"Udah dong, Sean. Ini udah setengah jam lo nangis kayak gini. Gue takut entar lo sakit karena kelamaan nangis."Wisnu sudah mulai kebingungan karena Sean tidak berhenti menangis sejak setengah jam yang lalu.
Hari ini kebetulan Wisnu sedang libur dan tidak praktek di rumah sakit. Tiba-tiba Sean menelponnya dan mengatakan kalau ia akan datang. Itu membuat Wisnu senang. Karena selama beberapa waktu ke belakang Wisnu jarang bertemu dengan Sean, karena kesibukan Sean mempersiapkan pembukaan salonnya. Dan kesibukan Wisnu di rumah sakit.
Sebenarnya Wisnu juga ingin bertemu dengan Micky, karena sudah lama sekali tidak bertemu gadis kecil itu dan Micky membuatnya sangat rindu. Tapi Sean mengatakan ia akan datang sendiri karena kebetulan ia sedang tidak ingin pulang ke rumahnya.
Alih-alih mendapat kabar baik tentang pembukaan salon yang sudah direncanakan Sean dari jauh hari, Wisnu justru menerima kenyataan kalau temannya ini sedang mengalami kesulitan karena baru saja tertipu oleh sahabatnya sendiri.
Wisnu yang tadinya sudah menyambut dengan suka cita justru dibuat turut berduka cita dengan musibah yang dialami oleh Sean. Wisnu tahu seberapa besar keinginan Sean untuk memiliki salonnya sendiri. Tapi impiannya kini harus pupus di tangan orang tidak bertanggung jawab seperti Bianca.
Wisnu mengutuk siapa saja yang berani menyakiti orang sebaik Sean. Sean adalah orang baik yang tidak pantas diperlakukan seperti ini. Apalagi menghancurkan mimpinya sampai tak bersisa seperti ini. Sean hanya datang dari keluarga sederhana, bukan keluarga yang bergelimang harta dan akan dengan mudah mendapatkan apa yang dia inginkan. Bahkan jika mau dibandingkan hidup Wisnu jauh lebih beruntung daripada Sean.
"Terus gue harus gimana dong, Nu? Gue harus ngembaliin uang Ayah. Kasihan kalau sampai Ayah harus kerja banting tulang buat lunasin cicilan rumah."
Wisnu masih terus mengusap punggung Sean yang belum bisa berhenti menangis.
Sean bercerita kalau uang yang diberikan ke Bianca itu bukan seratus persen miliknya. Tapi ia mendapatkan pinjaman dari sang Ayah sebanyak 50 juta rupiah dari hasil menggadaikan sertifikat rumah yang sekarang mereka tinggali. Saat meminjamnya Sean mengatakan akan membayar angsurannya setiap bulan setelah salonnya dibuka dan diresmikan. Tapi janji hanya tinggal janji.
"Gini deh, lo pake duit gue dulu aja. Serius gak apa-apa kok. Gue lagi gak butuh-butuh banget sama duitnya." Tawar Wisnu.
"Enggak, Nu. Gue kesini bukan buat nyusahin lo kok. Gue cuma butuh tempat curhat aja. Gue bingung, gue udah gak punya siapa-siapa buat sekedar berbagi cerita. Gue aja malu mau pulang. Gue malu sama Ayah dan Ibu, Nu." Tangisan Sean makin kencang saat ia menyebutkan kedua orang tuanya.
Tentu saja Sean mendapat tekanan yang luar biasa di dalam hatinya. Selain mimpinya hancur, ia juga merasa bahwa ia sudah merepotkan banyak pihak terutama kedua orang tuanya. Meskipun kedua orang tuanya bahkan tidak pernah merasa direpotkan oleh anak semata wayangnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EGOISTIC [Seokmin X Soonyoung]
FanfictionDean Lee, siapa yang tidak kenal dengan pria tampan keturunan Indonesia - Korea ini? Selain tampan, dia juga merupakan seorang Vice President agensi artis ternama yang berbasis di Korea dan Indonesia. Tampan, mapan, dan kaya raya. Tapi sayangnya Dea...