💗8

5.9K 770 44
                                    

Seorang pria dengan mantel hitam datang terburu-buru, menghampiri pria lain yang terlihat tengah menunggunya. Terlihat wajah pria itu sangat bersinar mengalahkan cahaya rembulan di langit malam, mengalahkan sinar mentari di pagi hari.

Pria yang baru datang itu adalah Jeon Jungkook, datang dengan senyuman membahagiakan yang tercetak jelas dari wajahnya.

"Maaf membuatmu menunggu"

"Tak apa hyung, aku pun meminta maaf mengajak bertemu malam-malam begini"

"Apa maksud pesan yang kau kirimkan itu? Jangan bercanda karena aku sungguh bahagia saat membacanya Kim "

Ya, terlihat sejak Jungkook menerima pesan dari pria yang dipanggilnya Kim itu senyuman tak pernah hilang dari wajah tampannya.

Bagaimana tidak, ia membaca pesan yang sangat membahagiakan, pesan yang langsung membuat mood nya kembali membaik hingga 99,99 persen.

Hyung, kemarin aku bertemu Lisa noona di tempat makan favorit kalian! Dan kau tau, noona terus menatap fotomu yang ada di handphone miliknya

See, bagaimana hidung Jungkook tidak kembang kempis saat membacanya. Pria itu kira Lalisa sudah lupa pada presensinya, pria itu kira Lalisa sudah memusnahkan ia dari kehidupan si gadis.

Memang sejak perpisahan itu, kedua orang yang berjanji tidak akan saling menjauh malah mengingkari janji mereka. Keduanya menjaga jarak, keduanya saling mengindar satu sama lain.

Lisa menghindar karena ia tau, hatinya tak akan sanggup menatap Jungkook terlalu lama. Ia tak akan kuat, kerinduan yang membuncah dalam dadanya tak akan terbendung dan itu akan membuatnya jatuh kembali dalam dekapan pria Jeon.

Sedangkan Jungkook, ia tak mau terus membuat gadisnya sakit. Ia tak mau. Biarlah ia menahan rasa sakitnya seorang diri, jika ia mau bersanding dengan Lisa, maka perbaikan diri harus ia lakukan dengan sukarela. Gadisnya harus bahagia, ia akan pastikan hal itu terjadi.

"Kau bertemu dengannya kemarin? Benar-benar kemarin?"

Pria itu menggebu-gebu, terpancar jelas kerinduan yang membuncah dalam dadanya, terlihat jelas kalau ia sudah tak mampu lagi menahan beban rindu yang selama ini ditahannya.

Oh dewa, beri kekuatan pada uri Jungkookie.

"Hyung tenanglah, kita berbicara empat mata, tapi nada bicaramu seperti koordinator pendemo di gedung biru, sangat nyaring dan menggebu"

Cicit Kim Boom, dongsaeng Lisa dan Jungkook di sebuah club tari yang dulu sering mereka kunjungi. Remaja 18 tahun ini memang sangat dekat, baik dengan Lisa maupun dengan Jungkook.

Jungkook mengantupkan kedua belah bibirnya rapat, bola matanya melirik ke kiri ke kanan. Benar saja, karena terlalu antusias ia sampai melupakan presensi orang-orang di sekelilingnya.

Heol, walaupun kini pria itu berpakaian tertutup bak seorang ninja dari negeri Jepang, identitasnya akan ketahuan kalau pria itu tak segera menurunkan nada bicaranya. Untung saja orang-orang di sana masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tak mempedulikan Jungkook dan Kim Boom yang menatap was-was.

"Hehe maaf-maaf, aku terlalu bahagia sampai lupa diri seperti barusan"

Pria bergigi kelinci itu hanya terkikik sampai mata bulatnya sedikit menyipit, sangat lucu hingga dapat membuat gadis-gadis yang menatapnya meleleh seperti lilin putih yang dibakar api.

Kim Boom membenarkan posisi duduknya, kemudian pria itu menunjukan sebuah foto dari handphone miliknya. Foto Lisa dengan Jaehyun sedang duduk berdampingan di sebuah bangku taman yang tak Jungkook kenali.

FATUM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang