02. Ultramilk Strawberry

278 44 1
                                    

"Hal paling bego yang pernah gue saksikan ya kelakuan Haidar kemarin."

Sementara yang dibicarakan mendelik kesal, "Ya mana gue tau, anjir!"

"Kemarin ada apa?" tanya Kila penasaran.

Tepat ketika Kila keluar dari ruang ekskul, ia berpapasan dengan Alvin, Haidar, Bimo dan Gilang yang baru selesai futsal. Mereka memutuskan berjalan beriringan sambil mengobrol.

"Ah, Kila. Kebiasaan nggak buka grup kelas, ntar kalo lo ketinggalan info penting gimana?" kata Bimo mengomel.

Kila mendelik. "Isi grup kelas gak berfaedah. Info penting sering tenggelem," balasnya membela diri.

"Yaudah bikin grup informasi aja," saran Alvin.

Bimo mengangguk setuju, "Minta Intan bikin aja."

"Ih cerita dulu kemarin ada apaaa?"

"Kemarin Haidar nggak bisa pulang. Kunci motornya ilang," kata Alvin mulai bercerita.

Kila menoleh kepada Haidar, namun setelahnya ia malah tersenyum lebar. "Asik dong bisa nginep di sekolah."

Haidar mendengus, "Tega amat lo," balasnya kemudian terbatuk kecil.

"Panik banget dia nyari kuncinya sampe geledah kelas kita," kata Alvin lanjut bercerita. "Taunya dia simpen di saku belakang tasnya," lanjutnya.

"Lah? Bego," umpat Kila refleks.

Haidar mendengus, merasa kesal sekaligus malu. Merutuki kenapa ia bisa sebodoh itu.

Masalahnya, ketika Haidar mencari kuncinya ia tetep memakai ranselnya. Dari ngecek ke parkiran--barangkali tertinggal di motornya, sampai menggeledah kelas hingga menjadi berantakan. Jadi sebenarnya kuncinya selalu ada di dekat Haidar.

"Kemarin tuh hujan. Gue sampe bolak-balik dari parkiran ke kelas buat nyari," kata Haidar seakan mengadu. "Nih liat sekarang gue jadi demam!"

"Eh, iya panas," ucap Kila setelah memegang kening Haidar.

"Pantesan lo aga jinak," celetuk Bimo.

Haidar hanya mengumpat, sedetik kemudian ia batuk. Kepalanya mendadak pening.

"Bukannya istirahat, ih!" kata Kila mengomel.

Haidar mendengus, mengusap hidungnya yang memerah. "Gue mggak main kok."

"Ya tetep aja! Kenapa nggak langsung pulang?!" tanya Kila sewot.

"Cuma pusing doang kok."

Kila kini memegang leher Haidar yang terasa hangat. Ia merasa khawatir cowok yang biasanya tengil kini jadi lebih kalem.

"Vin, lo pulang sama Haidar. Ntar motornya gue yang bawa," kata Bimo yang merasa khawatir juga.

Haidar menggeleng, "Nggak usah. Gue--uhuk uhuk nggak, uhuk, nggak papa."

Mereka memandangi Haidar merasa kasihan.

Gilang mendorong pelan Haidar. "Najis, kaya cewek aja lo gak papa mulu padahal ada apa-apa."

"Bareng gue sama Mahe aja, ya? Kayanya mau hujan, ntar lo kehujanan lagi," kata Kila memberi saran. Mereka berhenti di parkiran motor.

"Gue sama Alvin aja," kata Haidar menolak ajakan Kila.

"Bener?" tanya Kila memastikan.

Haidar mengangguk meyakinkan.

"Ciee maunya sama abang Alvin," goda Alvin kepedean.

SomedayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang