- Interval -

179 26 2
                                    

Bohong namanya kalau Selvika menolak pesona Fabian. Ia tidak senaif itu untuk menyadari perasaan menggebu setiap kali bertemu, pipi merona karena salah tingkah, jantung berdegup dua kali lebih cepat, dan sederet gelagat seseorang dimabuk asmara.

Gadis tersebut yakin, hal-hal yang saat ini ia rasakan merupakan pengaruh intimnya hubungan partner OSN Ekonomi bersama Fabian akhir-akhir ini.

"Udah selesei belum, Sel? Diminta Bu Acha, tuh."

Selvika terkesiap. Ia refleks melayangkan tatapan pada seorang pria betubuh jangkung yang sedang berdiri di hadapannya dengan setumpuk buku tebal. Tanpa bisa dicegah, gadis berkucir kuda tersebut menahan napas. Kontur wajah Fabian terlihat jelas saat ini. Sorot mata teduh menenangkan, rahang tegas tetapi kharismatik, hidung bak perosotan anak TK, alis terbingkai tebal ditambah bulu mata lentik ... bolehkah Selvika menjerit kagum sekarang juga?

Berdeham sejenak, ia berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya. "Udah. Ada soal baru?"

Fabian duduk di kursi kosong sebelah Selvika tanpa izin. Jarak mereka kini saling berdekatan. Selvika bisa mencium aroma black coffee yang menguar ketika cowok itu mulai membuka buku Modul OSN Ekonomi 2019. Tanpa aba-aba, ia menggeser bukunya, lalu tersenyum menenangkan. "Menguasai semua materi yang bakal diujikan, Sel?"

"Kalau menguasai sepenuhnya masih belum. Tapi, sebagian besar udah," sahut Selvika seraya berkutat dengan rumus laju inflasi yang sempat tertunda karena kehadiran Fabian.

Satu tarikan napas panjang, gadis tersebut berusaha mengembalikan konsentrasinya.

Sial.

Kenapa kalau berada di dekat Fabian dirinya jadi kehilangan fokus, sih? Menghitung laju inflasi semudah ini saja terasa sulit sekali.

"Sabtu kosong, kan?"
Fabian menutup buku modulnya tanda menyerah. Sejurus kemudian, cowok tersebut menopang dagu di atas meja dengan sorot mata terpaku pada wajah manis Selvika. Ditatap seperti itu, Selvika jadi salah tingkah. Menyadari respon lawan bicaranya yang menggemaskan, Fabian lantas tertawa renyah.

"Kosong, kok. Kenapa?"

"Jalan, yuk." Untuk kesekian kali, cowok di sampingnya mengajak berkencan.

Ketika mulut Selvika sudah terbuka lebar untuk mengiyakan ajakan Fabian, sebuah dorongan pintu dari luar sukses mengurungkan niatnya. Seorang gadis berambut sebahu mengintip malu-malu di balik daun pintu dengan binar keceriaan. Akan tetapi, senyum semringah gadis tersebut tak bertahan lama ketika ia mendapati Fabian hanya bersama gadis yang ia ketahui bernama Selvika.

"Bu Acha mana? Kok, cuma berdua?" Gadis berambut sebahu itu mulai melangkah memasuki ruang bimbingan OSN. Tatapan matanya memicing pada Selvika dengan sorot penuh kecurigaan.

Suasana mendadak teramat canggung. Selvika ingin segera kabur dari situasi ini. Fabian yang dapat membaca keadaan, lantas mencairkan suasana.

"Oh, tadi ada Bu Acha, kok. Sekarang orangnya lagi ke kamar mandi," sahut Fabian seraya membereskan buku-bukunya di atas meja. Kemudian, pemuda itu bangkit, menggapai tas ranselnya, lalu berjalan ringan ke arah gadis berambut sebahu tersebut. "Mau pulang sekarang? Yuk, Sayang." Tak lupa, ia merangkul lawan bicaranya sepanjang koridor.

Selvika yang menyaksikan kemesraan dua sejoli tersebut hanya mampu menghela napas panjang. Dadanya sesak bak dihimpit sebongkah batu besar. Air matanya berlinang siap siaga terjun bebas. Inilah risiko terbesar jatuh cinta kepada kekasih orang. Siap terluka. Siap menanggung duka.

----

Semua ini berawal sejak terpilihnya Selvika Maudy sebagai perwakilan SMA Nusantara dalam OSN Ekonomi tingkat kota madya. Selvika pikir, hanya dirinya yang ditunjuk untuk mengharumkan nama sekolah dalam ajang bergengsi tersebut, akan tetapi tebakannya melesat ketika ia mendapati seorang pria beriris coklat pekat sedang mengobrol bersama Bu Acha---guru Ekonomi sekaligus tutor mereka----di ruang bimbingan OSN.

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang