Warning 21+
Waktu itu usiaku enam tahun saat aku tak sengaja melihat kedua orangtuaku berhubungan badan. Mereka melakukannya di kamar mereka, namun saat itu sepertinya mereka lupa untuk menutup jendela kamar. Karena hari itu masih sore, aku sedang bermain bersama sepupuku. Tak sengaja aku lewat didepan jendela kamar mereka dan melihat ayahku yang sedang mencumbu ibuku.
Sejak kejadian itu, akupun jadi penasaran untuk melakukan yang mereka lakukan. Namun aku tak punya pasangan sehingga aku melakukannya sendiri.
Diam-diam kuambil wortel dari dapur, kemudian kumasukkan kedalam lubang vaginaku. Aku tak memasukkannya terlalu dalam. Saat kurasa sudah masuk dan tertahan, aku menggerak-gerakkan pinggulku sendiri.
Kegiatanku bermain dengan wortel berlangsung sering dan lama sampai aku remaja. Aku memang ketagihan merasakan sensasi yang luar biasa itu yang tercipta dari sebuah wortel didalam vaginaku.
Saat remaja, diusiaku yang ke delapan belas, aku jatuh cinta pada guru Biologiku. Dia pintar dan berwibawa. Penampilannya juga rupawan. Tubuhnya tinggi dan tegap. Kulitnya putih merah. Wajahnya jangan ditanya. Matanya besar dan seolah dapat berbicara. Hidungnya tajam dan menukik. Rahangnya tegas dan bagai dipahat dengan penuh ketelitian.
Suatu hari, sekolahku mengadakan camping musim panas khusus kelas tiga. Pak Liu Haikuan, guru Biologiku, adalah salah satu guru yang mendampingi kami saat camping di pantai hari itu.
Jam sembilan malam, acara api unggun yang tadi kami gelar di pinggir pantai telah selesai. Masing-masing siswa dan guru telah masuk kedalam tenda.
Tidur didalam tenda adalah hal pertama bagiku selama delapan belas tahun hidupku. Aku merasa tidak nyaman. Didalam tenda, aku bergerak bolak balik. Akhirnya setelah beberapa kali tak bisa tidur juga, aku memutuskan untuk keluar. Aku duduk dipinggir pantai yang tampak gelap saat malam hari begini.
"A-Cheng?"
Suara berat memanggil namaku terdengar dari balik punggungku. Aku menoleh untuk melihat siapa orangnya.
"Pak Liu?"
Ternyata dia adalah guruku yang kusukai. Aku merasa angin dingin yang sedari tadi mengenai wajahku seketika membuat wajahku kaku saat melihat orang ini.
"Sedang apa?"
Ia bertanya padaku dan mendudukkan dirinya tepat disebelah kananku. Kami duduk diatas pasir pantai yang kasar itu.
"Sedang mencari angin saja karena tak bisa tidur, Pak."
Aku mencoba menahan suaraku agar tidak terdengar gemetaran. Kulihat bibir bawahnya yang bergerak membentuk lekukan, pria ini tersenyum yang menyebabkan aliran listrik ditubuhku sepertinya terhenti. Aku terhenyak melihat senyumnya yang menawan. Bahkan disaat gelap begini, wajahnya masih tampak bersinar dimataku.
"Sama," katanya. Ternyata ia juga tak bisa tidur. Itulah sebabnya ia keluar dari tendanya.
Kami mengobrol cukup lama. Tak kusangka aku bisa mengobrol dengannya seperti itu.
Achu!Mungkin karena terlalu lama terkena hembusan angin malam membuat tubuhku mulai kedinginan. Hidungku mulai bersin-bersin.
"Hm, sudah malam. Kembalilah ke tendamu."
Pak Liu sepertinya mengerti bahwa aku sudah mulai kedinginan jadi ia memerintahkanku untuk kembali ke tenda. Aku mengangguk padanya dan berdiri. Namun anehnya kakiku terasa lemas saat aku mencoba berdiri. Aku menopang kedua tanganku dimasing-masing lututku sampai akhirnya aku berhasil berdiri juga.
Saat aku sudah berhasil berdiri, derasnya angin malam menerpa permukaan kain rok selutut yang kukenakan. Kain rokku terhempas mengenai wajah Pak Liu yang masih duduk diatas pasir.
Aku menyadari bahwa rokku mengenai wajahnya lantas aku menoleh untuk melihat wajahnya. Dia sedang menatapku. Kedua netranya seperti menelusuri tatapanku padanya. Tubuhku terpaku saat pandangan Pak Liu menerobos pikiranku.
Kami sama-sama terdiam cukup lama sambil saling bertatapan. Sampai akhirnya aku tanpa sadar telah ditarik kedalam pelukan hangat Pak Liu.
Kini aku berada diatas tubuhnya yang rebahan diatas pasir. Kedua tanganku yang tadi ditariknya berada disisi kanan dan kiri kepalanya. Wajahku dan wajahnya berada cukup dekat. Mungkin hanya dalam hitungan senti. Aku dapat merasakan nafasnya yang harum mint itu menghambur diwajahku.
Tak seorangpun dari kami yang berbicara. Hanya tatapan kami yang saling berucap. Ia terus menatapku tanpa melakukan apapun sampai kemudian kurasakan jari jemarinya menelusuri tubuh bagian belakangku. Mulai dari bokongku kemudian menjalar ke punggungku dan berhenti di tengkukku.
Tangannya yang sudah sampai ditengkukku bergerak perlahan untuk mendorong kepalaku turun hingga sangat dekat dengan wajahnya.Saat wajah kami sudah sangat dekat, bibirnya meraih bibirku. Seketika itu juga tubuhku rasanya menegang. Aku tak pernah pacaran sebelumnya apalagi berciuman.
Pak Liu menyatukan bibirnya dan bibirku. Ia menggesek-gesekkan bibirnya diatas bibirku. Aku syok, awalnya. Kemudian lama-kelamaan aku mulai menerimanya. Aku tak pandai berciuman, bahkan tak tahu caranya. Jadi kuserahkan saja ciuman ini pada Pak Liu.
Lama ia memainkan bibirku sambil aku berada diatas dada bidangnya. Kemudian kurasakan tangannya mulai menelusup kedalam celah rokku. Kurasakan tangan itu merayap perlahan-lahan hingga sampai dibokongku. Ia meremasnya lembut dan memberikan pukulan ringan disana membuat wajahku sontak rasanya panas, malu. Kupejamkan kedua mataku karena tak sanggup menahan malu itu.
Tanpa menghentikan lumatannya dibibirku, Pak Liu membalikkan posisi kami. Kini aku sudah berada dibawahnya. Aku membuka mataku karena terkejut. Kulihat kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan saat ia menciumku. Matanya ternyata juga terpejam saat ia melakukannya.
Jantungku rasanya berdebar tak keruan. Namun aku tak bisa menghentikan Pak Liu. Mungkin lebih tepatnya, aku tak ingin menghentikannya. Aku pasrah dibawahnya. Menanti apa saja yang akan terjadi padaku setelah ia selesai dengan menciumiku.
Sesuai perkiraanku, Pak Liu mulai menelusup lagi kedalam celah rokku. Sentuhan jemarinya yang mengenai kulit di pahaku sontak membuatku merinding. Tapi tetap aku tak berontak. Malah aku mencengkram kuat pundaknya.
-000-
Keesokan harinya aku dan teman-temanku, serta guru-guruku kembali dari camping. Jujur aku masih mengantuk karena tadi malam aku tidur sangat larut. Sekujur tubuhku juga terasa sakit. Ditindih diatas pasir pantai yang tak halus sungguh tidaklah nyaman. Belum lagi area kewanitaanku yang masih terasa perih karena keperawananku yang baru saja hilang tadi malam.
Meskipun aku sudah kehilangan sesuatu yang berharga itu, namun aku tak menyesal. Karena yang mengambilnya adalah orang yang kucintai. Pak Liu.
Sungguh aku tak menyangka bahwa rasanya seperti itu. Saat tubuhku dimasuki olehnya. Sensasinya berkali-kali lipat dibandingkan dengan wortel yang biasa kugunakan.-000-
Hari ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Dari pagi hingga siang, aku tak melihat keberadaan Pak Liu di sekolah. Namun di jam istirahat terakhir, aku bertemu dengannya. Lebih tepatnya kami berpapasan. Aku melihatnya, namun ia membuang wajahnya. Aku tak tahu ia sengaja atau tidak, tapi aku yakin ia tahu aku dan dia berpapasan. Hanya saja, ia seperti tak ingin melihatku. Ia melewatiku begitu saja. Sementara aku melihat kearahnya terang-terangan hingga tubuhku pun ikut berpaling untuk melihat punggungunya yang menjauh dariku.
Ada apa dengannya? Bukankah saat malam itu kami begitu dekat? Lalu, mengapa sikapnya jadi berubah? Ia seperti tak mengenalku...
-
-
-
Maafkan ceritanya gaje bgt 🙈
Jgn minta lanjutannya karena cerita ini ditulis tanpa draft tanpa planning. Idenya melintas begitu aja. Kalau ada ide lg akan kulanjutkan tp kalau gak maka sdh cukup sampai disini hahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Fan Fiction XiCheng & KuanCheng
FanficLapak khusus XiCheng & KuanCheng Dua CP kala aku lg moody XD Lan Xichen x Jiang Wanyin Liu Haikuan x Wang Zhuocheng