Hai, angan.

6 1 0
                                    

Pengharapan takkan terulang kisah lama menyedihkan. Kehidupan baru dimulai. Sirat langkah kaki memulai, berjalan ambisi merubah sebuah kesalahan.

Namanya, Nesya Nira Anaya, panggil saja Nesya.

Nesya pov

Ketika ku melihat seisi tempat, dipenuhi wajah asing. Ku harap mereka baik seperti yang kuduga. Namun, semua bertahan sesaat ketika ku lihat sebuah wajah lama. Dia adalah perusak kesenangan kala dulu.

1 tahun yang lalu~

"kamu itu ga pantas ya, suka sama seorang lelaki seganteng dia" ucap temanku.

"Lia, aku udh ga suka dia, bahkan dia ga tau kalau aku suka sama dia". Balasku

"Udh ga suka? Serius?! Ini apaan, kamu yang ngasi surat ini ke Alma kan, hmm?"

"Eh ga, itu bukan aku, itu tulisan Dewi,  lii"

"Kamu nyuruh Dewi kan nulisnya, kamu ga tau apa kalau Salma sampe nangis karena kamu ganggu hubungan mereka!!"

"Maaf lia, tapi bukan aku yang nyuruh Dewi, aku ga pernah mau semurah itu, ngirim surat ke cowo"

"Ga ush banyak alasan, kamu liat muka kamu itu jelek ya, hitam, dekil, pake kacamata lagi, iyuww cupu"

"Maafkan aku".

Aku pun berlari ke toilet sekolah, kenapa? Kenapa harus aku yang selalu dituduh. Pelarian nya pasti fisikku. Aku ga tau harus gimana.

Ini bukan salahku, bukan aku yang mau fisikku seperti ini.

Nesya pov end~

Begitulah kisah malang Nesya dimulai. Ia menangis terisak isak tanpa diketahui siapa pun.

Nesya pun kembali ke kelasnya. Semua mata melirik tajam ke arahnya.  Ada sebuah kesedihan tersirat dihatinya. Ini bukan salahnya,  tapi dia diintrogasi terlebih dahulu, miris.

Nesya seorang anak yang baik, pintar, dan murah hati. Tetapi ia selalu dibenci, karena orang tak suka melihat wajahnya.

Keesokkan harinya, Nesya datang ke sekolah dengan perasaan cemas. Ia datang pagi pagi sekali agar tidak menjadi pusat perhatian.

Saat kelas sudah ramai Nesya sama sekali diam. Tidak ada yang mau menegurnya. Mereka jijik melihat Nesya. Nesya pun tertunduk dan berusaha tegar.

1 tahun kelas 5 telah ia lalui~

Setahun yang panjang baginya tanpa seorang teman. Hujatan, cemohan, serta tindakan fisik yg orang lakukan padanya telah ia lalui. Sebenarnya Nesya ingin pindah sekolah, namun ia tak tega memberi tahu ayah dan ibunya.

Nesya kasihan melihat ibu dan ayahnya yang banting tulang mencari uang.

"Nesya, bagaimana kamu di sekolah? Berjalan lancar?" ibu Nesya bertanya.

"Iya, bu"jawab Nesya

"Teman kamu baik baik ya sama kamu, pasti kamu punya bnyak teman kan? Kamu kan pintar"

"Iya bu, aku punya banyak teman, yang selalu mendukung ku bu"

Nesya berbohong, ia tidak ingin ibunya banyak pikiran. Semua yang dikatakan ia kepada ibunya hanya sebuah angannya.

"Hai angan, ingin secuil harapan, seorang pendukung, penyemangat kala sepi, senyum tawa bersama, jalani kisah panjang ini, namun itu semua hanyalah kiasan di bibir saja, takkan pernah terjadi, mungkin", Nesya bermonolog.

Nesya memandangi langit biru cerah, dari jendela kamar rumahnya. Hanya kamar kecil, tempat menuangkan penat.

Hari pertama sekolah kelas 6 pun tiba.  Ia berjalan menuju kelasnya. Padahal ia baru berada di jenjang sekolah dasar namun sudah merasakan semua penderitaan.

Hari pertama ternyata berjalan baik. Mereka sudah tak peduli dengan kesalahan Nesya yang lalu. Ada sesorang menghampiri Nesya.

"Nesya, aku minta maaf ya, kalau aku dulu ga mau berteman sama kamu" ucap orang itu.

"iya Hany, ga perlu minta maaf" ucap Nesya tersenyum.

"Oh iya, btw aku mau duduk di sebelah kamu, gapapa kan?" lanjut Hany.

"Ah, iya lagian bangku nya kosong, ga ada yang duduk di sini"

Tampaknya sedikit lebih baik. Nesya bersyukur kepada Allah, yang telah mengabulkan doanya, agar ia mendapat seorang teman.

Bel istirahat berbunyi~

Nesya sedang duduk sendiri di bangkunya.

"Nes, kantin kuy", ajak Hany.

"Iya han"

Mereka pun ke kantin dan makan bersama. Hingga datanglah geng VANS. Mereka adalah anak anak hits di sekolah. Ya begitulah, baru sd sudah ada geng geng.

VANS itu terdiri dari Vina, Azilia, Nela, dan Salma.

Mereka yang telah membully Nesya saat kelas 5.

"Heh, sok banget kamu ya, berani berani makan disini, inituh tempat kami!!" Vina menghentak meja, dengan marah.

"Inikan kantin vin, masih banyak tempat lain untuk kalian duduk", jawab Nesya takut.

"Enak aja, kami itu mau duduk disini, pergi sana", sambung Nela.

"Hey, kami duluan disini, kalian yang harus pergi!!", Hany menjawab geram.

"Owh, gitu ya, sok cantik banget, kalian mau ngusir kami, kalian yang harus pergi", Salma menumpahkan makanan Nesya.

"Heh, jangan asal menumpahkan barang orang dong, dia beli pake duit, kalian itu yang sok cantik, kegatelan!!", Hany mulai marah.

"Wupsii, ga sengaja", jawab salma dengan muka tak merasa bersalah.

VANS pun pergi dengan tertawa terbahak bahak. Sementara Nesya tertunduk, matanya berkaca kaca. Hanya itu sisa uang jajan yang dimilikinya. Hanya empat ribu rupiah  yang ia gunakan untuk membeli nasi dan air putih seadanya di kantin.

"Hei nes, kamu gapapakan? Nanti aku belikan kamu nasi lagi", bujuk Hany.

"Jangan han, aku sudah kenyang". Nesya berkata bohong padahal sejak pagi ia belum makan.

"Ya, sudah kita kembali ke kelas aja", ajak Hany.

Mereka pun kembali ke kelas dan bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai.

~~~

Nesya pulang kerumahnya, ia sangat kelaparan. Dirumahnya hanya ada tempe dan nasi. Ia pun memakannya.

Ibu Nesya pun pulang. Ibu Nesya tanpa jelas memarahi Nesya.

"Nesya kenapa kamu tidak membersihkan rumah!!!", Ibu Nesya marah marah.

"Aku sedang makan, baru saja aku pulang sekolah sudah ibu suruh"

"Kamu ya, berani melawan, lebih baik kamu tidak usah makan"

Ibu Nesya mengambil sapu dan memukulinya. Nesya sudah nangis tersedu sedu. Ibunya sudah sangat lelah, sehingga melampiaskan amarahnya ke Nesya.

Nesya pun menangis di kamarnya.

"Apa salahku hkss, aku kan hanya ingin makan sebentar, kenapa selalu aku yang disalahkan, sudah cukup penderitaan di sekolah, ditambah lagi di rumah, Ya Allah kenapa aku dilahirkan di dunia, kalau hanya menjadi bahan siksaan haks hkss" nesya sangat sedih melihat nasib dirinya.

Nesya menangis tanpa suara. Hingga akhirnya ia tertidur dengan keadaan lapar. Ia sudah tak memikirkannya, terpenting ia sudah memakan sesuap nasi.

_______________





The MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang