Merangkak namun tertatih
Linglung bagai 'tak punya arah
Derai daksa beradu lirih
Menyikut pelan dosa parahMenangis, pecundang miris
Kadang tertawa seraya teguk miras
Stres, merangkul pundak sinis
Spontan amarah gejolak mengerasNafsu kini 'tak tertahan
Membunuh adalah satu-satunya jalan
Agar pengganggu sinis tertelan
Menghilang dan tiada dari pandanganSadar kini datang menyertai
Pikiran takut mulai merajai
Namun terlambat, sirna dan hancur
Nasi sudah menjadi buburBersalah, namun memilih pergi
Tanggung jawab ditinggal lari
Berpikir pendek, memanglah salah
Jejak tercium, tertangkap basahMengamuk di antara jeruji besi
Terperangkap akan dunia penuh ilusi
Terpojok oleh tawa halusinasi
Pengganggu akan ketenangan jiwa hakikiWaktu demi waktu bergulir
Masa demi masa menyisir
Bergetar retakan kalbu larah
Kala mendengar surat Kalam AllahTerisak raga ini beradu
Mengingat akan dosa masa lalu
Menangis tertatih tersentuh kalbu
Secarik hidayah kini menyatuMenghampar pelan sajadah atma
Kini diajar gerakan salatnya
Dalam sujud sembah berdo'a
Meminta ampun pintu taubat-Nya.Pintu Taubat, 18 Februari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Arunika
PuisiHanya dengan sebuah sajak, isi hati dapat tergambar dengan sempurna. Kumpulan puisi karya sendiri, dengan berbagai macam tema. Semuanya tersedia di Sajak Arunika. Silahkan, baca dan hayati setiap bait-bait indahnya.