PROLOG

57 7 1
                                    

PROLOG
Aku mamat, salah satu santri pondok pesantren di jawa timur yang memiliki tingkat ke pede an tinggi. Aku juga tak habis pikir bagaimana aku bisa pede dengan tubuh jangkung alih – alih dibilang kurus serta wajah yang mungkin cocok untuk produk iklan makanan monyet.  Mungkin kalian berharap ini adalah kisah komedi yang akan membuat kalian tertawa hingga gigi kalian rontok. Tapi percayalah ini tidak seperti yang kalian pikirkan.
Terlepas dari itu semua itu, saat ini aku sedang berlari di dalam pasar sembari menjinjing kantong plastik yang kuyakini berisi laos (bukan Negara laos, tapi rempah rempah yang kukira mirip dengan jahe). Beberapa meter dibelakangku tampak bapak – bapak penjual minyak wangi yang katanya khas Turki, katanya loh jadi jangan gampang percaya.  Bapak – bapak itu masih terus meneriakiku untuk membeli minyak wangi yang dia jual. 
Jalanan pasar yang dipenuhi ibu  - ibu dan mas – mas keringetan membuatku harus berjalan  miring untuk menghindari bapak – bapak tadi.  Aroma -  aroma   daging mentah dan bahan – bahan makanan lain membuat  kepalaku sedikit pening. Belum lagi teriakan bapak – bapak yang  masih gigih mengejarku. Aku  menyesali keputusanku untuk kembali lagi  ke pasar sendirian.
Sebelum  aku lanjutkan misi pelarianku dari bapak – bapak penjual minyak wangi tadi, aku akan mengajak  kalian mundur satu minggu sebelum kejadian ini.

Catatan Si MAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang