[ Sasuke ] Before i left my sadness...
"Aku ingin seperti kakak!"
Sasuke menarik dress ibunya, anak berumur lima tahun itu selalu mengatakan 'aku ingin seperti ayah' atau 'aku ingin seperti kakak' setiap kali melihat ayahnya bekerja atau sehabis menemani kakaknya berlatih.
Tapi saat ia bertanya begitu jawaban ibunya selalu sama.
"Tidak bisa, Sasuke..."
"Kenapa tidak bisa?" Sasuke merengut, ia sudah cukup puas bertanya hal semacam itu pada ibunya, tapi jawaban ibunya tidak pernah berubah. "Aku kuat seperti kakak, kok!"
Mikoto menggeleng. "Sasuke, ini bukan masalah kau kuat atau tidak," wanita berparas cantik itu membelai rambut anaknya, "...ini mengenai secondary gender."
"Secondary gender itu apa?"
Mikoto tersenyum melihat betapa lugu anaknya itu.
***
Tidak mendapat jawaban yang dia inginkan dari sang ibunda, Sasuke melenggang kepelukan sang kakak yang sedang berlatih di halaman belakang.
Dengan tangan mungilnya ia peluk pinggang kakaknya itu tiba-tiba.
"Sasuke kenapa?"
"Aniki terkejut kah?"
"Iie." Itachi menggeleng. "...Memangnya tadi Sasuke berusaha mengejutkanku?"
Sasuke mengangguk keras. "Hn!"
Itachi tersenyum, ia menyentuh kepala Sasuke. "Kalau begitu, maafkan aku karena tidak terkejut."
Setelah itu Sasuke teringat tujuannya mendatangi sang kakak.
"Aniki? Apa Aniki tau secondary gender itu apa?"
Itachi tidak langsung menjawab, ia diam terlebih dahulu sebelum bertanya balik.
"Kamu tau kata itu dari mana?"
Itachi berhati-hati, adiknya masih terlalu kecil untuk memahami hal itu.
"Ibu yang mengatakannya."
Sasuke melihat ekspresi Itachi yang tidak gembira, Sasuke kecil jadi merasa kurang enak karena telah bertanya hal itu.
Walaupun ia masih kecil, tapi ia dapat mengerti ekspresi wajah orang dewasa saat berbicara padanya.
"Sasuke bilang ingin menjadi sepertiku, 'kan?"
Sasuke langsung mengangguk, ia meloncat-loncat antusias begitu mendengar kalimat yang menyenangkannya itu.
Itachi memberikan shuriken kepada Sasuke.
"Sekarang gunakanlah..."
_________
"Sasuke... keluarlah."
Di malam itu, Sasuke yang mendengar suara kegaduhan terbangun dari tidur, ia berjalan keluar kamar dan mengintip ruang tengah yang menjadi pusat suara.
Awalnya ia hanya berani mengintip ketika melihat Itachi berada di sana bersama ayah dan ibunya yang terbaring di lantai. Tapi perlahan ia berjalan masuk untuk melakukan intruksi kakaknya.
"Aniki..." sapanya sayup.
Itachi sedang memegang pedang panjang yang dipenuhi dengan darah. Sasuke mengerutkan kening tidak mengerti apa yang kakaknya lakukan.
"Bagaimana denganmu, apa kau ingin mati di tanganku juga?"
Mata Sasuke membulat sempurna. Sekarang ia tidak mengerti dengan ucapan kakaknya.
"Kau lihat mayat ayah dan ibu, akulah yang telah membunuh mereka."
Sasuke menatap dua tubuh di depannya, ia berjongkok ingin menggapai tubuh-tubuh yang sudah tak bernyawa itu.
Sasuke perlahan menangis, memanggil-manggil nama ayah dan ibunya.
Di tengah isak tangisnya, Itachi mengarahkan pedang berdarah itu ke dahi Sasuke.
Sasuke kaget dan terjengkang ke belakang ketika ia melihat ujung pedang itu, sesaat ia merasa seperti akan mati juga.
"Katamu, kau ingin menjadi sepertiku, bukan?"
Sasuke memandang Itachi dengan mata yang berkaca-kaca.
"...Aku telah membunuh ayah dan ibu, apa kau masih ingin menjadi sepertiku?"
Gigi Sasuke merapat, ia kembali terisak, tidak menyangka jika sosok kakak baik hati yang dipujanya berubah dalam semalam.
Itachi berjalan menghampiri Sasuke dan menendangnya. Sasuke melayang beberapa meter ke belakang. Tindakan tersebut langsung menghentikan tangis Sasuke, tapi membuatnya tersedak dan terbatuk.
"Cengeng... kau bahkan tidak layak untuk kubunuh."
"Aniki...."
Suara serak Sasuke yang memanggil kakaknya seakan memohon belas kasih, ia meringis memegangi perutnya yang tadi ditendang Itachi.
"Kalau kau masih ingin menjadi sepertiku, hiduplah... carilah kekuatan, hiduplah dengan cara mendendam kepadaku. Lalu datanglah lagi padaku jika kau sudah merasa kuat, saat itulah maka kau kuanggap layak untuk kubunuh."
"Kenapa... kenapa Aniki melakukan ini?"
Itachi diam, ia tak merespon pertanyaan adiknya. Kemudian Sasuke hanya melihat bayangan kakaknya pergi meninggalkan rumah.
Sasuke terjatuh karena pingsan, tapi meski begitu ia terus mengutuki dirinya, mengapa ia tidak bisa mengerti pemikiran orang dewasa?
[To Be Continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is The Time (Special Story) | NARUSASU
RomanceBefore i left my sadness... And before i had him in my life.... ~Kisah Naruto & Sasuke sebelum menikah~ Cerita lainnya bisa dilihat di : This Is The Time This Is The Time (Adult Version) [ Sequel ] This Is The Time Special Story Atau klik pada tag #...