Lix-4

46 13 9
                                    

kelam bersama sendu sibuk mengelilingi ruangan itu, berusaha mencekik udara segar untuk menetralkan pikiran orang-orang di dalamnya terutama sang pemilik kamar, keheningan saja sampai sesak berada di dalam ruangan yang diselimuti kegelapan masa lalu. Para tabib terlihat memainkan jemari mereka di udara dengan kompak seperti ingin menciptakan sesuatu, setelah beberapa menit dengan peluh di dahi mereka terciptalah cahaya indah biru yang bergradasi dengan warna biru lainnya dan sedikit tambahan cahaya warna putih, cahaya itu keluar dari sela-sela jari mereka lalu mengalirkannya ke punggung putra mahkota yang terlihat berwarna merah dan sedikit berdarah, mereka melakukan hal yang sama sekali lagi tetapi dengan bola cahaya yang berukuran lebih besar daripada sebelumnya, membuat pria yang mereka obati berteriak sangat keras dan memperlihatkan urat-urat berwarna biru kehijauan di kulitnya yang putih. Setelah pengobatan itu selesai, teriakannya pun mulai mereda namun masih tergambar rasa perih yang menyakitkan di wajahnya.

"maafkan kami yang mulia raja, kutukan itu semakin kuat dan kekuatan kami tidak mampu untuk meredakannya secara cepat"

Raja radez dan ratu ivana hanya mampu menatap nanar anak kesayangan mereka kesakitan. Sakit yang di alami pangeran aiden menjadi rahasia keluarga inti kerajaan dan pelayan khusus kerajaan, mereka menyembunyikan hal ini agar tidak mengkhawatirkan seluruh rakyatnya atas kondisi putra mahkota mereka dan tidak memancing otak licik kerajaan lain untuk mengambil kesempatan menyerang kerajaan xander.

"tenanglah ibu, jangan khawatir, ini akan berakhir tidak lama lagi" ucapnya dengan susah payah dalam usahanya menenangkan wanita yang melahirkannya.

Mendengar perkataan aiden, ratu ivana hanya mampu membelai lembut pucuk kepala anaknya yang masih dalam posisi baring terbalik, terselip doa dalam belaiannya yang berharap agar sentuhan ibu mampu meredakan kesakitan yang dirasakan oleh anaknya "semoga ini benar-benar akan berakhir sayang"

"berakhir...haha...berakhir" pasrahnya dalam hati sambil menatap dinding kamarnya yang bercatkan abu-abu dengan sentuhan emas.

.

.

"Azura, apa kau akan membuat kue lagi ?"

"Azura apa kau mendengar ku ?"

Gadis itu hanya senyum sebentar lalu sibuk memandangi irama langkah kakinya yang menjauhi gerbang istana, tidak dia tidak senyum, dia terpaksa senyum pada laki-laki yang memiliki rupa hampir mirip dengannya, wajah itu sangat tegas namun tatapannya sangat hangat.

Brukkk

"azuraaa" ucap pria itu lagi yang mirip dengan gadis yang di panggilnya

"maafkan kami tuan muda, dia tidak sengaja" sahut seorang lelaki dewasa yang terlihat seperti berumur kepala 3

"tidak apa-apa tuan"

"Apa yang kau pikirkan arsen ?" ucap cio yang duduk di samping arsen setelah membawakan dua botol teh akar yang memabukkan untuk menemani mereka duduk santai dan berteman dengan malam dingin.

Dengan manik mata hitamnya yang jernih dan berkilau memandangi bulan, dengan pelan ia mengucapkan sebuah nama yang sangat indah menurutnya

"Azura..."

"ohhh gadis yang menabrak mu tadi, kau menyukainya ?"

"kau cemburu sayang ?"

Karna melihat senyuman genit di wajah arsen otaknya berhasil memerintah tangan kanannya untuk memukul kepala arsen "WAAAAH ARSEN JIJIKNYA, HENTIKAN ITUU IHHH"

"hahahaha" asap samar yang dingin keluar dari mulutnya selama ia tertawa sangat keras atas reaksi sahabatnya itu, "dialah gadis yang ku temui di perpustakaan kemarin" senyum simpul terlihat di wajah tampan arsen yang putih pucat setelah menyelasaikan ucapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ObelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang