"𝑲𝒆𝒋𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒌𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎. 𝑨𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒈𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏. 𝑬𝒏𝒕𝒂𝒉 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒓𝒂𝒔, 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒂𝒌𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒍𝒆𝒎𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉𝒂𝒅𝒂𝒑𝒊 𝒄𝒐𝒃𝒂𝒂𝒏."
ㅡ𝑹𝒐𝒔𝒆𝒂𝒏𝒏𝒆 𝑷𝒂𝒓𝒌
"Eomma...hiks...Jeongmal Mianhae" Rose meraung raung di sebelah batu nisan bertuliskan nama Park Cheonsa. Ia merasa sangat bersalah karena ia merasa telah membuat ibunya tiada.
Ibunya telah menyusul ayahnya yang sudah pergi sejak 10 tahun silam."Sudahlah Eonni, ayo kita pulang, nanti kita kehujanan" rayu Ryujin, adik semata wayang Rose. Matanya sudah merah sembap seperti orang begadang sehari semalam.
Rasanya langit pun ikut bersedih atas kepiluan yang menimpa Rose. Awan hitam pekat berkumpul dan siap untuk menumpahkan air matanya.
Rose masih menangis dan meracau tak menentu. Kejadian ini membuat psikologi Rose porak poranda.
"Kita cukup doakan dia dan buat dia bangga. Buat dia senang dengan apa yang belum kita lakukan untuknya, saat ia masih ada." Kata kata terakhir Ryujin membuat air matanya mengalir. Rose semakin tersedu.
"Ayolah Eonni, Eomma sedih jika melihat kita menangis" Ryujin menenangkan Rose, padahal dirinya saja hancur. Inilah persaudaraan.
Rose akhirnya luluh dan bangkit di ikuti adiknya.
"Ayo, buat Eomma bangga" ucap Rose sambil menatap nanar makam ibunya. Lalu pandangannya berpaling pada adik manisnya lalu tersenyum.
"Eomma tidak suka kita begini, kita harus bangkit" tangan Rose mengayun menggenggam tangan adiknya. Lalu mereka tersenyum hangat dan berpamitan kepada ibunya yang telah tiada.
"Kita pulang dulu Eomma" Rose dan Ryujin mengusap nisan ibunya lalu pergi meninggalkan pemakaman dengan perasaan pilu yang mendalam.
_____
Baru saja mereka sampai di rumah mungil di daerah Seoul. Mereka di buat resah dengan tempelan tempelan tagihan jatuh tempo di pintu rumah mereka. Belum selesai masalah kepergian ibunya. Kini masalah mereka bertambah, yaitu keuangan. Saat memasuki rumah. Mereka baru sadar bahwa di rumahnya hanya tersisa sedikit makanan. Dan sebentar lagi Ryujin masuk kelas 10 dan butuh biaya. Rose di buat frustasi, karena dia juga butuh uang untuk lanjut ke kelas 12.
"Eonni, bagaimana...?" Tanya Ryujin dengan tubuh bergetar menahan takut sekaligus sedih.
Rose tersenyum tipis, berusaha menyalurkan ketenangan kepada adiknya.
"Eonni akan bekerja"
"Lalu bagaimana sekolah Eonni?" Tanya Ryujin
Rose tertegun sejenak. Di kepalanya saat ini adalah masa depan adiknya saja.
"Eonni akan berhenti sekolah, dan bekerja untuk kecerahan masa depanmu" Rose tersenyum manis, meski aslinya ia sedikit tak rela jika harus melepaskan pendidikannya. Tapi ia mau melakukan apa pun demi adik kesayangannya.
Mereka tidur dengan banyak gangguan. Genteng yang bocor di sana sini membuat mereka repot dan tidur jam 4 pagi. Untung saja besok hari libur.
"Selamat malam, Eomma"
Ucapan selamat untuk ibunya mungkin akan menjadi ritual mulai saat ini.
_____
Cahaya mentari pagi menembus jendela kamar Rose dan Ryujin. Membuat dua gadis itu mengerjapkan mata terpaksa.
"Ayolah, ini masih pagi" gumam Ryujin kesal.
Rose mendudukkan tubuhnya perlahan. Rasa pening langsung menyerang kepalanya, mungkin karena kurang tidur.
"Bangun, cantik. Ini udah jam 9" Rose menggoyangkan tubuh Ryujin pelan.
"Emm, aku masih mengantuk"
"Nanti Eomma sedih jika kita telat bangun, kan Eomma mendidik kita untuk jadi anak disiplin waktu" Ujar Rose, ia tiba tiba mengingat ibunya.
Ryujin langsung terduduk setelah mendengar ucapan Rose.
"Oh iya ada sesuatu yang kita lupakan" Rose tersenyum memandang adiknya.
Lalu mereka berpelukan.
"Selamat pagi, Eomma"
Senyum terukir di wajah sendu mereka. Semunafik ini kah kehidupan?"Ayo mandi terus sarapan" usul Rose. Lalu mereka bergiliran mandi.
Rose dan Ryujin sudah rapi dengan pakaian santai.
"Kita hanya memiliki mie instan, bagaimana?" Tanya Rose memandang adiknya yang kelaparan.
"Buat saja eon, Aku sangat lapar"
Rose tersenyum miris lalu mendidihkan air dan merebus mie. Setelah itu ia menyeduh teh agar menghangatkan tubuh yang kedinginan akibat cuaca.
"Apa rencana Eonni sekarang?" Tanya Ryujin di sela makan.
"Nanti siang Eonni akan mencari pekerjaan di kota"
"Memangnya ada yang mau menerima eonni? Eonni bahkan tidak punya ijazah SMA" ujar Ryujin, kenyataan kan?
"Akan Eonni pikirkan, kerja di cafè akan memenuhi kebutuhan kita tidak ya?"
"Kurasa bisa, jika yang harus di bayar hanya makan. Tapi kita harus membayar listrik, hutang hutang Appa dan Eomma, membayar sekolahku, dan sebagainya" Ryujin bertingkah dewasa. Rose bersyukur.
"Eonni pusing" Rose memegangi kepalanya yang terasa ingin pecah.
"Sudahlah Eonni, coba saja dulu" Ryujin memegang pundak kakaknya.
Rose tersenyum, lalu mereka berpelukan.
Aku harus bisa punya pekerjaan, aku tak mau adikku menjadi orang tak berpendidikan, seperti aku kelak. -Roseanne
_____
To be continued
Vote and comment if you want the next part.So sorry for typo.
Enjoy it!
ㅡ휸준ㅡ
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LOVELY BITCH
Fanfictionℳ 𝒜 𝒯 𝒰 ℛ ℰ [18+] 𝐑𝐎𝐒𝐄𝐊𝐎𝐎𝐊 𝐀𝐑𝐄𝐀 "𝑲𝒆𝒋𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒆𝒏𝒈𝒈𝒖𝒌𝒖 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒅𝒖𝒏𝒊𝒂 𝒎𝒂𝒍𝒂𝒎. 𝑨𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒋𝒂𝒍𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒈𝒆𝒍𝒂𝒑𝒂𝒏. 𝑬𝒏𝒕𝒂𝒉 𝒅...