"Assalamualaikum Deeja." ucap Tara.
"Waalaikumussalam Warahmatullah, Tara! Kamu?" belum selesai Deeja berbicara, Tara menyela.
"Jangan mikir aneh aneh. Aku mau nginep di rumah kamu boleh?" tanya Tara.
"Tapi kenapa? Kamu ada masalah sama Tante Fi..?" lagi lagi Tara menyela ucapan Deeja."Khadeeja Fathima Humaira, kan Tara Adinda Mulyani yang cantik ini udah bilang, kamu jangan mikir aneh dulu. Sekarang lebih baik aku cerita di dalam aja deh."
"Iya, ayo masuk." ucap Deeja.
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah."Nah, sekarang, aku tanya, kamu kenapa selepas maghrib bukan tadarus di rumah malah ke rumahku bawa ransel besar lagi? Kamu nggak ada masalah sama Tante Fitri dan Om Agung kan? Atau kamu punya masalah sama Kak Adis?" cerocos Deeja, Ia begitu khawatir nelihat keadaan Tara. Apalagi, Tara terlihat seperti habis menangis.
"Oke aku jelasin. Jadi, tadi tuh, Mama dapat telepon dari Om aku, kalau Kakek masuk Rumah sakit. Mama dan Papa juga Kak Adis langsung siap siap ke sana deh. Nah, akunya ga mau ikut, kan kita masih UTS. Jadinya, aku nginep deh di rumah kamu. Boleh kan? Gak ada seminggu kok." pinta Tara.
"Ya bolehlah. Kamu mau di sini terus aja gapapa, hehe." balas Deeja.
"Tante Sabrina mana?" tanya Tara. "Ke masjid. Nanti ada pengajian ibu ibu." jawab Deeja.
"Yaudah, satu kamar aja ya sama aku. Yuk langsung taruh barang kamu di lemariku." lanjut Deeja.
Tara segera ke kamar Deeja sendiri. Tentu saja Tara hafal betul. Sudah sejak balita Ia bermain dan sesekali menginap di rumah Deeja, begitu juga sebaliknya.
Ketika Deeja akan beranjak menyusul Tara, suara ketukan pintu terdengar lagi.
Tok tok tok..
AssalamualaikummSuara laki laki, batin Deeja.
Segera Deeja membuka pintu rumahnya. Deeja terkejut melihatnya. Segera Deeja tundukkan pandangannya. Laki laki itu Hidayat.
"Assalamualaikum mbak." ucap Hidayat, Dia juga menundukkan pandangannya. Hidayat memanggil *mbak* karena memang begitulah seharusnya.
"Waalaikumussalam warahmatullah. Ada apa ya?" tanya Deeja sambil menetralkan hatinya. Deeja takut, sungguh takut, jika nafsu menggelora ketika menatap Hidayat."Ini ada titipan beras dari Umi. Saya taruh bawah ya mbak, kalau begitu saya permisi dulu. Assalamualaikum." setelah salam, Hidayat segera pergi dari situ. Tentu saja Dia tak mau berkhalwat lama lama. Meskipun tidak ada niat jelek dalam hatinya.
Setelah mengambil beras titipan Umi Hidayat, Deeja segera masuk. Deeja segera mengambil Al Qur'an nya lagi. Ia segera menepis jauh wajah Hidayat. Bibirnya mengalunkan tiap tiap Ayat sucinya itu, namun hatinya terus mengucap istighfar.
Astaghfirullahal'adzhim... Ya Allah, hamba takut Ya Allah. Tolong tundukkan pandangan hamba Ya Allah. Astaghfirullah.
*****
Assalamualaikum readers.... Aku hari ini update sedikit aja yaaa.. Lagi banyak urusan soalnya. Yaudah ya, sapanya juga dikit aja..
Jangan lupa mengaji.
Wassalamualaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku, Cintaku
Roman pour AdolescentsHijrah bukanlah hal yang sulit, namun terkadang istiqomah untuk melakukannya perlu pengorbanan yang besar. Apalagi jika sudah terpotong dengan Cinta. Ini cerita tentang seorang gadis yang dalam masa hijrahnya harus melewati sebuah rintangan dengan...