Don't Say Goodbye [1/2]

658 56 7
                                    

25 Mei 2019. Gangnam Resident Hill. Seoul.

SinB-ah..

Akhirnya hari ini tiba..

Hari ini akan menjadi hari terakhirmu di dunia ini. Aku sangat bahagia, akhirnya hari ini tiba juga. Sudah enam bulan aku merencanakan ini. Merencanakan kematianmu.

Kita akan berpisah hari ini, sayang. Kau tak perlu lagi menyembunyikan diriku. Tak perlu lagi takut penggemarmu tahu kalau aku kekasihmu. Karena apa? Karena mereka akan mengenaliku sebagai malaikat pencabut nyawamu.

Aku sudah tak sabar ingin melihatmu meregang nyawa. Apa yang akan kau ucapkan ketika tahu kalau aku sangat ingin menghabisi nyawamu?

Kalimat cinta yang selalu kau ucapkan pasti akan berubah menjadi kutukan.

Tatapan mesramu pasti akan berubah menjadi tatapan benci.

Serta, kau tak akan menyentuhku dengan lembut lagi. Kau pasti akan mencakarku, menjambak, memukul. Pastinya kau akan melawanku ketika aku hendak mencelakakanmu.

Oh sayang. Aku sudah tak sabar lagi untuk merasakannya...

"Sayang, bagaimana penampilanku?"

"Sangat tampan." Sahutku.

Hwang SinB, kau memang selalu tampan. Bahkan mungkin kau akan menjadi korban pembunuhan tertampan dengan tuxedomu itu. Aku lalu mendekatinya yang masih merapikan rambut di depan cermin besar di kamar kami. Aku merapikan dasi kupu-kupu yang dia kenakan.

Oh.. aku sudah sangat ingin mencekiknya dengan dasi ini. Tapi, jika kulakukan maka tak akan berjalan sesuai rencana. Jadi, aku hanya merapikan dasi itu.

Dia lalu membelai pipiku. Memeluk dan mencium leherku.

Sumpah demi apapun. Aku benci ketika dia melakukan ini.

Tapi, aku berusaha bertahan. Hanya hari ini, biarkan saja dia berpikir aku menyukainya. Yah, pada akhirnya dia juga akan mati ditanganku. Biarkan saja dia bahagia. Sebentar saja.

"Sayang, aku punya hadiah untukmu." Katanya.

Dia melepaskan pelukannya. Berjalan menuju meja rias, mengambil sesuatu dari dalam laci. Dia lalu menghampiriku. Tangannya dia sembunyikan dibelakang punggungnya. Senyum menyebalkannya mengembang. Kau tahu, senyum itu sebenarnya mungkin akan dibilang sangat manis oleh para penggemarnya. Tapi tidak untukku. Segala sesuatu darinya adalah menyebalkan. Dan aku sudah sangat muak padanya.

"Pejamkan matamu, sayang." Pintanya.

Aku mencoba tersenyum. Mengikuti permintaanya, aku memejamkan mata. Aku tahu dia berjalan ke belakangku. Menciumi tengkukku lagi, lalu aku merasakan sesuatu yang dingin melingkar di leherku.

"Sekarang bukalah matamu," bisiknya ditelingaku.

Aku menurut. Aku menunduk untuk melihat benda yang dikalungkannya di leherku. Aku tersenyum melihat hadiahnya. Sementara dia mencium pipiku tanpa henti.

"Kau tak suka, sayang?"

"Aku suka." Jawabku pendek.

Sinju FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang