2. SMA Prasaja

66 14 0
                                    

Tatapan mu elang. Senyummu gula.

"Bener ini sekolah mereka?" Tanya Syifa.

"Menurut informasi yang gue dapet, ya ini sekolah mereka, dan yang tadi ngambil kamus lu itu namanya Rafardan, anak kelas 12 MIPA U, sedangkan dua temenya namanya Dimas sama Fathan." jelas Tasya.

"Buset dah anjir kalean udh kayak anggota FBI ajah. Modal berapa menit lu tong?" tanya Adin takjub.

"5 menit cukuplah." jawab Tasya.

"Wasapnya ada kagak?"

"Emang perlu?" tanya Tasya polos pada Adin.

Andin dan Syifa hanya menatap satu sama lain, lalu tertawa. Mereka tak habis pikir, Tasya memang pintar dalam hal pelajaran, tapi ia lemot dalam gurauan.

"Yaudah yok turun." ajak Syifa.

"Fa tunggu di mobil aja" pinta Adin yang mencegat Syifa.

"Yaudah deh." Syifa mengikuti perkataan Adin untuk menunggu di mobil.

"Eh tapi bentar-" Tasya seketika menatap Syifa dan Andin. " kalau kita nunggu disini. gimana mau ketemu? kalau dia bawak mobil kan gak tau yang mana mobilnya kala-."

"Shuttt-" Syifa menutup mulut Tasya dengan jari telunjuknya sehingga Tasya langsung terdiam. "Kalau kalau kalau. Kebanyakan 'kalau si'. Mangkanya turun"

"Ih swittt" ujar Andin menatap mereka dengan wajah yang sok di manis-maniskan.

"Jijik anjir" Syifa langsung melepaskan jari telunjuknya itu, dan keluar dari mobil.

"Mau kemana Fa?" tanya Adin.

"Parkiran!" teriak Syifa sambil berjalan ke arah gerbang sekolah.

Inilah Syifa, ia tida pernah merasa takut ataupun malu terlebih untuk urusan seperti ini.

"Lo si Tas!" Adin tiba-tiba menyalakan Tasya, karna ia sudah bersusah payah untuk menahan Syifa, tapi

"Salah gue apa woe?"

"Au akh. Buruan susul temen gila Lo tu." ajak Adin.

"Syifa tungguin kita woe!" percuma saja Adin berteriak, toh Syifanya saja sudah masuk ke gerbang. Terpaksa lah mereka berlari mengejar sahabat tergila nya itu.

Seragam yang berbeda membuat mereka menjadi pusat perhatian. Untung saja sekolah mereka tidak kalah elit dengan SMA Prasaja.

"Eh Fa cowok yang itu bukan si?" tunjuk Adin kepada 3 orang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Yang mana woe?" tanya Tasya yang benar-benar tidak tau.

Adin mengusap wajah Tasya "mangkanya jangan sibuk sama rapat OSIS aja. Jadi ketinggalan berita kan lo. Lagian ya disini yang tau banyak info tentang mereka kan lo. Kenapa lo yang jadi nanya." oceh Adin panjang lebar.

"Iya si, tapi gak mirip ama yang di foto. Yang real lebih cakep." ujar Tasya tak mau kalah.

"Eh iya Din itu mereka." ucap Syifa kemudian ia mencoba untuk menghampiri ketiga laki-laki tampan itu, namun tangannya ditarik oleh Adin.

"Ngak usah kesana. Nanti mereka juga kesini." tapi Syifa tidak mendengarkannya. Ia tetap saja berjalan mendekat kearah ketiga laki-laki itu, lalu melepaskan sebelah sepatunya dan 'Bum'.

"Woe bangsat!" teriak salah satu laki-laki itu ketika sebelah sepatu Syifa mendarat di kepalanya. Sedangkan kedua teman laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.

Bukannya merasa takut, Syifa malahan mendekat kearah laki laki itu.

"Temen kita cari mati Tas" bisik Adin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Makna RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang