Go nen go. [5 years later]
Kazegashira Park, Nagasaki.
.
.
."Auntie! Auntie! Look at me!"
"Hmm? Nani?" sahut seorang wanita, menanggapi anak kecil itu.
Mereka berada di Kazegashira Park, Nagasaki. Sudah dua jam setibanya mereka dari London. Seharusnya mereka bertiga. Namun satu orang lain pulang terlebih dahulu, bilang ingin membereskan tempat tinggal yang sudah lebih dari dua tahun mereka tinggalkan.
"Ara! Dari mana kau mendapatkan Uchiwa¹ itu, sayang?" tanya sang wanita.
"Tiba-tiba saja ada yang memberiku ini. Ne, Auntie! Ada satu lagi!" seru sang anak.
"Hmm?" sahut wanita itu dengan penuh semangat.
"Taraa!!" sang anak berusaha mengejutkan wanita yang ia panggil bibi.
Sayangnya, bukan ekspresi keterkejutan yang ia dapat. Melainkan ekspresi datar dan serius. Si anak sedikit ketakutan melihat itu. Pasalnya, ia sudah hapal bagaimana jika bibinya marah.
"Auntie tanya, dari mana kau mendapatkannya?" tanya sang wanita.
"Aku yang memberinya," sahut suara seorang lelaki di belakang anak kecil itu.
Wanita itu menoleh. Tanpa permisi, ia menarik kerah baju pria yang berdiri dengan percaya dirinya itu. Menatap maniknya tajam, dengan satu telunjuknya menunjuk wajah pria itu.
"Dengar, Sasori! Jangan pernah menariknya pada hal yang seharusnya belum dia tahu! Kalau kau terus seperti ini, akan kuminta Yahiko membunuhmu!" kecamnya.
Lelaki itu, Sasori, lantas tersenyum tipis. "Aa. Warui," ucapnya.
Ia berjongkok, menyamakan posisi dengan sang anak. "Ore to issho ni asobimasen ka?²" tawarnya.
"Mochiron! Issho ni asobimashou, Uncle!³" jawab anak itu bersemangat.
Wanita itu hanya tersenyum saat melihat kedua insan itu berlarian dengan riang di taman. Tak lama, ponselnya berdering. Ia menerima panggilan itu
"Kau pusing?" sahutnya. "Tunggulah! Lima menit lagi aku akan tiba di sana. Berhenti melakukan pekerjaanmu dan istirahatlah!" perintahnya kemudian.
🍅🍅🍅
Pegawai kantor di perusahaan itu sedang sibuk. Mereka akan merayakan sebuah keberhasilan pembukaan cabang kantor perusahaan di Prefektur Nagasaki. Direktur utamanya sesekali turut andil menyiapkan beberapa dekorasi ruangan. Sebuah spanduk besar terpampang jelas di atas podium tempat sang direktur berpidato nantinya.
Seorang lelaki sedang mengamati kesibukan lantai dasar itu dari lantai tiga tempatnya berada. Rambut hitamnya terlihat masih sama seperti tiga tahun lalu. Sedikit panjang di beberapa bagiannya, dan sedikit mencuat di bagian belakangnya.
"Apa tuan Manajer Uchiha Ace tidak ikut membantu di sana?" ucap seseorang di sampingnya.
Lelaki yang semenjak tadi diam memperhatikan aktivitas di bawah hanya melirik seseorang yang tiba-tiba ada di sampingnya. Obsidiannya kembali menatap lurus ke bawah. Kilatan itu menunjukkan kewibawaan, serta aura yang dapat membuat siapapun luluh. Hal itu melibatkan perasaan seorang wanita yang beberapa tahun silam masih ada dalam kehidupannya.
Bangsat memang karena dirinya tak pernah peduli dan tak pernah ingin mencari akuan tentang apa yang ia rasakan. Bajingan memang karena terlalu gila pada kariernya selama ini. Hingga pada akhirnya, ia harus terdampar pada lautan bernama penyesalan dengan badai kesepian yang terus menghantui.
"Lalu bagaimana aku bisa membiarkan tamu yang belum waktunya datang ke sini seenaknya berkeliaran?" tanya lelaki itu, tanpa mengalihkan tatapannya.
Jika ditelisik, ada sebuah kegalauan di sana. Satu sisi ia bahagia, satu sisi ia rapuh. Setelah sempat dikabarkan menghilang hampir setahun di dunia bisnis, ia kembali dengan berbagai terobosan kariernya. Melakukan berbagai hal-hal yang membuat banyak pebisnis tercengang. Seperti menjadi investor terbesar sebuah perusahaan di Eropa.
"Ya ... setidaknya aku tak akan mengajarkan keburukanku pada Inojin," jawab sang pria satunya.
Keduanya lalu terdiam. Memikirkan kemelut dalam pikiran dan hati masing-masing. Yang satu memikirkan tentang ia akhirnya bisa berbasa-basi lagi, yang satu lagi memikirkan apa yang ia akan lakukan setelah ini.
"Sasuke, apa kau sudah menyerah?" tanyanya kemudian.
Lelaki yang ia panggil Sasuke itu menoleh. "Kurasa kau tahu jawabannya."
Ah! Lelaki itu bukan lelaki yang mudah menyerah. Sebelum bergabung dengan perusahaan milik keluarganya, ia mati-matian belajar di sekolah akselerasi, agar mampu meyakinkan keluarganya akan kemampuannya. Lalu memaksa sang kakak yang waktu itu baru lulus kuliah untuk mengajarinya berbisnis.
Ia menyambi belajar bisnis dengan kuliah. Hubungan Internasional, yang ia tekuni. Hingga akhirnya, ia sukses menyamai kakaknya dalam berbinis. Hanya saja, perbedaan usia dan pengalaman yang membuatnya menjadi bawahan sang kakak sebagai Manajer Uchiha Ace.
Sasuke beranjak dari sana. Meninggalkan rekannya bermanik Onyx yang memandang kepergiannya dengan datar. Lelaki itu, yang Sasuke tinggalkan, tak lama kemudian ia menghela napas. Saat ingatannya kembali pada masa silam, ia merasa menjadi seorang teman yang gagal. Ia pikir, hal itu juga sama dengan sang istri dan satu orang lagi.
Setelah hari inilah, semuanya dimulai kembali. Kisah yang sempat membuat gencar orang-orang ternama di Tokyo, bahkan seluruh Jepang yang mengenal dua nama yang beberapa tahun lalu berada pada puncak karier mereka: Sasuke dan Sakura. []
.
.
.¹ Uchiwa : adalah salah satu jenis kipas khas Jepang. Kipas ini bentuknya bulat, dengan rangka dari bambu dan disampul dengan kertas dengan corak dan gambar yang menarik. Uchiwa biasanya digunakan sebagai aksesoris pelengkap yukata di musim panas.
² Ore to issho ni asobimasen ka? : Maukan (kamu) bermain bersamaku?
³ Mochiron! Issho ni asobimashou, Uncle! : Tentu saja! Ayo bermain bersama, Paman!——————
Prekuel, dari kisah kelanjutan Yosougai! Hehe ....
Jelek ya? Maap ><
KAMU SEDANG MEMBACA
M U S U B I [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] || M U S U B I - A Yosougai Sequel || Dianjurkan untuk membaca bagian pertamanya, Yosougai!!! (Silahkan lihat di profil saya) # # # # # # # "Neji ... itu mustahil, kan?" tanya Sasuke, tak percaya. "Tidak pantas seseorang dipanggil dokter j...