11 - Jangan berhenti berjuang ya?

1.2K 62 2
                                    

Jonatan langsung kembali ke kamar begitu acara pembagian medali selesai dilaksanakan. Bukannya ia tidak mau merayakan kemenangan bersama tim nya yang saat ini sedang makan malam bersama, tapi sungguh... Jonatan benar – benar butuh waktu untuk menyendiri.

Jonatan benar – benar tidak bisa berhenti mengeluarkan makian untuk dirinya sendiri yang bisa – bisanya kalah berkali – kali dalam pertandingan beregu ini, ditambah tadi ia tidak berhasil memenangkan pertandingan meskipun sudah berhasil match poin duluan.

Jonatan kalah, ia harus mengakui keunggulan lawannya yang kata orang – orang 'baru menetas'. Jonatan hanya menyumbang 1 poin untuk timnya. Jonatan tidak bisa diharapkan. Jonatan bermain dengan buruk. Jonatan seharusnya tidak perlu turun bermain disini. Jonatan terlalu bersantai. Jonatan hanya bisa menang hoki. Jonatan terlalu banyak alasan. Jonatan begini. Jonatan begitu. Jonatan.......

Sial. Jonatan kesal, ia ingin tidur tapi pikiran buruk dan komentar netizen terus memenuhi otaknya. Padahal kemarin dokter Octa sudah mewanti – wanti agar Jonatan menjaga makanan dan pikirannya agar asam lambungnya tidak naik, namun sepertinya ia gagal karna kini perutnya mulai terasa sakit kembali saat ini. Jonatan mencoba memejamkan matanya, sudah sejak tadi sebenarnya namun sepertinya gagal. Perutnya semakin sakit sekarang. Jonatan meraih obat yang kemarin diberikan oleh dokter Octa dan segera meminum sebutir sebelum akhirnya ia memilih untuk menyembunyikan dirinya dibalik selimut dan memejamkan matanya. Pelipisnya mulai dipenuhi keringat, tangannya sedari tadi memegangi perutnya berusaha mengurangi rasa sakit sampai akhirnya tanpa sadar ia jatuh tertidur

.

.

Anthony baru saja kembali dari makan malam bersama untuk merayakan kemenangan mereka hari ini. Ia memasuki kamarnya sambil menenteng plastik berisi makanan untuk Jonatan. Dilihatnya Jonatan yang berada dibalik selimut membelakanginya.

"Jo, makan dulu nih..." Anthony meletakkan makanannya di meja dan ia segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Anthony kembali ke kamar dan melihat Jonatan masih nyaman dibalik selimut. Ia baru menyadari ada bungkus baru yang terbuka pada obat Jonatan. Ia pun langsung menghampiri Jonatan dan membuka selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh Jonatan.

"Jo..." tangannya mengelus kepala Jonatan, Ia bisa melihat keringat di pelipis Jonatan dan bibir Jonatan yang memucat.

"Jo.... Makan dulu" panggilnya lagi. Kali ini Jonatan memberi respon dengan gerakan tubuhnya. Matanya terbuka dan hal pertama yang dilihat adalah wajah khawatir Anthony.

"Sakit lagi ya perutnya?" Tanya Anthony setelah Jonatan membuka matanya. Jonatan hanya menjawab dengan anggukan kecil.

"Ayo makan dulu ini aku bawain makanan" Jonatan berusaha mendudukan dirinya. Perutnya masih sakit, tapi sedikit membaik setelah minum obat dan tertidur sejenak tadi. Anthony mengambil makanan yang tadi ia bawa dan menyerahkannya pada Jonatan setelah ia siapkan.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Anthony memperhatikan dengan seksama Jonatan yang sedang berusaha mengunyah dan menelan makanannya perlahan. Sejujurnya Anthony merasa aneh melihat Jonatan diam begini, biasanya jika sedang sakit Jonatan akan berubah menjadi super manja. Makan saja kalo bisa ia akan minta disuapi. Tapi kali ini bahkan Jonatan tidak mengeluarkan sepatah katapun.

"Masih sakit perutnya?" Tanya Anthony yang hanya dijawab gelengan oleh Jonatan.

"Harusnya kamu telfon aku tadi biar bisa kubawain makanan lebih cepet"

"Cuma sakit sedikit kok" Jawaban yang tidak meyakinkan melihat banyaknya sisa keringat di tubuh Jonatan karena menahan sakit.

"Sakit sedikit gimana, orang keringetan banyak gini. Mukamu juga pucet" Anthony menggunakan ujung kaos lengan panjangnya untuk mengelap keringat di wajah Jonatan.

Pelatnas GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang