Lix-1

77 17 12
                                    


"Nak Iariii, lari yang cepat, jangan pernah melihat ke belakang, jangan lepaskan adikmu, larilah nak ibu menyayangi kalian"

"ibu aku harus kemana, aku takut, kenapa ibu tidak lari bersama ku"

"ibu harus menjaga sesuatu, nanti ibu akan menjemputmu sambil membawa kue gandum kesukaan mu, larilah nak, lariii" teriak wanita itu sambil tersenyum dengan wajahnya yang basah karna air mata

ibuuuu

ibuuuuuu

byurrrrr

"bagaimana tuan apakah tidur anda nyenyak ?"

"lumayan"

"dasar pemalas, apa yang kau kerjakan semalam, bagaimana bisa seorang budak masih terlelap sedangkan aku sudah bangun lebih dulu"

"maafkan saya tuan"

"pergilah keluar ke tempat nyonya ana untuk menukarkan gelang perak dengan buku di perpustakaannya, kali ini bawakan aku buku yang seksi, jangan seperti buku di minggu lalu, gandum ku tertukar sia-sia dengan buku legenda rakyat yang membosankan."

"Baiklah tuan"

"Memimpikan hal yang sama lagi ?" ucap lembut si pemilik suara, setelah yang diajaknya bicara keluar dari dapur pribadi tuan franz tempat ia dimarahi tadi, nama majikan mereka adalah tuan franz yang sosoknya sangatlah manis jika kau membawakan buku seksi menurutnya untuk ia baca tiap hari

"Iya, sepertinya aku tidak akan pernah mendapatkan mimpi yang berbeda"

"Apa kakak masih tidak mau menceritakan mimpi itu ke adik manisnya ini ?" ucap gadis cantik tersebut dari belakang mengikuti arah langkah kaki alfron

"Adik ?" alfron menghentikan langkahnya lalu menoleh ke pemilik suara di balik punggunya dengan kepala sedikit menunduk untuk menatap lekat-lekat dua bola mata berwarna spektrum biru abu-abu milik gadis tersebut

"mohon maaf nona apakah kita saling kenal ?"

"Kakaaaaaak"

"Cepaaaaaat alfroooon sebelum bukunya di ambil orang lain" teriak tuan franz menggunakan pengeras suara dari kulit beruang hasil buruannya yang berhasil membuat dua orang yang di teriaki menutup telinga seperti ingin meremuk kepala mereka sendiri

"Baik tuan, saya pergi ke perpustakaan nyonya ana sekarang"

Di perjalanan kerumah nyonya ana, mereka melihat persiapan para warga di sepanjang jalan untuk menyambut hari besar, dua hari lagi merupakan peringatan hari raya kerajaan Xander, dan sudah merupakan tradisi sejak dulu, bahwa 1 hari sebelumnya semua rakyat mengadakan perayaan yang sangat besar dan di hari perayaan yang sesungguhnya mereka tidak merayakan apa-apa, tradisi ini berlaku sejak 19 tahun yang lalu, dan tak ada yang berani mempertanyakan mengapa mereka tidak diperbolehkan merayakannya di hari besar yang sesungguhnya, tetapi tanpa bertanya mereka pun sudah bisa menebak alasannya.

Di sebelah kiri bahu jalan, mereka melihat 6 kelompok anak-anak berumur sekitar 10 tahun sedang sibuk menebas angin dengan serakah menggunakan pedang kayu mereka masing-masing dan tentunya dalam koreografi yang perkasa namun indah, lalu di sampingnya lagi terlihat ibu-ibu duduk di suatu pondok besar yang membagi perhatian mereka untuk mengagumi aksi anak-anak tersebut dan sambil mengerjakan sulaman bunga mereka untuk membuat bendera kerajaan yang akan digantungkan di depan rumah mereka masing-masing, lalu di sebelah kanan bahu jalan mereka melihat para gadis yang memiliki kulit dan tinggi yang sama sedang latihan menari menggunkan pedang dan selendang panjang berwarna merah nan polos yang sangat kontras di kulit mereka yang pucat, terlihat dari baju mereka yang sangat kotor dan sedikit robek di beberapa bagian menandakan bahwa mereka latihan dengan sangat keras.

ObelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang