Happy Reading 💗
--------------------
Mina segera mengunci pintu apartement-nya kemudian kembali memasukkan kunci ke kantung celana jeans yang ia kenakan. Melangkah pasti ia berjalan ke arah pintu di sebelahnya yang masih tertutup.
Ia mengetuk perlahan dan hati-hati, tidak ada jawaban. Kemudian ia lakukan lagi kali ini dengan cukup keras, namun lagi-lagi ia juga tak mendapatkan jawaban. Pada akhirnya ia hanya meletakkan barang yang semenjak tadi ia genggam di depan pintu apartemen itu. Mungkin Sam-tetangganya itu masih tidur, kiranya.
Mina segera melangkah kearah lift, ketika pintu lift terbuka ia segera masuk dan menekan tombol untuk membawanya kelantai paling bawah.
Ngomong-ngomong hari ini adalah hari pertama ia memasuki kegiatan perkuliahan, setelah tiga hari berturut-turut menjalani masa orientasi. Dan tentu saja untuk hari pertama ia tidak boleh terlambat menghadiri kelasnya.
...
Mina melangkah pasti menuruni tangga, sembari mengecek ponselnya, Acha dan Dimas sudah menunggunya dikafetaria. Mereka baru saja menyelesaikan jadwal perkuliahan untuk hari ini, karena sebelumnya ia mengatakan akan ketoilet terlebih dahulu maka dari itu teman-temannya memilih untuk pergi duluan.
Pesan dari Acha kembali masuk ke ponselnya, mengatakan letak duduk mereka sehingga Mina bisa menemukan mereka dengan mudah nantinya.
"Opps, maaf." Mina menunduk dalam karena telah menabrak seseorang.
Salahnya yang terlalu fokus kepada ponsel digenggamannya dan tidak memperhatikan jalan dengan baik, untung saja ia menabrak orang tersebut di penghujung tangga, jika masih berada diatas sudah dipastikan mereka akan jatuh berguling ke bawah.
Mina mengangkat wajahnya untuk memastikan bahwa tidak ada hal yang fatal, namun sungguh seseorang yang berada dihadapannya saat ini membuat nyalinya menciut dan menghilang diudara. Tatapan mematikan itu lagi.
"Berhati-hatilah. Kau bisa terluka dan kau juga bisa membuat orang lain celaka." Ini pertama kalinya. Ini pertama kali Mina mendengar suara senior galaknya itu, namun bukannya kata-kata yang menyenangkan yang ia dapatkan. Tapi kata-kata yang menusuk sebagai sapaan yang pertama diantara mereka.
"Maaf, lain kali aku akan berhati-hati, kak." Mina kembali menunduk dan tak sanggup menatap mata tajam tersebut.
"ambillah."
"Hah?" bingung adalah hal yang dapat mendiskripsikan ekspresi Mina kali ini.
Samuel, si seniornya itu segera menarik telapak tangan Mina dan memberikan botol minuman kegenggaman Mina, kemudian ia berlalu begitu saja meninggalkan Mina yang masih dengan tubuh kaku dan ekspresi yang bodoh.
'Aku seperti mengenal suaranya'
Mina segera mengenyahkan segala pikirannya, tidak mungkin juga. Mustahil sekali, semuanya sangat bertolak belakang.
*****
"Oh, kau sudah pulang, Sam?" lelaki yang dipanggil 'Sam' tersebut mengarahkan pandangannya kepada sosok lelaki yang lebih tua darinya sedang terduduk di sofa ruang tamu dan laptop dengan layar yang masih menyala dipangkuannya.
"kapan kau pulang, bang?" itu adalah abang sepupunya yang memiliki apartemen ini, bang Bagas.
"pagi tadi. Kulihat kau sudah tidak ada di rumah."
"ya, aku tadi harus ke kampus pagi-pagi sekali." Sam memasuki kamar yang ia tempati milik abang sepupunya itu, dan meletakkan tas ransel yang sebelumnya masih tersampir dipundaknya, ia kemudian kembali lagi keruang tamu mengambil posisi duduk di samping Bagas.
Apartemen disini memang sederhana, hanya memiliki satu kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Namun ruangan yang ditempatkan cukup luas, seperti kamar tidur yang bisa langsung dihubungkan dengan balkon, misalnya.
Terhitung sudah 3 bulan ini ia menempati apartemen milik Bagas, hal ini karena apatemen miliknya yang sedang dalam proses renovasi. Dan karena rumah orang tuanya juga jauh dari tempat kuliahnya, sekitar 4 jam perjalanan, untuk itu ia memutuskan untuk tinggal sementara saja disini.
Toh, abangnya juga tidak keberatan, dan Bagas yang juga jarang dirumah saat ini karena ia memilih untuk menetap di asrama yang disediakan oleh perusahaan tempatnya bekerja, ia masih menjadi pegawai magang. Maka dari itu sebagai reporter junior ia dituntut untuk selalu ada dan segera hadir kelapangan agar lebih mudah mendapatkan berita dan informasi terbaru.
"kau akan pergi lagi?" ia sebenarnya merasa prihatin kepada abangnya ini, tapi salahnya sendiri memilih menjadi reporter yang sibuknya tak kenal waktu.
"ya, aku kembali hanya untuk mengambil beberapa potong bajuku saja."
"sibuk sekali."
"apa sekarang adikku si Samuel ini mulai merindukanku, eoh?" Sam hanya menggelengkan kepalanya, jijik sekali menanggapi ucapan abangnya ini.
"oh, aku hampir lupa. Itu susu kotak, tadi pagi aku menemukannya di depan pintu apartemen. Sepertinya itu ditujukan untukmu, dilihat dari sticky notes yang tertempel."
Sam atau si Samuel mengambil kotak susu berukuran sedang yang tergeletak dimeja, ketika sudah berada di genggamannya ia dapat melihat dengan jelas tulisan tangan yang tertulis dengan rapi di sticky notes tersebut.
'terimakasih telah membantuku tertidur malam ini. Dan juga untuk malam-malam sebelumnya.' - Mina
Samuel tersenyum, ia bahkan tidak menyadari Bagas yang bergidik ngeri melihat senyum lebarnya. Ayolah, mana mungkin ia bisa bersikap biasa saja ketika si Samuel yang jarang tersenyum dan bersikap kaku sekarang sedang tersenyum lebar dihadapannya.
"mengakulah! Kau punya kekasih 'kan?"
"omong kosong apa itu." Samuel hanya bersikap acuh.
"lalu ada apa dengan senyum mengerikan itu?" Bagas tidak mau kalah, berbicara dengan Samuel memang harus lebih mengolah otak. Jika tidak, bisa-bisa kau akan dikatai bodoh.
"ada larangan jika aku tak boleh tersenyum?" lagi, menjawab dengan wajah datarnya.
Bagas menghela napas. Sudah ia duga, ia akan menyerah secepat ini jika itu adalah Samuel.
*****
TBC
Hayo.... sudah bisa menebak bukan, Sam (si tentangga) itu sebenarnya siapa? Semoga ini gak akan membingungkan, ya. Hehe 😁
See you in the next chapter 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Lullaby (END)
Romance"selamat malam, semoga mimpi indah" dipenghujung kesadarannya, lagi-lagi ia mendengar suara lembut dari seorang pria bersuara husky. ucapan selamat tidur yang menenangkan, yang mampu membuat ia tersenyum dalam tidurnya. Dari si tetangga misterius, d...