Lix-3

53 16 7
                                    


"Ooh revian, dimana obelix ?" ucap frustasi tuan franz sambil membolak balik kertas yang ia baca dari buku berjudul Psyche Obelix yang artinya jiwa obelix, merupakan buku yang dibawa azura untuknya.

Di ruang kerjanya terdapat beberapa lilin di atas meja untuk membantunya membaca dan menggambar setelah ia mendapatkan sesuatu dari bacaannya, ia menggambar menggunakan tinta di atas lembaran kertas coklat terang, gambarannya terlihat hampir menyerupai setengah bunga namun seperti sedang mekar.

dengan lelah ia meletakkan bulu tintanya dan memegang kepalanya dengan ekspresi frustasi sambil melihat gambarannya yang setengah jadi setelah berkutat dengan buku itu selama hampir seharian "apa maksud ini semua revian ?"

.

.

Tok..tok..tok...

"Makanan anda datang yang mulia"

Ucap kepala pengawal sambil membukakan pintu agar para pelayan tersebut masuk dan menyiapkan makanan untuk pangeran negrinya yang terlihat pucat.

Sebelum siap di santap tuannya, dua di antara mereka menyicipi sedikit tiap hidangan agar memastikan tidak ada racun dalam hidangan tersebut.

"Silahkan menikmati yang mulia" ucap para pelayan tersebut dengan kepala menunduk, sambil menunggu tuannya untuk selesai makan.

Pria yang dikatakan yang mulia tersebut berbalik dari aktivitasnya yang melihat ke arah luar jendela dan menendang dengan kasar semua hidangan yang disajikan untuknya, dengan tenang ia berkata

"keluarlah"

Dibalik nadanya yang tenang ia bersikap seolah-olah bukan dia penyebab atas tumpahnya semua makanan, kotornya baju para pelayan yang terkena air dan minyak, serta ketakutan para pelayan di hadapannya yang semakin merendahkan tundukkan kepala mereka dengan tangan gemetar yang berusaha di sembunyikan dari tuannya.

"kami mohon yang mulia makanlah, sejak tadi anda belum makan" ucap salah satu pelayan tersebut dengan suara yang bergetar.

"menolak perintah ku sama saja kau sedang melakukan pemberontakan, keluarlah jangan sampai kepala kalian menggelinding di lantaiku" ucapnya semakin tenang daripada sebelumnya dan menghunuskan pedang yang ia rampas dari pengawal di hadapannya ke leher pelayan tersebut.

"mereka juga akan tetap di bunuh yang mulia jika anda menolak makan" ucap pengawal pribadinya yang sekaligus menjadi sahabatnya sedari kecil bernama dion.

Laki-laki yang menjadi pusat perhatian saat itu diam sejenak dan melihat sekilas semua para pelayannya yang ketakutan. Jarak tipis antara nadi dan tajamnya pedang tersebut semakin jauh dan ia melemparkan pedang tersebut ke sembarang arah.

Para pelayan tersebut membersihkan sisa makanan yang tumpah dan mengambil makanan yang baru setelah mendapat isyarat dari dion.

"untuk apa aku makan dion, apa agar aku bisa bertahan hidup dan menyaksikan kutukan itu datang dengan sangat manis ?

"untuk apa dion ?, aku saja tidak tau mengapa kutukan itu ada, kenapa menimpaku dan kalian semua, kenapa sampai semengerikan itu ? apa salah ku dion ?"

Mereka berdua diam sejenak yang membuat hawa dingin dan menyakitkan di ruangan itu semakin menyesakkan.

"hahaha ayo makan dion" ajaknya ke dion setelah melihat para pelayan membawa nampan berisi hidangan yang baru

"ayo makan bersama dion, biar kita bisa melihat kematian kita, kita tidak lama lagi mati dion, tidak lama lagi, bulan merah akan tiba HAHAHAHAHA"

Dion hanya diam menatap sedih tuannya sekaligus sahabatnya yang tertawa sangat keras dan menyayat hati, tersimpan banyak kemarahan, kebingungan, dan kesedihan dalam tawanya

ObelixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang