ғᴀʀᴇᴡᴇʟʟ ᴘᴀʀᴛʏ

104 18 6
                                    

Play mulmed‼️






Or








Play BTS - Let Go

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Play BTS - Let Go











Suara gemuruh keramaian memenuhi gedung lapangan basket indoor sekolah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















Suara gemuruh keramaian memenuhi gedung lapangan basket indoor sekolah ini. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi seorang insan yg sedang mencari insan lainnya yg kalau bahasa kerennya sedang ia rindukan.

"Congrats ya bang! Sukses terus ya buat kalian semua!" Suara Aryan yg sedikit memekik di telinga, tetapi akan gue kangenin dimasa yg akan datang. "Nyariin siapa sih Fiq? Kalem napa dah." Suara Cakra yg merubah atensi mereka ke arah gue. "Apaan, gue ngga nyari siapa-siapa tuh." Jawab gue.

"Oh, dia barusan sampai di depan bang." Saat ini semua atensi berpindah ke Rama. Gue otomatis menatap ke arah pintu masuk, gue udah ngga sabar mau ketemu dia, ntah untuk apa.

"Ngga kerasa ya, kakak bener-bener ga akan aku lihat lagi di sekolah." Katanya sambil menatap langit malam ini. Acara Promnight yg ramai kami tinggalkan, lebih memilih untuk qtime berdua.

"Iya, tapi kan masih ada medsos. Kita masih bisa berhubungan lewat itu. Oh iya, kita belum ada tukeran kontak satu sama lain ya?" Tanya gue disaat tersadar tidak memiliki satu pun kontaknya. "Nanti aja itu, gampang."

Hari semakin larut, sudah beribu suku kata yg kami lontarkan saat ini. Rasanya seperti tidak ada waktu lain untuk bercengkrama seperti ini.

"Judistia Nathan Zaphire, di sini gue Muhammad Syafiq Chandramohan ingin menyampaikan suatu hal. Lo mau ngga jadi pacar gue?"

Hening, tidak ada balasan. Karena dari ekspresinya pun dia tidak berubah. "Maaf kak, aku ngga bisa." Balasnya dengan tersenyum manis. "Kenapa? Apa kurang romantis? Atau kura—" belum selesai gue berspekulasi, dia sudah memotong.

"Kita berbeda kak. Aku ngga mau larut dalam hal yg tidak bisa kita kontrol ujungnya." Katanya sambil menggenggam kedua tangan gue. "Sebaiknya semua kembali seperti awal, aku melihat punggungmu tanpa kamu melihatku kak." Katanya sambil tertunduk, sepersekian detik berikutnya dia menangis.

"Aku ngga bohong soal suka sama kakak, sayang sama kakak, bahkan cinta sama kakak. Tapi, Tuhan ku memliki tujuan yg lain dengan Tuhan mu kak. Kita dipertemukan bukan untuk bersama, tapi hanya sebagai pelengkap figuran satu sama lain." Kemudian dia berhambur ke pelukan gue, menangis sejadi-jadinya dalam dekapan gue yg disaksikan oleh alam malam ini. "Gue ngga nyangka, farewell party gue di SMA bakal semenyedihkan ini."

"Udah lega?" Angga membuka suara setelah 30 menit kami berdiam-diaman di dalam mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Udah lega?" Angga membuka suara setelah 30 menit kami berdiam-diaman di dalam mobilnya. Dengan keadaan awal aku yg habis menangis yg ditemani kak Syafiq.

"Kita pulang ya." Suara lembut Angga kembali menginstruksi ku. Aku menganggukkan kepala tanda mengiyakan.



























Sebuah topik pemberitaan berhasil mengguncang kota ini. Peristiwa besar yg bisa menyebabkan trauma. Dan di sinilah gue. Berada dalam acara pengabenan seseorang yg baru aja gue dengarkan kisahnya. Seseorang yg selama ini diam-diam menyelipkan bekal sehat ke dalam loker gue. Seseorang yg selalu bikin gue bertanya-tanya tentang identitasnya. Dan seseorang yg saat ini sudah berbeda alam dengan gue.

"Kamu Chandramohan?" Seorang perempuan yg sudah agak berumur menghampiri gue. Gue menganggukkan kepala meresponnya, karena saat ini otak gue masih terlalu kaget dengan kenyataan yg ada.

"Saya Mama nya Nana, mumpung kita ketemu saya mau ngasih ini." Mamanya Nana memberikan gue buku yg sepertinya jurnal harian Nana. "Saya sudah baca semuanya, ya bisa di bilang saya sudah kenal kamu lewat sudut pandang Nana di sini, Chan." Jelasnya ketika gue sedikit terkejut dia memberikan jurnal itu. "Tapi, kenapa di kasih ke saya? Kenapa ngga tante simpan aja?" Tanya gue yg masih sangat kebingungan.

"Kamu merupakan orang kedua yg telah mewarnai hidup Nana setelah Angga. Karena Angga ikut bersama Nana, jadi buku ini saya kasih ke kamu." Jelasnya lagi sambil tersenyum ke gue. Gue ngga tau mau merespon bagaimana. Angga, gue ngga kenal dia, tapi dia merupakan lelaki yg hebat, yg menemani Nana bahkan sampai detik ini. Gue iri sama lo, Angga.






















 Gue iri sama lo, Angga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secret Admirer • 𝗕𝗮𝗻𝗴𝗰𝗵𝗮𝗻 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang