"Kakak, Ayla mau bantuin potong sayur juga" ucap Ayla. Kini ia bersama Letta dan Bi Yani tengah memasak di dapur. Letta yang kini sibuk dengan sayur yang tengah ia potong membuat Ayla penasaran dan ingin melakukannya juga.
Saat Ayla ingin menyentuh pisaunya, justru Letta menarik pisau tersebut menjauh darinya. "Bahaya!" ucap Letta. Walapun Ayla sudah berusia 12 tahun, baginya, Ayla tetaplah seorang anak yang sangat ceroboh. Ia bisa saja melukai jari-jari tangannya hanya karena memegang pisau.
Ayla merasa kesal. Jika Letta boleh, kenapa ia tidak. Padahal usia mereka hanya terpaut 2 tahun, tidak terlalu jauh bukan? Lantas mengapa ia selalu dibedakan dengan Letta.
Gadis itu menekuk wajahnya, lalu pergi meninggalkan dapur tanpa mengucapkan apapun. Letta hanya tersenyum tipis, adiknya sangat sensitif, mudah sekali marah.
"Non Ayla kenapa?" tanya Bi Yani yang melihat Ayla pergi meninggalkan dapur tanpa pamit.
Letta mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu, "Biarin aja, Bi. Ngambek paling". Bi Yani hanya merespon dengan menganggukan kepalanya.
Setelahnya, Letta dan Bi Yani kembali melanjutkan kegiatan memasak mereka tanpa Ayla.
°°°
"Eh bocil! Cemberut aja, kayak nggak dikasih makan" celetuk kak Fanny saat melihat Ayla duduk sendirian di ruang tamu.
"Iri aja sama orang" jawab Ayla asal, tanpa menatap kak Fanny sedikitpun.
"Emangnya lo orang, dek?"
"Kacang-kacangan!!"
"Lah, kesel kali" ucap kak Fanny setelah melihat Ayla bangkit dari duduknya lalu beranjak memasuki kamar tanpa berpamitan.
Tanpa menghiraukan Alya lagi, kak Fanny lebih memilih menonton layar dengan ukuran yang cukup lebar di depannya. Cukup lama ia menonton dengan serius sampai tidak sadar ada yang duduk disebelahnya.
Letta melihat kearah kak Fanny, setelah ia duduk disampingnya. Letta merasa kakaknya ini seperti tidak menyadari kedatangan nya.
Seperti ada bohlam lampu di atas kepalanya. Letta jadi ingin mengerjai kakaknya yang satu ini.
Diam-diam, Letta pergi dari ruangan itu menuju kamarnya. Ia mengambil topeng berbentuk gorila yang cukup menyeramkan dari kolong tempar tidurnya.
Sebenarnya, ia membeli topeng itu dengan tujuan menakut-nakuti Ayla. Tapi sepertinya topeng ini banyak gunanya juga.
Setelah memakai topeng tersebut, Letta bergegas keluar dari kamar sambil menutup perlahan pintu kamar agar tak membangunkan Ayla yang sudah tertidur di kasur sebelahnya.
Letta berjalan pelan, mengendap-endap seperti seorang pencuri. Ia kembali menghampiri Kak Fanny di ruang tv. Jaraknya sudah semakin dekat, dan sepertinya kakaknya itu masih tidak menyadari keberadaannya karena fokus dengan film.
Sesampainya Letta dibelakang sofa yang diduduki Kak Fanny, Letta mengangkat kedua tangannya. Bersiap-siap meluncurkan aksinya untuk mengagetkan kakaknya itu.
"Awww"
Bukan, itu bukan teriakan Kak Fanny karena Letta mengagetkannya. Tapi itu teriakan Letta sendiri. Sebelum gadis itu mendaratkan kedua tangannya dibahu Kak Fanny untuk mengagetkannya, Kak Lidya datang lalu langsung menarik keras telinga kanannya.
"Aww sakit kak!" pekik Letta. Kak Fanny lalu menolehkan kepalanya, melihat Letta mengenakan topeng gorila berdiri dibelakangnya dengan Kak Lidya yang tengah menarik telinganya terlihat sangat lucu. Kak Fanny justru tertawa puas saat itu.
"Kak!! Lepasin!!" teriak Letta yang masih ditarik telinganya oleh Kak Lidya.
Kak Lidya menatap heran kearah Letta. "Ini gorila dari mana? Kenapa nyasar kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sister Squad
Random"selama ga ada mama sama papa, kalian semua tanggung jawab kakak sepenuhnya"