rumah aja Bu, memang, Ibu mau ke masjid?" balas Deeja. "Iya, sekalian ada pengajian ibu ibu nanti. Yaudah, Ibu berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam warahmatullah." balas Deeja.
Ayah Deeja sudah 5 tahun yang lalu meninggal. Deeja adalah anak tunggal. Mereka hidup dari hasil catering Bu Sabrina dan pensiunan Pak Ikhwan, ayah Deeja.

Deeja segera sholat. Setelah itu, Ia pun membaca Al Qur'an. Sungguh, suaranya begitu merdu ketika membaca Kitab Suci itu. Namun, baru 5 ayat yang Ia baca, terdengar suara ketukan pintu di depan. Siapa ya? Kalau Ibu kan tinggal buka aja. Batin Deeja. Daripada terus penasaran dia langsung pergi Melihatnya.

Cekrek
"Tara!" Deeja kaget melihat Tara yang selepas maghrib bukan tadarus Al Qur'an tapi malah ke rumahnya. Apalagi dengan Tara yang membawa ransel di punggungnya.

"Assalamualaikum Deeja." ucap Tara.




Assalamualaikum readerss... Selamat pagi, siang, sore, malam..... Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya ya.. Aamiin.
Nah readers, gimana nih? Bagus nggak sih ceritaku iniii.. Semoga bagus ya buat kalian.. Kalau masih ada yang kurang, jangan lupa comment ya, agar aku tahu. Terus, jangan lupa juga tekan bintang di bawah pojok kiri oke..

Oh iya readerss,, vote juga bentuk semangat dan dukungan serta rasa penghargaan kalian terhadap aku, udah segitu aja ya.. Penasaran ga sih selanjutnyaa kenapa Tara bawa ransel? So, yuk langsung kita baca lagii..

Jangan lupa mengaji..

Wassalamualaikum.

Hijrahku, CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang