Masih.

7.8K 479 45
                                    

"Kamu masih di sini?,"Ucap Anggara yang nampak dingin,Anggara menatap wanita yang ada dihadapan dirinya tengah duduk di pinggir ranjang dan tertunduk.

"I-ya mas,"Ujar Dera mengangguk lemah sambil memainkan jari jarinya gugup di atas pangkuannya sendiri.

Anggara menghembuskan nafasnya kasar,bahkan Dera pun mendengar nya."Bukan itu yang ku maksud,"
Ujar Anggara berjalan pelan menuju ke depan cermin.Anggara menatap pantulan dirinya dan wanita ber gaun tidur itu di belakangnya nampak gelisah.

"J-jadi?,"Dera berhati hati bertanya apa yang di maksud Anggara,ia hanya sedikit gugup malam ini.

Anggara berbalik lagi,lalu sedikit mendekat berjalan dan berhenti di tengah tengah,"Huh..kamu kenapa masih disini?,kita akan segera bercerai,tidak seharusnya kamu masih disini,"Ujar Anggara yang membuat Dera sedikit terhenyak mendengar penuturan Anggara yang mengingatkan dirinya bahwa mereka tak seharusnya tinggal satu atap bersama.

"Maaf mas,secepatnya aku akan pergi.
Mas tenang saja,besok aku akan mencari tempat tinggal.Hanya satu malam mas,"Ujar Dera lirih terdengar pelan.

Anggara lantas berjalan menuju sebuah jendela di dekat sana,ia berhenti.Menatap rembulan yang nampak menyinari langit hingga masuk ke dalam celah celah kamar mereka.

Mereka?,

Bahkan tak bisa di sebut mereka lagi karena ke duanya kini akan berpisah tak akan menjadi satu dan tak akan menjadi sebuah kata yaitu mereka.

Anggara menatap keluar,nampak semilir angin menerpa wajahnya.
Rambutnya nampak berterbangan terkena terpaan angin malam yang sedikit kencang.

Matanya terpejam erat erat,ia mengeratkan sweater hitam nya.
Angin yang cukup dingin membuat tubuhnya menggigil kedinginan.

Anggara berbalik lagi,ia masih melihat Dera sedang duduk di pinggir ranjang terdiam dengan kepala yang tertunduk dan tatapan mata yang ikut ke bawah.

Wanit itu nampak cantik,ia akui malam ini nampak anggun dengan gaun satin berwarna putih yang mampu membuat dirinya terpana.

Mungkin jika mereka masih bersama atau jika saja wanita itu tidak menghianati cinta mereka pastinya ia akan langsung memeluk tubuh itu dan menciumi semua bagian tubuh wanita itu dengan sayang.Lalu ia akan memberikan sebuah ucapan manis dan membisikkannya pada wanita itu sesaat menjelang tidur atau ia akan berangkat kerja dan perjalanan bisnis.

Andai saja..

Tapi semua telah berakhir,waktu tak dapat di putar ulang.Bahkan ia tak mau karena ujung ujungnya wanita itu berhianat.

..

Dera menatap rembulan yang tengah bersinar,ia berdiri di dekat jendela menatap keluar sana,membiarkan rambut panjang hitamnya berterbangan karena terpaan angin malam.

Ia memejamkan mata erat erat,
tak terasa air mata nya menggenang di pelupuk matanya,hingga jatuhlah membasahi pipinya.

Dera menyesali semuanya,jika waktu di putar ulang bisakah ia memperbaiki segalanya?.

Ia sangat mencintai Anggara tapi pria itu tak sedikitpun mau mendengar alasannya.Ia hanya ingin Anggara percaya bahwa dirinya tak benar benar main di belakang apalagi dengan seorang pria yang tidak apa apanya.Baginya Anggara cukup untuk hidupnya.Ia bahagia mempunyai Anggara yang sempurna tak ada sedikit pun celah.

Dera benar benar menyesal sekarang,
ia terlalu percaya apa kata orang.
Ia terlalu percaya diri bahkan ia sampai di khianati demi sesuatu untuk menyelamatkan Anggara.

Dan sekarang semua berubah menjadi seperti ini.Terlalu kacau hingga ia tenggelam dalam sebuah kesalahan besar yang bahkan dirinya masih belum ia terima,ia terlalu bodoh.Terlalu lemah mengatakan pembelaan dan sekarang inilah akhir dari apa yang ia perbuat,menjadi abu abu yang tak ia harapkan.

..

Dera berjalan menuruni tangga,
niatnya malam ini ia terbangun ingin membuat sesuatu yang hangat untuk tubuhnya.Segelas teh mungkin ia pikir boleh juga untuk menemani malamnya yang dingin.

Maka dari itu Dera memutusakan pergi ke dapur untuk membuatnya.
Dera lantas sampai pada dapur,lalu berjalan ke sebuah lemari menggambil kantung teh dan cangkir.

Tetapi sesaat ia berbalik ia di kaget kan oleh mantan suaminya itu Anggara yang berdiri menjulang tinggi di belakangnya dengan kaos putih polos yang tipis membalut tubuh Anggara yang kekar membuat lekukan tubuh Anggara tercetak jelas dan ia dapat melihatnya.

"Mas.."

Dera mengelus dada menutupi keterkejutannya,ia mengalihkan pandangannya lalu memilih menunduk tak mau menatap Anggara.Bukan apa apa,ia hanya takut tatapan dari Anggara yang tajam,walau memang mata pria itu biru tajam.

Dengan satu kantung teh dan cangkir kaca di tangannya,Dera terdiam ia masih menunggu sampai Anggara mau membuka suara.Bukannya ia tak berani,ia gugup akhir akhir ini jika sedang berada dekat dengan pria tampan itu.

Anggara sangat tampan,rahangnya tegas dengan bulu kecil yang menghiasinya,bibir pria itu tebal dan berwarna merah alami,mata pria itu mampu membuat lawannya lemah.
Tubuh pria itu bak model luar negri yang mampu membuat wanita di luar sana mengincarnya.

Tak hayal lagi jika Anggara di incar oleh ber macam macam wanita di luar sana yang mampu melakukan apa saja demi mendapatkan Anggara pria bak model itu dengan wajah rupawan.

Dulu Anggara miliknya,milik dirinya.
Ia bahkan sangat bangga karena bisa menjadi pendamping Anggara karena banyaknya wanita yang mengantri di belakang sana dan ialah pemenangnya.

Tapi sekarang Anggara bukan lah lagi miliknya seutuhnya,raga Anggara bukan lagi miliknya dan mungkin sekarang hati Anggara bukan lagi terpaut pada dirinya.

Dera memejamkan matanya,
dadanya di hantam sesak.
Anggara bukan lagi miliknya.

Kening Anggara mengernyit saat ia melihat wanita di hadapan dirinya terdiam lama dengan kepala yang menunduk jadi ia tak dapat melihat wajah wanita di hadapannya.

Anggara menatap wanita di hadapan
nya itu,wanita itu mengusik tidurnya saat ia terbaring tidur di ruang tengah dengan televisi yang masih menyala lupa ia matikan.

Anggara sendiri tadi memilih untuk keluar dari kamar itu karena ia tak mau jika harus berada dengan Dera malam itu.Lagi pula mereka juga bukan suami istri lagi setelah Dera menandatangi surat perceraian yang ia siapkan.

Jadi ia memilih tidur di ruang tengah dan berbaring disana tapi ia terbangun karena langkah kaki wanita itu terdengar peka di telinganya.

Anggara menggeleng pelan mengusir lamunan nya,dia lantas beralih pada
wanita di hadapannya.

"Ehm!,k-kam.."Belum sempat Anggara melanjutkan,wanita di hadapannya bergerak lalu mendongak menatap matanya.

Wajah wanita itu berubah,merah
dan matanya terlihat sembab begitu pula air mata yang membasahi pipi wanita itu.

"Maaf mas,aku k-keatas dulu,"Ujar
Dera setelah mengucapkan itu pada Anggara lalu beralih pergi meninggal kan Anggara yang nampak mematung di sana menatap bahu Dera yang naik turun lalu menghilang pergi.

Ada apa?,kenapa ia menangis..?

Tbc.

No edit!

Not Ex-WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang