DUA

5 2 0
                                    


mungkin bagimu pertemuan kita hanyalah sebuah kebetulan
tapi tidak menurutku
pertemuan kita adalah sebuah taqdir
yang telah didukung oleh semesta


Hilda membuktikan ucapannya untuk mengabaikan Milkay seharian ini. Laki-laki itu tak menyerah untuk mendapatkan maaf dari Hilda, seharian ini juga ia mengikuti Hilda kemanapun gadis itu melangkah. Mereka tampak seperti ratu dengan pengawalnya yang setia megikuti kemanapun sang ratu melangkah.

"ayo lah Hilda maafin aku ya, tadi malam Fani benar-benar membutuhkanku, aku tak bisa untuk tidak menemaninya. Lagian kamu beruntung jugakan sudah di kenalkan sepupu tampanku" Milkay terus menjelaskan kalimat yang sama berulang kali, namun lagi-lagi di abaikan oleh Hilda.

Gadis itu dengan santainya menutup telinganya dengan earphone dan pandangan focus pada buku di tangannya. Milkay yang tak mendapat respon dari Hilda mulai lelah dan menumpukan kepalanya di atas meja beralaskan tangan, memandang wajah sahabatnya yang bisa di katakan lebih cantik dari pada pacarnya.

Terkadang orang-orang mencemooh Milkay karena tak bisa melihat mana yang cantik mana yang tidak. Selama ini, gadis yang di pacarinya tidak lebih cantik dari sahabatnya. Entah apa yang menjadi alasan Milkay melakukan itu semua, hanya Milkay dan Tuhan yang tahu, wkwkwk.

Hilda menoleh ke arah Milkay yang tak lagi bersuara, dengan muka lelahnya Milkay terlelap dengan kepala beralaskan tangannya. Hilda mengamati wajah yang telah mencuri perhatiannya selama ini, wajah yang mampu membuat ia bertahan sampai sejauh ini namun, wajah inilah yang juga memberi luka sepanjang waktu.

Milkay tiba-tiba membuka matanya membuat Hilda terlonjak kaget, malulah ia sudah ketahuan memerhatikan. "Hilda udah memaafkan Milkay kan?" Tanya Milkay dengan ekspresi seperti anak kecil yang melakukan kesalahaan fatal, ekspresi yang tidak mungkin Hilda abaikan.

Hilda mengangguk ringan, namun mampu membuat Milkay lagi-lagi berekspresi layaknya anak kecil. Meloncat kesana kemari sambil berteriak "yee terimakasih sahabat cantikku, sahabat gantengmu janji gak akan mengulang lagi" tanpa malu pada orang-orang sekitar yang mulai tertarik apa yang terjadi pada mereka.

"Milkay, udah dehh malu di liat orang-orang" peringat Hilda karena merasa semua orang tertuju padanya.

Namun, bukan Milkay namanya jika mendengarkan peringatan Hilda, apalagi ia sekarang lagi seneng karena permintaan maafnya di terima. Jadi jangan salahkan Milkay jika terlewat senang. "kalau gak berhenti, Hilda marah lagi, mau?" ancam Hilda membuat Milkay berhenti dan duduk kembali di samping gadis itu.

"jangan jangan, gimana kalau aku gak kuat pas aku depresi, kamu juga yang akan rugi kalau aku depresi" racaunya.

Hilda memukul bahu Milkay dengan keras "kalau ngomong tuhh filter dulu"

"emangnya sumber air yang bisa di filter" ucap Milkay.

Hilda tak menghiraukan Milkay dan cemberutnya yang berkepanjangan, ia lebih memilih melanjutkan bacaan novelnya yang tertunda tadi. Toh nanti laki-laki itu juga berhenti, ia sudah faham betul seperti apa Milkay.

Jika ingin bertanya tentang Milkay, maka bertanyalah pada Hilda karena Hilda lah yang paling tau, paling memahami seperti apa seorang Milkay. terkadang pacar-pacar Milkay meminta pendapatnya untuk membantu mereka lebih dekat dengan Milkay, lewat apa saja kesukaan ataupun ketidak sukaannya pada sesuatu. Karena tidak ada orang yang lebih memahami Milkay kecuali Hilda.

Terkadang orang-orang tak mengerti dengan Milkay, ia lebih memilih gadis lain dari pada Hilda yang memahami semua tentang Milkay, apa yang membuat Milkay melakukan itu semua?. Bukankah kita kita akan lebih nyaman dengan pasangan kita jika sang pasangan memahami kita, bukankah begitu? Nahh pertanyaan itu yang membuat kita bertanya-tanya, bukan begitu kawan?

***

Hari ini Milkay tak mengantar Hilda pulang, membuat gadis itu ngedumel tidak jelas sedari tadi. Pasalnya Milkay memberi janji-janji palsu untuk mengantarnya sekaligus traktiran. Gara-gara nenek lampir yang sialnya pacarnya Milkay merengek tidak jelas ingin di antarkan Milkay.

"pacar lebih penting dari pada sahabat" celetuk seorang cowok yang tiba-tiba duduk di sampingnya. Kenzy, cowok yang sudah 2 kali membuatnya terkejut dengan kehadiran tak di undangnya.

"kek jailangkung saja" ucap Hilda pelan tapi mampu didengar oleh Kenzy.

Tangan Kenzy terulur mengacak rambut Hilda yang langsung dapat pelolotan dari Hilda "maaf, gerak reflek" ucap Kenzy menyadari kesalahannya. Pasalnya mereka bukan teman dekat, hanya 2 kali bertemu saja tida bisa di kategorikan dekat.

aku tadi lewat sini, liat kamu lagi-lagi sendiri ya sudah aku hampiri saja perkataan Kenzy menjelaskan kedatangannya yang tiba-tiba. "mau pulang kan? Bareng aku aja sekalian" tawar Kenzy yang langsung di tolak oleh Hilda, bagaimana bisa ia harus di antarkan oleh Kenzy, yahh meskipun sebelumnya ia juga pernah di antarkan Kenzy.

"sekalian, aku mau ke rumah temanku di daerah rumahmu" kenzi mencoba menawarkan lagi, ia tau apa yang ada di pikiran Hilda, takut merasa di repotkan. Jadi ia membuat alasan itu, agar Hilda mau.

Hilda mengangguk tak punya alasan menolak, lagian hari mulai malam, dari pada ia menjadi penunggu setia malam di jalanan, lebih baik ia menerima tawaran Kenzy. Hitung-hitung pengiritan uang saku, pikirnya.

Hilda menerima helm yang disodorkan Kenzy dan langsung memasangnya. Menunggu Kenzy menghidupkan motor besarnya, ia baru sadar bahwa Kenzy membawa motor besar, pasalnya ia tak pernah menaiki motor berjenis seperti ini. 

"Jangan bilang kamu gak tau cara naik?" Tanya Kenzy membuyarkan pikiran Hilda.

"Ya nggaklah, Milkay melarang aku naik motor, apalagi motornya tinggi seperti ini" jujur Hilda.

"Posessive banget tuh anak"

"Jadi ini gimana?"

"Siniin tanganmu, aku bantu" Kenzy mengulurkan tangannya ke arah Hilda.

Hilda menerima uluran tangan Kenzy dan mencoba menaiki motor besar Kenzy dengan berpegangan pada tangan Kenzy.

"Sulit ternyata" gumam Hilda begitu ia duduk di motor besar Kenzy

"Ya udah nanti, aku ga bakal bawa motor lagi deh" jawab Kenzy.

"Eh jangan, aku juga ingin ngerasain naik motor besar. Bosen juga ngerasain AC muluk" sekali kali ia melanggar peraturan Milkay. Toh sekarang ia tak bersama Milkay dan juga laki laki itu tidak mungkin tau apa yang dilakukannya hari ini.

Selama ini Milkay memang melarang keras ia menaiki motor, terlalu bahaya katanya. Lebih tepatnya ia trauma naik motor karena adek kandungnya meninggal gara gara boncengan naik motor dengan temannya. Setelah kejadian tersebut, ia tak mau menggunakan motor lagi dan juga melarang orang orang yang disayanginya menggunakan motor. Ia tak mau kehilangan orang yang ia sayang untuk kedua kalinya, begitu menurut Milkay.

"Langsung pulangkah?" tanya  Milkay yang tak dapat di dengar Hilda.

"Kenapa?" Hilda mencondongkan ke arah Milkay supaya suara Milkay bisa di denger.

"Mau langsung pulang?" Ulang Milkay sambil melirik spion yang juga di pandang Hilda.

Hilda yang mengerti mengangguk "eh bisa mampir ke kedai es krim dulu nggak?"

Milkay mengangguk, dan kembali fokus pada jalan.

***

Love you all

Bantu komen dan bintangnya ya temen temen

SafuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang