Limerence (2/3)

516 56 36
                                    

“Senang bisa melihatmu di sini.”

SinB tersenyum tipis.

“Apa kau benar-benar ingin tahu apakah aku yang datang setiap malam ke tempatmu selama ini?”

“Jadi benar kau mengintip selama ini?”

“Bukan mengintip.” koreksi SinB. “Aku hanya tidak sengaja melihat, terkadang.”

Yuna mendengus, menatap SinB dengan tatapan semakin kesal.

Mereka masih berdiri berhadapan di perbatasan antara hutan dan padang rumput. Ditengah-tengah semilir angin dan di bawah langit yang mulai gelap.

SinB kemudian melirik pedang yang terselip di pinggang Yuna. Lalu SinB memperhatikan penampilan Yuna yang terkesan seperti seorang prajurit yang bersiap turun ke medan perang.

“Mengapa kau mengenakan pakaian seperti ini?” tanya SinB.

“Tidak ada yang tahu bahwa bahaya bisa datang kapan saja.”

Yuna menatap SinB dengan tatapan serius.

“Jangan pikir karena aku wanita..” lalu ia menggenggam ujung pedangnya. “Aku tidak bisa menggunakan benda ini dengan baik, kau mengerti maksudku?”

SinB tentu paham bahwa Yuna tengah memperingatkannya. Tapi sungguh, melihat raut serius di wajah wanita itu entah mengapa membuat SinB tidak bisa menahan senyumnya.

“Aku pasti akan merasa terhormat jika mati di tangan seorang wanita cantik sepertimu.”

Yuna mengerjap pelan, lalu menjuntaikan kedua tangannya di sisi tubuh.

Sementara itu, SinB kemudian mengulurkan satu tangannya di hadapan Yuna, tersenyum lembut sebelum akhirnya kembali bersuara.

“Ikutlah denganku, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu.”

Yuna menatap tangan dan wajah SinB bergantian.

“Percayalah, aku tidak akan menyakitimu. Aku janji.” kata SinB ketika Yuna terus diam menatapnya.

Yuna menghembuskan napas yang cukup panjang, menundukkan pandangan, memperhatikan tangan SinB sekali lagi.

“Aku bisa berjalan sendiri.” gumamnya, lalu menyingkir dan melewati SinB begitu saja.

SinB hanya tersenyum, menarik tangannya kembali lalu mengangguk pelan.

“Ya, aku tahu.”

Mereka berjalan beriringan memasuki hutan dalam keheningan.

Yuna memilih terus berjalan dengan pandangan yang terfokus pada objek kosong di depan sana. Sementara SinB terus menatap sisi wajah wanita itu disertai senyuman yang seolah tak bisa pudar dari wajahnya.

Setelah mereka berjalan cukup jauh memasuki hutan, Yuna mulai menyadari itu. Ia merasakan pipinya memanas saat ujung matanya mendapati SinB terus menatapnya dengan mata seolah tak berkedip.

Lantas, Yuna menghentikan langkah tiba-tiba, membuat SinB juga langsung menghentikan langkah dengan senyuman tipis yang masih menghiasi wajahnya.

Sinju FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang