LIMA

5 0 0
                                    

Mungkin lebih baik ada jarak di antara kita
Memberi waktu pada hati, berpikir untuk masa depan

E

h lumba lelet, mesen taksi online yaa.
Aku ga bisa jemput, lagi nemeni Fani ke acara temannya

"eh mas, bunuh orang berapa tahun penjaranya?" Hilda bertanya pada mas mas pelayan yang kebetulan melewati mejanya, si pelayan mengernyit bingung mendapati pertanyaan aneh dari gadis di depannya.

"duh jangan kepikiran ngebunuh orang bak, bisa kualat nanti. Istighafar bak" ucap si mas dengan dramastis banget, sekarang giliran hilda yang mengernyit bingung dengan jawaban si mas.

"emang saya bilang mau ngebunuh ya mas?" Tanya Hilda tak mengerti dengan si mas.

Jelas saja ia bingung, padahal ia tadi bertanya karena kepo saja gak ada niatan ngebunuh beneran. Ia kali dia ngebunuh orang, hidupnya masih panjang untuk ia habiskan di balik jeruji besi, mengerikan sekali.

"kirain mbaknya mau ngebunuh, kalau mau ngebunuh orang jangan di kafe ini ya bak, bisa bangkrut kafe ini"

fiks sekarang Hilda kesal dengan mas yang sok tau ini. Hampir saja sandal mendarat di kepala si mas, kalau si mas gak cepet meninggalkan Hilda dengan sumpah serapahnya.

Hilda memutuskan untuk keluar dari kafe, membenahi barang-barangnya. Dia tidak akan bisa menulis dengan pikiran yang kacau seperti ini.

Setelah memesan taksi online, Hilda mengecek kotak pesannya, berharap ada pesan baru dari orang yang baru mengiriminya pesan beberapa menit yang lalu, berharap ada sedikit perhatian yang diberikan orang tersebut padanya. Tapi nyatanya kosong, tidak ada pesan sama sekali.

Hilda merutuk kebodohannya, sudah jelas Milkay pasti memilih Fani dari pada dirinya. Kapan ia bisa sadar akan kenyataan Milkay memiliki kekasih yang ia seriusi kali ini. Meskipun selama ini Milkay memiliki kekasih, tapi Milkay tidak ada keseriusan dalam menjalani hubungan tersebut. Hanya mengisi kekosongan saja baginya, atau ia pernah bilang kalau mubadzir menyia-nyiakan cewek cantik, jadinya pacaran tersebut hanya formalitas saja.

Tapi tidak dengan Fani, kekasihnya yang sekarang, Milkay terlihat sangat serius seratus persen. Bahkan berkali-kali Milkay selalu mengatakan serius akan hubungannya dengan Fani. Milkay sangat mengistimewakan Fani, setiap kali Fani butuh maka Milkay akan selalu ada untuknya meskipun harus meninggalkan Hilda sendiri, suatu hal yang tidak pernah di lakukan Milkay sebelumnya.

Sesampainya di rumah, ia menatap heran mobil yang terparkir dengan manis di halaman rumahnya. Bukan karena mobil tersebut terlihat mewah, tapi karena pemilik dari mobil mewah itu. buru-buru ia masuk memastikan dugaannya benar.

Benar saja, sosok itu bercengkrama dengan mama Aida dengan santainya.
"kamu ngapain disini?" Tanpa salam, Hilda langsung nerobos masuk dan duduk di samping mamanya yang langsung dapat pukulan di lengannya.

'kebiasaan, tanpa salam tanpa salim langsung nyerocos" tegur mamanya dengan kebiasaan Hilda.

"lupa ma" jawabnya sambil mencium tangan sekaligus pipi mamanya. Kenzy tersenyum simpul melihat interaksi di depannya. Ada perasaan hangat menjalar dalam hatinya, entah perasaan apa itu.

"ngapain disini?" Ulang Hilda yang tak kunjung mendapat balasan dari Kenzy.

"Ada perlu sama kamu" Kenzy menjawab dengan senyum tercetak di bibirnya.

"Kata Kenzy, dia sepupunya Milkay yaa Hil? Kok mama baru tau ya"

"Hilda juga baru tau ma" jawabku sekenanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SafuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang