Chapter 7

307 11 5
                                    

Hira berjalan terburu-buru menuju ruang ICU setiba di rumah sakit. Beruntung Nando memberitahunya saat jam pulang sekolah, jadi dirinya bisa segera menyusul ke rumah sakit. Saat mendekati ruang ICU, Hira bisa melihat dengan jelas amarah yang tengah menguasai diri Hiro, bahkan sampai menendang kasar bangku rumah sakit. 

" Gimana kondisi Tari? Dia baik-baik aja kan?"

" Tari baik-baik aja, tapi punggungnya memar akibat terkena benturan benda keras. Ra, tolong jaga Tari selama aku gak ada. Aku harus pergi untuk mengurus sesuatu di Jepang.."

" Tari sudah berada dalam bahaya, jadi aku mohon, kembalilah dengan selamat. Hanya kau yang bisa menjaga Tari dengan baik.." pesan Hira.

Hiro mengangguk paham, lalu beranjak pergi bersama dengan Erland menuju bandara, karena penerbangan ke Jepang sekitar 1 jam lagi. 

' Aku tahu Ro, membiarkan Tari berada di sekitarmu adalah sebuah kesalahan besar. Tapi aku yakin, kalau kau akan selalu menjaga Tari dengan seluruh nyawamu, apapun yang terjadi...'

*

*

At Fukuoka, Japan...

Genk Thunder baru saja kembali dari menyelesaikan misi besar, dan kelimanya tengah beristirahat di sebuah villa mewah dan mahal. 

" Hiro, ponselmu bunyi.."

" Terima saja, Sat. Aku lagi malas.."

Satria mendengus melihat Hiro yang tengah memejamkan matanya di atas sofa. Dengan terpaksa, Satria mengambil ponsel Hiro dan menerima panggilan dari ponsel tersebut.

" Hall-"

' Matamu indah sekali, pantas saja Hiro menyukaimu...'

Satria mengernyit heran, ia seperti mengenal suara tersebut karena tidak asing sama sekali di telinganya. Tapi siapa?

" Siapa?" tanya Hiro. Satria menggelengkan kepalanya dan menjauhkan ponsel Hiro dari telinganya dan mengaktifkan louspeaker, agar Hiro juga bisa mendengarnya. 

' Kurasa tid- Tunggu, kau mengenal Hiro?'

Hiro terhenyak dan mendadak mengganti posisinya menjadi duduk. Itu suara Tari. Sedang bicara dengan siapa dia? Kenapa membawa-bawa namanya? Ada apa lagi ini?

' Hahaha... Tentu saja aku mengenal Hiro. Dia itu cowok yang arogan dan sombong. Apa kau dekat dengannya?'

Hiro mulai merasakan firasat buruk. Dia benar-benar merasa tidak asing dengan suara seseorang yang sedang berbicara dengan Tari. 

' Aku tidak terlalu dekat dengan Hiro, tapi setahu aku, dia cowok yang baik, walaupun ada sisi gelap dalam dirinya..' 

' Benarkah? Lalu kenapa Hiro terlihat panik ketika melihatmu tenggelam di kolam renang? Dia juga langsung menolongmu tanpa berpikir panjang?'

' Darimana kau tahu aku tenggelam di kolam renang?'

Hiro menahan nafasnya. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal erat, hingga kuku-kukunya memutih. Sementara itu, Satria hanya membuka bibirnya tidak percaya. Ada apa sebenarnya ini?

' Wah... Aku kelepasan bicara. Bagaimana ini, Tari?'

' K-Kau..' 

" Brengsek!!!" Hiro menggeram marah. Tari sedang dalam bahaya sekarang.

' Yak! Lebih baik kau pergi dari sini, karena Tari butuh istirahat..' itu suara Hira. 

' Apa kau mendengar percakapan kami, Hiro William? Bagaimana tanggapanmu? Apa Tari adalah kelemahanmu? Ahhh... Apa karena mata Tari sangat mirip dengan mata mendiang ibumu yang kau bunuh itu? Kau menyukainya? Bagaimana jika aku menghilangkannya dari bumi ini, seperti kau menghilangkan nyawa ibumu? Apa kau akan khawatir? Apa kau akan datang menolongnya seperti pahlawan kesiangan?'

' Apa maksud perkataanmu tadi? Cepat pergi dari sini!' 

" Jangan membawa-bawa ibuku dalam hal ini, bedebah!!" Hiro menggeram marah. Matanya pun menyalang murka, membuat Satria yang berdiri di sebelahnya bergegas meringsut ke pinggir, karena tak ingin menjadi sasaran kemarahan Hiro. 

' Sudah aku katakan, pergi dari sini, Rimba Affandi!!!'

" Ri-Rimba?"

****

Hira yang baru saja keluar dari kamar mandi, terkejut mendapati pria asing berada di kamar rawat Tari. Bukan. Bukan pria asing, tapi pria itu adalah Rimba Affandi, sahabat dekat dirinya dan Hiro yang kini berubah menjadi musuh besar mereka karena suatu hal. 

Hira mendengar semua percakapan yang terjadi antara Rimba dan Tari, sampai akhirnya amarah Hira mendidih ketika Rimba menyinggung mendiang ibunya. 

" Apa maksud perkataanmu tadi? Cepat pergi dari sini!"

Hira menatap marah pada sosok pria berambut panjang di hadapannya itu. Amarahnya benar-benar mendidih. 

" Cepat pergi dari sini, Rimba Affandi!!"

Bukan Rimba namanya jika pergi begitu saja. Rimba lantas memberi kode pada anak buahnya untuk menyerang Hira, perkelahian pun tak terelakkan, sementara Rimba membius Tari dan membawanya pergi ke suatu tempat. 

" Tari... Tari!!!"

*

Hiro yang mendengar teriakan Hira dan suara seperti orang berkelahi, semakin merasa cemas dan takut. 

" Tunggu... Tadi kau menyebut nama siapa? Rimba? Bukankah dia itu pacarnya Finny? Dia menyalahkanmu atas kematian Finny setahun yang lalu. Dan kau ingat apa yang dia katakan padamu?" ucap Andra pada Hiro, yang sontak membuat kedua mata Erland, Revan, dan Satria terbelalak sempurna. 

" Aku akan membalas kalian disaat kalian yakin bahwa Tuhan benar-benar berada di pihak kalian..." ucap Hiro pelan. " Aku mengingatnya sekarang!"

" Itu artinya Rimba mengincar nyawa Tari untuk balas dendam padamu. Jika dia kehilangan Finny, artinya kau juga harus kehilangan Tari!" ucap Andra.

" Tapi tunggu... kenapa Rimba mengincar nyawa Tari, sedangkan ini semua hanya kesalahpahaman. Bukan Hiro yang menyebabkan Finny tidak sadarkan diri kan?" tanya Revan.

" Karena yang Rimba tahu adalah Finny tidak sadarkan diri di hadapan Hiro, dan yang ada di otak Rimba adalah Hiro yang sudah membunuh Finny.." jelas Andra kembali.

#Flashback#

Pikiran Hiro kembali melayang pada kejadian setahun silam, saat insiden kecelakaan yang menimpa Finny, sahabat dekatnya. Hiro mendapat kabar kalau sahabat dekatnya meninggal. Dan yang mencengangkan adalah, dirinya yang menjadi sasaran kemarahan Rimba, kekasih Finny. Memang saat itu Hiro tengah mengendarai mobil untuk pertama kalinya setelah trauma dalam dirinya hilang pasca kecelakaan hebat yang mengakibatkan sang ibu meninggal. Di tengah perjalanan, Hiro melihat sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah Finny yang akan menyebrang jalan, sampai akhirnya Finny tertabrak sangat keras dan terlempar sejauh 5 meter. Hiro panik dan membawa mobilnya ke tempat Finny berada. Hiro melihat dengan jelas Finny yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di jalanan, sebelum akhirnya di bawa oleh mobil ambulans. Rimba yang baru saja tiba di lokasi kecelakaan Finny, tanpa basa basi langsung menghajar Hiro habis-habis. Hiro bertanya kenapa kau memukulku, dan Rimba menjawab karena kau sudah membunuh Finny. 

#Flashback End#

" Pikirkan baik-baik, Ro. Aku yakin ini semua hanyalah jebakan. Rimba memanfaatkan Tari untuk memancingmu keluar menemui dia..." ucap Satria.

" Lalu kita akan membiarkan Rimba menghabisi nyawa Tari? Guys, Tari tidak tahu apa-apa tentang semua ini dan apa salah Tari sampai dia harus mengorbankan nyawanya untuk Hiro? Aku yakin, Rimba tidak akan main-main kali ini.." ucap Erland cemas.

" Aku setuju dengan Erland.." sahut Revan.

" Jadi, bagaimana keputusanmu? Kau tidak bisa berpikir terlalu lama, karena Tari sedang menunggu pertolonganmu di sana..." ucap Andra pada Hiro. 

Hiro meremas kedua tangannya dengan erat. Tidak. Dia tidak ingin kehilangan lagi. Sangat menyakitkan ketika dirinya harus kehilangan ibu tercintanya, dan kali ini Hiro tidak ingin kehilangan Tari. Hanya Tari dan Hira yang ia punya dalam hidupnya sekarang. 

" Revan-" Hiro berucap penuh penekanan. " Katakan pada ayahmu, aku meminjam pesawat pribadinya, sekarang.."

To be continued...

Crazy SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang