PROLOG

9 4 3
                                    


"Hilda menurut kamu gimana kalau aku mengajaknya nonton nanti malam? Hitung-hitung sebagai permintaan maafku, tapi apakah dia mau ya Hil?" Tanya seorang laki-laki tampan_Milkay namanya pada seorang gadis di depannya yang sibuk meminum jusnya tampak  jengah dengan pertanyaan Milkay.

"pasti mau kok, siapa yang bisa menolak pesona Milkay?" jawab Hilda dengan tawa di buat-buat.

"kamu" jawab Milkay singkat. Membuat mata Hilda hampir meloncat dari tempatnya. Tak percaya dengan apa yang diucapkan Milkay barusan. "masak iya kamu gak tertarik ke aku sama sekali sih Hil padahal kita udah temenan lama, kurang apa aku di matamu sayang?" lanjut Milkay tanpa mengetahui perasaan Hilda yang mulai berdetak lebih keras akibat ucapan konyol Milkay.

"ngaco" jawab Hilda menutupi perasaannya akibat ucapan pria itu. bagaimana tidak, dengan santainya Milkay mengucapkan satu kata yang membuat hatinya bergemuruh? Sudah biasa memang, tapi entah sampai kapan hati ini aka terbiasa dengan hal tersebut?

Milkay orangnya memang terlalu konyol hingga tanpa mengetahui kekonyalannya membuat Hilda bingung dengan perasaan milik Milkay. Ia berharap Milkay benar-benar serius dengan ucapan konyol yang selalu ia lontarkan namun sampai sekarang pun tidak ada keseriusan sama sekali dari ucapannya. Benar, jika pria itu memang hanya bergurau saja, tak mungkin ia dengan sungguh-sungguh mengucapkannya, dan itu adalah yang biasa bagi seorang Hilda.

Menaruh rasa terhadap sahabat sendiri itu sulit, dan itulah yang dirasakan Hilda terhadap Milkay, sahabat semasa SMAnya. Namun Hilda harus merasakan Luka karena perasaan tak terbalas dan itu sudah ia rasakan 5 tahun lamanya. Sedangkan Milkay? bergonta-ganti kekasih adalah hobinya.

Hilda tak pernah berhenti dengan harapan terbesarnya dari dulu sampai sekarang tetap sama yaitu perasaanya bisa terbalas. Terlalu sulit mempunyai perasaan tanpa adanya timbal balik, hanya mampu menyimpannya rapat-rapat tanpa orang lain tau. Apalagi harus bersikap baik-baik saja di saat yang kita suka malah dengan santainya menjalin cinta dengan wanita lain dan lebih parahnya kitalah tempat berkeluh kesah orang yang kita sukai itu. ironis bukan?

Sampai saat ini Hilda masih tetap bertahan pada perasaannya,, entah suatu saat nanti? Bukankah setiap perasaan itu pasti akan berubah? Apalagi perasaan itu tak terbalas, bisa saja suatu hari nanti ia lelah dan memilih menyerah, siapa yang tau dengan ending seperti itu? hanya Tuhan yang tau taqdir kita berhenti dimana. Kita hanya perlu berikhtiar dan berdoa berharap harapan kita menjadi fakta.

***

Love you all 😎
Maaf ya prolognya segitu aja dan mungkin kalian bingung kemana cerita ini akan bermuara pada kebahagiaan yang haqiqi.
Maaf kalau ada typo. So, diriku butuh komentar kalian demi kelanjutan kebahagiaan ini. 😉

SafuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang