07 - Unexpected Fact

36 15 5
                                    

Happy Reading  💗
----------------------

"hei, hei, lihatlah kak Samuel berjalan kearah kita duduk?" Mina merotasikan matanya malas. Ia tidak peduli, bahkan ia melanjutkan obrolannya dengan Dimas tanpa menghiraukan Acha yang asik mengucapkan kalimat-kalimat pujian kepada si senior.

Mina terlonjak kaget karena gebrakan yang cukup keras pada meja dihadapannya. Siapa lagi pelakunya, jika bukan si senior menyebalkan itu.

Setelah meletakkan minuman botol di meja, seperti biasanya ia akan berlalu tanpa mengatakan sepatah kata pun. Hal ini tentu membuat Mina geram, semua pasang mata yang menatapnya saat ini membuat ia risih.

Kafetaria sekarang penuh dengan gumaman bahwa Mina pasti telah membuat kesalahan kepada kakak seniornya itu.

Jelas awalnya Mina juga berpikir seperti itu juga, karena ia merasa selalu diganggu oleh tindakan tidak jelas lelaki itu. Apakah kesalahan yang ia perbuat sangat fatal hingga lelaki iu bertindak sampai sejauh ini?

Tapi setelah ia ingat-ingat bahwa ia saja tidak kenal dengan senior itu sebelumnya, jadi mana mungkin ia sudah membuat kesalahan.

Atau apakah ia sudah masuk ke mimpi lelaki itu dan menampar wajahnya, sehingga membuat tidurnya terganggu karena didatangi mimpi buruk? Oke, itu sudah tidak masuk akal.

Tapi tetap saja rasa keheranan masih menghantuinya. Saat Mina bertanya secara baik-baik, laki-laki itu hanya akan mengedikkan bahunya acuh lalu berlalu begitu saja meninggalkan Mina yang semakin merasa bingung.

Sebenarnya kakak seniornya itu punya penyakit apasih, atau adakah penyakit semacam tidak suka terhadap ketenangan orang lain? Mungkin saja.

"kau yakin bahwa kau tidak punya hubungan khusus dengannya?" selalu saja begini. Acha akan selalu menatap curiga padanya ketika hal ini terjadi lagi.

Mina menghela napas lelah "perlukah aku buat pernyataan resmi ber-materai agar kau mempercayaiku?"

"Oke, calm down. Aku hanya bertanya." Acha terkekeh, sebenarnya ia tahu bagaimana kesalnya Mina saat ini.

"kau sudah tau bahwa Mina sedang kesal, malah kau tambah membuat ia semakin kesal lagi. Teman macam apa yang lebih mempedulikan lelaki dari pada temannya sendiri." Dimas ikut menimpali.

"hah, sudah. Aku lelah, ini tidak bisa dibiarkan lagi. Aku akan mencari cara untuk membuatnya berhenti." Mina menempelkan pipinya kemeja dengan Dimas yang mengelus kepalanya, membantu dalam meredakan rasa kesal Mina.

"jika dengan cara kau menjadi kekasihnya pun aku akan rela. Jika kau jujur padaku, aku tak akan masalah." Acha berucap santai. Hei, memangnya dia punya hak apa disini?

"AWWW." Dimas berteriak sakit, membuat beberapa pasang mata menatap terkejut kearah Mina dan geng-nya terduduk.

Mina mengangkat wajahnya dan memasang tampang bersalah "maaf, aku tak sengaja. Sebenarnya aku ingin menendang kaki Acha tapi malah kau yang kena."

Acha tertawa dan Mina yang meringis ngeri, tentu ia tahu seberapa sakitnya itu, ia menendang dengan cukup kuat tadi tanpa memperhitungkan arah tendangannya.

"lain kali aku tak ingin lagi berada disekitar kalian jika kalian sedang berdebat." Dimas berdiri dari kursinya "lagi-lagi aku yang menjadi korban." Dimas berjalan tertatih keluar dari kafetaria, meninggalkan dua perempuan yang tekekeh geli.

"sepertinya nanti kau harus menemaninya kencan malam minggu di rumah saja, ia tidak ada harapan untuk pergi kencan diluar malam minggu kali ini." Dan mereka semakin tertawa lebar.

*****

"kak, boleh minta waktunya sebentar?" Mina menghentikan langkah pria yang hendak berlalu melewatinya, ia tidak ingin menunda lagi.

Lelaki itu menaikkan alisnya, seakan bertanya 'ada apa?'.

"ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Samuel mengangguk kemudian membawa Mina pergi kearah parkiran mobil. Ketika sudah berdiri disamping mobilnya ia membuka pintu mobil mempersilahkan Mina untuk masuk.

Sejenak hanya ada keheningan, Mina tidak tahu harus memulai dari mana. Dan Mina heran lelaki ini memang irit bicara atau bagaimana sih, sebenarnya.

Mina berdehem "sebenarnya apa kesalahanku kepada kakak?"

Ia memberanikan diri menatap lelaki yang memang sejak tadi tidak melepaskan pandangan tajamnya dari Mina, sedikitpun tidak.

"maksudku kakak selalu menggangguku, jadi aku hanya bertanya apa maksud dari kak Samuel selama ini."

Samuel berdecih "jadi kau merasa terganggu selama ini?"

"ya, sangat."

"kalau begitu, apa kau juga terganggu dengan sikapku setiap malam kepadamu?" Mina mengerutkan keningnya, apa maksudnya? Setiap malam? Ia saja tidak tahu apa yang kakak seniornya ini lakukan setiap malam.

"lullaby. Kau merasa terganggu juga?"

"lullaby? Ada apa dengan lullaby?" Oh, ayolah, kemana perginya otak cerdas Mina saat ini.

Samuel menghela napas lelah "jadi kau benar-benar tak bisa mengenalku?"

Mina mengangguk yakin.

"aku jelas tak ingin berbelit-belit dalam berbicara. Tapi ini karenamu, kau membuatku kesal, bahkan semakin kesal ketika melihat raut tak bersalahmu kali ini."

"memangnya apa yang telah kulakukan?" Mina dengan tampang polosnya berujar.

Lagi Samuel menghela napas pasrah. Ia menjulurkan tangannya untuk mengambil plastik putih yang tergeletak di dashboard dan meletakkannya kepangkuan Mina.

Ketika Mina membukanya ia dapat melihat bahwa itu adalah pil tidurnya, dan catatan pemeriksaannya dari rumah sakit mengenai penyakit insomnia-nya.

Tunggu, dari mana Samuel mendapatkannya? Ini adalah pil tidurnya yang saat itu hilang karena ia lupa menaruhnya dimana.

"aku menemukannya di depan lift apartemen."

"kenapa bisa?"

"aku tinggal disebelah apartemen-mu." Ucap Samuel santai.

Mina menganggukkan kepalanya "terima kasih."

Samuel menatapnya tajam. Hei, bukan ini yang ia harapkan.

"kau benar-benar tak bisa mengerti maksudku? Wah, kau semakin membuatku jengkel, Mina."

"aku tak mengerti maksudmu." Mina hanya menunduk. Penjelasan Samuel terlalu berbelit baginya.

"kalau begitu mengertilah. Aku akan memberimu waktu, terserah kau akan memahaminya dengan cara apapun aku tak peduli." Oke, lebih baik Mina tidak menyanggah kali ini.

"aku akan mengantarmu." Setelahnya Samuel melajukan mobilnya kearah apartemen Mina. Jelas ia tidak perlu lagi ditunjukkan arahnya, ia bahkan sudah sangat hapal dengan arah kesana.

"turunlah." Ucap Samuel datar setelah mobil berhenti tepat didepan gedung bertingkat tersebut

"terimakasih." Mina segera turun dan menutup kembali pintu mobil tersebut. Namun sebelum melangkah masuk kedalam, suara Samuel kembali mengintruksinya.

"kau butuh pentunjuk lain?" melihat Mina yang menganggukkan kepalanya Samuel kembali berujar "Sam adalah singkatan dari Samuel. Senang bertemu denganmu, Mina."

Setelahnya Samuel langsung berlalu dan melajukan mobilnya untuk keluar dari kawasan apartemen itu. Meninggalkan Mina yang masih membeku di pintu utama, menyadari segalanya.

'Sam? Samuel?'

'Suara husky?'

'oh tuhan! Bodoh! Kau sangat bodoh, Mina.'

*****

TBC

Hufft, tak banyak berkata-kata. Hanya ingin ngucapin makasih aja seperti biasanya.

And see you in the next chapter  👋

Lullaby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang